Semua Bab Sang Dewa Perang Terkuat : Bab 151 - Bab 160
309 Bab
151. Kerugian
Sang pemimpin pasukan lawan itu pun seketika merasa sedikit aneh.Dia pikir orang di depannya itu akan dengan mudah dia serang mentalnya tetapi nyatanya Jody Gardner masih tampak begitu tenang dan serangannya pun juga masih terbilang cukup akurat.Kenyataan terpampang begitu jelas itu pun semakin menguatkan duganya bila orang-orang dari kerajaan Ans De Lou memang tak bisa diremehkan.Sang pemimpin perang dari pasukan lawan tersebut mundur beberapa langkah hingga salah satu anak buahnya bertanya kepadanya, "Ketua, apa ini sebenarnya terjadi?""Kenapa dia sama sekali tidak terganggu? Bukankah menurut sumber informasi yang baru saja kita dapatkan orang yang memimpin perang ini termasuk memiliki temperamen yang sangat buruk?""Benar, Tuan. Namun, apa yang kita lihat sekarang ini jelaskan berbeda jauh. Dia tampak begitu tenang meskipun kita provokasi," sambung yang lainnya.Sang pemimpin yang memiliki nama Geraldi Jones itu juga tidak mengerti jawaban atas pertanyaan yang begitu mengganggu
Baca selengkapnya
152. Perubahan Sikap
Steven tidak lagi membantah dan segera saja membawa para pasukan mereka untuk segera kembali ke Kerajaan Ans De Lou.Di tengah perjalanan, dia tidak berbicara sedikitpun dan hanya terdiam saja.Sementara itu, beberapa pasukannya terlihat mulai berbicara di bagian belakang saat melihat wajah sang jenderal perang terhebat itu luar biasa tidak sedap dipandang.Mereka hanya berani berbisik-bisik karena tidak ingin membuat pemilik julukan Dewa Maut itu tersinggung atas ucapan mereka."Apa Jenderal Mackenzie marah pada kita?" tanya seseorang pada temannya."Tidak mungkin. Mengapa dia marah pada kita? Tidak ada alasan apapun baginya bisa marah pada kita.""Kau benar. Kita bahkan selalu menurut kepadanya dan walaupun sebagian dari kita tadinya sempat tidak menurut namun pada akhirnya kita kembali menurut kepadanya."Seorang lainnya juga ikut menanggapi, "Kita sudah melakukan apa saja yang dia perintahkan.""Kurasa dia bukan marah pada kita tapi ...."Perkataan salah satu pasukan yang terbilan
Baca selengkapnya
153. Saran Jenderal Perang
Greg yang mendengarkan penjelasan dari Knox itu sungguh ingin menertawakan pria itu.Dia ingin sekali membuat mata Knox semakin melebar setelah benar-benar mengetahui kehebatan dari sang jenderal perang.Sayangnya, mereka saat ini masih berada di dalam pesawat sehingga Greg harus berusaha keras untuk menahan dirinya.Akan tetapi, seseorang yang tidak jauh dari tempat duduk Knox itu berkata, "Makanya jangan pernah sekalipun kau meragukan seseorang yang bahkan kau tidak tahu seperti apa dirinya. Sebab, bisa jadi suatu ketika kau mungkin sangat mengaguminya."Knox tertohok. "Semua yang aku lakukan itu sangat wajar, apalagi dulunya beliau juga sudah pernah berhenti sementara menjadi prajurit. Siapa yang akan menyangka bila ternyata kekuatannya tetaplah seperti dulu dan bisa dikatakan malah jauh lebih meningkat daripada sebelumnya?"Knox memandang sekeliling dan melihat reaksi pasukan lain tetapi sepertinya mereka tidak benar-benar menganggapnya serius sehingga mau tidak mau dia menelan k
Baca selengkapnya
154. Keinginan Bill
