All Chapters of Nafkah yang Keliru: Chapter 61 - Chapter 70
107 Chapters
Bab 61
“Ya aku mana tahu Ayah, enggak pernah megang begituan.”“Makanya mulai sekarang melek sama teknologi atuh kamu mah.”“Kan CCTV kita juga enggak ada suaranya. Aku mana tahu.”“Iya itu emang perlu diupgrade ke yang baru.”“Nah ‘kan hayu atuh diganti!”Saat itu aku dan Musa mulai merencanakan sesuatu. Setelah diskusi singkat dengan Teh Safira aku mereka pun setuju untuk memasang CCTV di bagian depan rumah. Mengingat akses keluar masuk hanya dari depan. Saat itu aku sengaja tidak memberi tahu tentang apa yang terjadi pada Zila. Aku hanya takut dia akan khawatir berlebihan. Aku juga sudah membicarakan hal ini pada ibu dan yang lainnya untuk tutup mulut. Untungnya mereka juga mau mengerti.“Akang abis dari mana?” tanya Zila saat aku kembali pada pukul 7 malam.“Biasalah tadi ada urusan sebentar.”“Baik-baik aja &lsquo
Read more
Bab 62
Sialan memang saat itu sebenarnya aku paling tidak suka menggunakan kekerasan, tetapi emosiku sudah berada di puncak begitu aku menemukan Gedung kosong yang sama dengan di foto yang dikirimkan Abah aku langsung mendobrak pintu itu dengan kasar. Ternyata memang benar ada Yana dan 3 orang lainnya di sana.“Cuih! Datang juga kamu, Jimy. Sayang sekali kamu telat, istrimu ini sudah kulecehkan!”Mendengar hal itu entah kenapa rasanya darahku mendidih bukan main apa lagi melihat ibuku yang tergeletak di depan tubuh Zila dengan posisi memeluk istriku dari depan. Keduanya sudah tidak sadar. Namun, syukurlah dari kejauhan aku masih bisa melihat jika Lara masih bernafas. Namun, entah kenapa dengan ibu yang memeluknya, kenapa ia terlihat begitu kaku.Sayangnya Yana malah memanfaatkan hal itu untuk menyerangku.Buk!Sialnya mereka terus saja mendaratkan pukulan di wajah. Sialnya dia tahu kalau kelamahanku emang di mata.“Matamu pasti be
Read more
Bab 63
“Kalian yakin enggak bakal masalah? Aku enggak mau kalau ujungnya kalian terbawa-bawa. Kasihan anak istri kalian nanti.”“Alah, tenang aja. Kami tutup matanya nanti biar mereka enggak tahu siapa yang melakukannya.”“Biasanya polisi akan bertindak kalau korbannya sudah jelas.”“Gampang, 3 hari cukup. Kita jamin mereka enggak akan punya nyali lagi buat melakukan pelecehan.”“Kamu enggak mikir buat kebiri mereka ‘kan?”“Kamu pikir gampang dapat obat kebiri? Sudah serahkan sama ahlinya. Aku jamin mereka akan aku buat trauma seumur hidupnya. Kamu urus mereka dulu, kasihan Lara sama ibu. Turut berduka ya, Jim. Aku pastikan mereka sampai basecamp dulu. Habis itu kita bagi tugas buat ke rumah.”“Makasih banget, Sob.”Hendra kembali memeluk, sambil menepuk punggungku.“Aku tahu ini berat buat kamu. Ujian, Jim. Yang ikhlas biar langkah ibu ke
Read more
Bab 64
Aku tidak pernah menyangka hubungan mereka bisa sedekat ini, Namun, entah kenapa masih saja menghadirkan ujian di kala kami sudah sama-sama berbaikan.Malam itu aku sedikit lega, tetapi juga sedih karena besok aku sudah mulai masuk kerja. Jatah cutiku sudah habis. Atasanku di kantor juga sudah mulai komplain, karena akhir-akhir ini aku jadi sering tidak masuk kerja. Memang kenyataannya itu bukan suatu kesengajaan karena aku malas. Kenyataannya banyak sekali hal yang harus kuurus. Akhir-akhir ini lihat saja masalah tak berhenti menimpaku.“Ayah, kenapa kok kayaknya pusing banget?”“Biasalalah lagi mikirin kerjaan, kalau Ayah resign aja bagaimana menurut kamu?”“Ayah yakin mau resign? Enggak sayang?”Kejadian ini benar-benar menjadi pukulan telak bagiku. Aku jadi semakin was-was jika meninggalkan Zila dan ibu sendirian di rumah.“Ayah ‘kan sudah ada usaha kedai ac
Read more
Sesi 2. Dilarang Miskin [DM]
“Sofia, alhamdulillah aku diangkat jadi karyawan. Jadi, secepatnya aku bakal lamar kamu, sabar ya 2 bulan lagi aja!” “Musa, maaf. Aku enggak bisa. Gaji kamu ‘kan kecil. Anak kita nanti mau dikasih makan apa coba?” “Maksudnya apa sih Sof? Kok kamu tiba-tiba bilang begini? Kita ‘kan udah merencanakan semuanya. Kenapa mendadak berubah pikiran?” “Kamu cuma buruh pabrik yang perusahaannya aja enggak bonafit. Gajinya aja di bawah UMR. Aku enggak mau anak kita terlantar kayak adik kamu, Sean. Dia aja sampai kurang gizi.” “Astaghfirrullah, aku enggak nyangka kamu bisa bilang begini.” Kami sudah berhubungan baik sejak lama, tetapi entah ada apa dengannya tiba-tiba bicara selancang itu. “Mulai sekarang jangan pernah temui aku lagi! Kalau, kita ketemu enggak sengaja pura-pura enggak kenal aja!” “Kamu kenapa sih tiba-tiba berubah dalam semalam?” “Kamu enggak akan pernah ngerti, karena kamu bukan perempuan