Keannu Wellington tidak bisa lagi menahan rasa jengkelnya pada jenderal perang yang dulunya merupakan salah satu prajurit kesayangan ayahnya.Tetapi dia merasa begitu lega karena pria itu menemuinya di tengah malam sehingga dia tak perlu harus menanggung malu di depan para pejabat istana.Andai saya pria itu menemuinya di siang hari maka sudah pasti dia tak akan sanggup mengangkat muka di depan para pejabat istana lagi.Bukan hanya satu kali atau dua kali William Mackenzie telah mempermalukan dirinya.Hal itu pula yang membuatnya ingin sekali menghancurkan pria itu. Meskipun dia juga paham bila dia sampai kehilangan jenderal besar itu maka dirinya akan rugi besar.Bila tak ada orang sekuat William Mackenzie sebagai pelindung negerinya, bukan tidak mungkin kerajaan tercintanya itu akan diserang habis-habisan oleh kerajaan-kerajaan musuh yang telah dia taklukkan."Yang Mulia, perintah Anda sedang ditunggu," ucap Bill yang segera menyadarkan sang raja dari lamunan singkatnya.Keannu meng
Baca selengkapnya
155. Kecemasan
Steven tidak membalas tetapi malah semakin tertawa terpingkal-pingkal dan hal ini membuat Greg semakin jengkel kepada wakil jenderal perang itu.Namun, karena dirinya memang tidak bisa memaksa Steven untuk menjelaskan lebih lanjut maka ia pun hanya bisa menunggu dengan pasrah."Dasar bodoh! Siapa yang berniat untuk menghukummu?" ucap Steven setelah tawanya mereda.Sungguh dia tidak pernah berpikir bila anak buahnya akan bertingkah bodoh semacam itu.Greg sama sekali tidak marah ketika dimaki-maki seperti itu, justru dia malah semakin penasaran akan perkataan Steven yang sebelumnya.Namun, kini Steven sebenarnya juga tidak bisa menyalahkan anak buahnya itu lantaran tindakan-tindakan yang dilakukan oleh William Mackenzie memanglah selalu di luar dugaan.Bahkan, dirinya juga diliputi oleh keterkejutan dan kebingungan yang hampir membuatnya tidak bisa berkata-kata."Tuan, tapi Anda tadi-""Astaga, kurasa penyeleksian prajurit istana seharusnya lebih diperketat. Tidak hanya melalui tes fis
Baca selengkapnya
156. Nyawa yang Hilang
William Mackenzie buru-buru membalas, "Cassie, ini bukan apa-apa. Kau tidak perlu memikirkan hal ini." "Apa maksudmu tidak perlu? Apa kau pikir aku tidak bisa membantumu?" balas Cassandra. Bill memejamkan mata dan kini mulai merasa bila dirinya mungkin akan segera bertengkar dengan sang istri. "Kau tahu itu bukan. Cassie, aku hanya tidak ingin menambah dirimu beban. Sudah, aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan setelah semuanya selesai aku akan segera pulang," ucap Bill. Cassandra yang berada di ujung sana terdiam selama beberapa saat. Wanita cantik itu tidak tersinggung sama sekali dan justru malah begitu kasihan kepada sang suami yang harus memikirkan segalanya sendiri. Bukan berarti dirinya tidak ingin benar-benar membantu suaminya itu tetapi dia merasa bila Bill benar-benar sangat memikirkan dirinya sehingga dia memilih untuk tidak lagi mempermasalahkan hal itu. "Baiklah, kalau memang maumu seperti itu." Cassandra kemudian berbicara tentang beberapa hal sebelum akhirnya
Baca selengkapnya
157. Akhir
Tentu saja perkataan Jody Gardner memancing amarah William Mackenzie.Tak bisa menahan diri lagi, William Mackenzie pun segera mencengkram leher Jody Gardner lalu menyeretnya menyingkir dari area itu.Keannu Wellington tentu saja terbelalak kaget saat melihatnya tetapi dia tidak bisa melakukan hal apapun karena tak ingin lebih disalahkan.Jody Gardner hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa melepaskan diri dari cengkraman William Mackenzie. "Lepaskan aku!" Jody berontak tetapi dengan kekuatan penuh Bill malah langsung meninju Jody."Apa kau sudah gila, Jenderal Mackenzie?" ucap Jody dengan mulut yang sudah meneteskan darah di bagian bibirnya.William Mackenzie kemudian berkata, "Kau bukan manusia."Jody yang juga sudah tidak bisa menutupi segalanya pun lalu menjawab, "Hm, apa kau baru sadar kalau aku bukan manusia?" Pukulan William Mackenzie pun tertahan hingga Jody berhasil melepaskan diri.Semua orang di kerajaan itu mengelilingi dengan dua orang tersebut berada di tengah-tengah."Aku
Baca selengkapnya
Author's Note
Hi, Readers. Terima kasih bagi semua pembaca yang membaca cerita ini hingga tamat. Saya sangat-sangat hepi sekali banyak pembaca yang menaruh apresiasi yang tinggu untuk novel ini. Bahkan, buku ini juga sempat memenangan sebuah kompeti The Series tahun lalu. Lantas, saya pun menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris dan betapa senangnya saya ketika buku versi Inggrisnya pun bisa diterima dengan sangat baik di luar negeri. Maka, dikarenakan hal itu, saya ingin melanjutkan cerita ke versi selanjutnya, yakni season 2 yang menceritakan tentang kisah putra dari William Mackenzie. Dimulai hari ini ya, Readers. Semoga season keduanya akan lebih disukai. Terima kasih banyak, Readers. Salam hangat, Zila Aicha
Baca selengkapnya
1. Kerelaan
"Hentikan memberi ekspresi seperti itu pada putramu, Bill!" tegur Cassandra pada sang suami, William yang memang memperlihatkan ekspresi tidak rela. William menghela napas panjang, "Lalu, apa yang kau ingin aku lakukan? Tersenyum lebar di saat aku harus melepas putraku yang ingin mempertaruhkan nyawa demi Kerajaan Ans De Lou?" "Kau tahu aku tidak bisa, Cassie. Kau tahu aku ...." William Mackenzie, mantan dewa perang, sang jenderal yang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou tak bisa melanjutkan perkataannya dikarenakan putra tunggalnya, Riley sudah berjalan kembali kepada mereka setelah berpamitan dengan teman-temannya. Dia tentu tak ingin putranya melihat dirinya sedang berdebat dengan istrinya. "Hei, bagaimanapun juga kau sudah memberi izin pada putramu untuk mendaftar, kau tidak bisa menarik ucapanmu lagi, Bill," kata Cassandra sembari melebarkan mata, memberi suaminya sebuah peringatan. William hanya bisa menghela napas panjang, "Kau sudah selesai, Sayang?" Cassandra
Baca selengkapnya
2. Perdebatan
Riley Mackenzie menoleh dan terkejut saat James Gardner tengah menatap dirinya juga. "Ada apa?" Riley memilih bertanya pada James. James mendecakkan lidah, "Kau sepertinya cukup tinggi. Olahraga apa yang kau lakukan?" Alen Smith menaikkan alis kanan, "Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa bertanya begitu?"" "Apa yang salah dengan pertanyaanku?" balas James tak mau kalah. Diego sontak berkata, "Kamu sepertinya memang memiliki sebuah masalah, teman." "Apa maksudmu?" James bertanya dengan raut wajah tidak suka. "Kesopanan," jawab Diego singkat. Riley yang menyaksikan tiga orang itu sedang mulai akan berdebat itu mendesah pelan. Dia berniat untuk melerai tapi dia malah mendengar James membalas ucapan Diego, "Kesopanan? Apa itu? Aku sama sekali tidak paham." Diego mengertakkan gigi, tapi Alen dengan cepat berkata, "Tentu saja kau tidak paham. Kalau paham, kau tentu bukan menjadi keturunan Jody Gardner." Riley terlonjak kaget saat mendengar temannya mengambil topik itu. Benar saja,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
31
DMCA.com Protection Status