Read more
Bab 2 [DM]
Aku mendadak menghentikan langkah saat tengah menuruni tangga. Padahal, sebentar lagi juga sampai. Tadinya aku ingin segera kembali ke meja di lantai 2 untuk membicarakan kuliah. Namun, ucapan pria itu seketika membuat darahku naik.“Alah cewek murahan aja belagu! Lo masih inget—”“Bisa diem enggak sih lo!”Aku bisa melihat kemarahan yang teramat sangat di wajah Sofia. Aku saja tidak pernah melihatnya sekasar dan semarah itu ketika bicara. Sebelumnya ia gadis lemah lembut yang santun. Entah kenapa ia terlihat tampak emosi.Lihat saja sorot matanya yang tajam juga wajahnya yang tampak merah padam.“Enggak usah kurang ajar! Ini tempat umum! Aku bisa teriak.”“Ya teriak saja, kamu tahu konsekuensinya. Ingat ayahmu ketua RT. Akan sangat memalukan pasti.”Saat itu Sofia mendadak diam. Ah, aku jadi semakin penasaran rahasia apa yang disembunyikan mereka.Saat itu sepertinya Sofia
Read more
Bab 3 [DM]
Ketika semua orang sibuk memvideokan tempat kejadian, aku memilih untuk menerobos kerumunan. Tanpa peduli jika mungkin saja ada ular atau hewan melata lain. Aku hanya ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Kenapa juga ia menjadi berpikiran pendek. Aku hanya bicara asal dan Sofia malah mengikuti yang aku katan,Apakah dia memang benar-benar ingin mati.Saat itu melihat aku yang nekat turun ke bawah padahal aliran sungai lumayan deras orang-orang malah meneriakiku. Mau bagaimana lagi, tim sar belum diterjunkan sedangkan mereka yang ada di sana malah diam dan malah fokus memvideokan. Mereka tidak tahu kalau Sofi tidak bisa berenang. Arusnya deras, ia pasti akan hanyut semakin jauh.Belum lagi di dekat sana banyak bebatuan. Aku bahkan bisa mendengar suara Pak Zul yang meneriakiku untuk jangan nekat dan kembali ke tepi sungai. Sayangnya aku yang sudah terlanjur basah memilih untuk melanjutkan pencarian. Sialnya cukup jauh aku mencari bahkan samp
Read more
Bab 4 [DM]
“Pak Zul, kayaknya mending cepat dibawa pulang ke rumah aja. Kasihan Sofianya kedinginan. Bapak bawa mobil apa motor?”“Bapak enggak bawa mobil, orang ke sini dibonceng Pak Burhan.”“Hm, Sofia kuat dibonceng?” tanyaku.Saat itu Sofia juga masih diam saja. “Grab juga enggak ada jam segini mah, Aku takut Sofianya lemas nanti malah jatuh dijalan.”“Bonceng 3 aja, kondisinya ‘kan darurat.”“Ya sudah hayu! Musa yang nyetir ya! Bapak pegangin Sofia dari belakang.”“Oke.”Di perjalanan pulang, tiba-tiba saja Sofia yang semula hanya diam saja malah membuka suara.“Bapak.”“Ya, Sayang? Kenapa? ada yang kamu rasa? Sakitnya sebelah mana? Kamu pasti kedinginan.”“Aku enggak mau pulang ke rumah.”Aku bukannya mau mencuri dengar ucapan mereka hanya saja, karena aku berada di dekatnya
Read more
Bab 5 [DM]
“Punya kontak Dera, enggak?”“Itu dia masalahnya. Nomornya Dera udah enggak aktif, dari kita pulang dari camping waktu itu.”“Kalian sebenarnya camping sama siapa aja?”“Cuma bertiga, tapi ternyata di sana ada anak kelas lain yang ikutan juga.”“Siapa?”“Aku enggak terlalu kenal sih, cuma anak sini juga.”“Punya fotonya enggak?”“Kamu mencurigai sesuatu ya?”“Iya, Sofi itu enggak mungkin tiba-tiba loncat ke sungai gitu aja, kalau enggak ada masalah.”“Aku juga mikirnya gitu, orang aku udah kenal Sofi dari SMA. Dia itu ‘kan ngerti agama masa ia tiba-tiba seputus asa itu? Kalau enggak ada masalah yang bener-bener besar, enggak mungkin Sofia senekat itu.”“Aku curiga jadi curiga sama Dera. Di puncak ada kejadian aneh enggak?”Saat itu Rani malah terdiam cukup lama. Sampai ke
Read more
Bab 6 [DM]
“Bendera kuning, Mus!” ucap Tobi.“Udah terlanjur ke sini. Lanjut aja!”Sungguh aku benar-benar takut jika yang meninggal adalah Dera.“Tanya dulu! ‘kan belum tentu Dera yang meninggal.”Akhirnya kami berusaha mendekat dan mulai mencari informasi pada tetangga yang kala itu juga ikut bertakziah.“Bu maaf, yang meninggal siapanya Dera ya?”“Oh, itu ayahnya Dera. Semalam katanya kena serangan jantung.”“Tapi, Deranya ada?”“Aduh saya enggak tahu, katanya Dera langsung diusir dari rumah. Setelah kematian ayahnya. Mas ini siapa? Kok saya baru lihat kalian berdua? Mesti bukan orang kampung sini, ya?”“Oh, iya Bu. Kami temannya Dera di—““Kamus. Kami satu kamus sama Dera.”Tobi tiba-tiba saja mendadak memotong ucapanku.“Oh, Masnya dari Bogor ya? Pacarnya Dera?”“
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status