Semua Bab Dicerai Suami, Dinikahi Majikan Tampan: Bab 51 - Bab 60
119 Bab
Part 48. Shock
Part 48Mariana membeku, ia shock dengan penuturan Putra. Untuk beberapa jeda ia mengatur napasnya yang terasa sulit. Lalu memandang ke arah sang suami."Apa itu semua benar, Mas?" tanya Mariana pelan tapi menohok.Bambang Wijaya hanya bisa diam seribu bahasa, ia memandang ke arah Putra yang langsung meninggalkan mereka penuh kekesalan."Mas, kenapa diam saja?! Apa itu semua benar?" teriak Mariana.Lagi dan lagi Wijaya masih bergeming."Kenapa kau tidak mau menjawabnya, Mas? Apa semua itu benar?! Jadi kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku?! Kamu sudah menipuku! Tega kamu, Mas!!" teriak Mariana lagi. Ia masuk ke dalam kamar dengan perasaan yang hancur berkeping-keping. Melihat istrinya tampak begitu marah, Wijaya pun menghampirinya setelah kembali menutup pintu kamar."Sayang, aku bisa jelaskan--""Jadi benar, kamu itu mantan suaminya Hana?""Eemmh, itu ... ya, dulu kami memang pernah menikah."Bagaikan disambar petir mendengar jawaban sang suami. "Kenapa kamu menyembunyikan hal
Baca selengkapnya
Part 49. Hampir tertabrak
Part 49Wijaya tercengang dengan permintaan istrinya. "Sayang, kenapa kamu bilang seperti ini?""Ya, itu karena mamamu bilang Hana mandul. Tapi apakah sebelumnya kalian sudah periksakan masalah kesuburan pada dokter? Apa hasilnya? Benarkah Hana mandul? Kalau iya, kasihan sekali Om Putra. Dia takkan bisa punya anak lagi. Tapi kalau tidak ... aku jadi bertanya-tanya siapa tahu yang mandul itu--"Wijaya menggeleng pelan. "No no no, hal ini tidak perlu dipermasalahkan, Sayang.""Gak perlu dipermasalahkan bagaimana? Aku takut tiba-tiba kau mencampakkanku karena tak bisa memberi keturunan.""Tidak, itu tidak akan terjadi, Sayang. Tolong jangan merajuk. Aku mencintai kamu sampai kapanpun.""Bohong! Buktinya kamu masih lirik-lirik Hana.""Tidak, Sayang ... Sudahlah, mulai sekarang lupakan tentang Hana. Dia hanyalah masa lalu. Kita fokus sama hubungan kita saja."Mariana menatap wajah tampan sang suami. Meski dia mantan suami orang, terlebih pembantunya, tapi ia tak bisa menampik perasaannya se
Baca selengkapnya
Part 50. Penolakan Putra
Part 50Putra mengambil amplop undangan dari Mariana. "Farish mengundangku?" gumamnya. Tapi ia tak segera membuka undangan itu. Menaruhnya begitu saja di atas meja.Sementara itu, Putra mengerutkan keningnya menatap ke arah Reni, meraih dokumen dari tangan kakak perempuannya itu."Apa ini?"Reni justru tersenyum. "Putra, kakak iparmu sedang membutuhkan dana.""Berapa?""10 Milyar saja, Putra.""Buat apa?""Dia sedang butuh modal untuk buka usaha, Putra.""Bukankah sebelumnya sudah ada, lalu?""Usaha itu udah hampir gulung tikar, jadi mau merintis usaha baru lagi."Putra menghela napas panjang. "Ini sudah kali berapa dia seperti ini terus? Kenapa sih Mbak gak bisa tegas?""Putra ....""Mbak, setelah yang sudah-sudah mbak jual aset-aset milik ayah, jual perhiasan milik mbak dan juga almarhum ibu, untuk buka usaha baru lagi tapi hasil tetap nihil. Dan sekarang mbak ingin pinjam uang perusahaan, itu tidak mungkin, karena uang itu untuk operasional perusahaan!""Putra ....""Aku tidak bis
Baca selengkapnya
Part 51. Kabar Membahagiakan
Part 51"Bagaimana penampilanku kali ini, A? Apa sudah pantas menemanimu di pertemuan itu?" tanya Hana yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Ia masih memperhatikan baju yang dikenakannya. Sebuah longdress lengan panjang berwarna hitam, yang bertabur payet miyuki juga swarowski di bagian lehernya. Serta ikat pinggang bunga mawar jumbo yang melingkar di pinggang sebelah kiri.Penampilan yang sederhana dari pada dibandingkan dengan yang lain. Tapi bagi Hana, ini adalah penampilan yang paling mewah. "Cantiiik, sangat cantik ...." sahut Putra. Ia yang tengah memasang dasinya sendiri. Ia pun menghampiri ke arah sang istri yang duduk di hadapan meja rias. Putra mengecup pipi sang istri dengan lembut dan hangat. "Kamu terlihat sangat sempurna, Sayangku. Sungguh aku justru takut kalau di pertemuan itu ada yang menginginkanmu."Hana tertawa ringan. "Itu tidak akan terjadi, kan ada suamiku, sang pengusaha tampan!" jawab Hana dengan nada manja.Putra tersenyum. Ia mengecup pipi Hana la
Baca selengkapnya
Part 52. Anugerah terindah
Part 52"Bukan gak adil, Ana. Semua sudah ada takdirnya masing-masing," sahut Putra.Hana tersenyum mendengarnya."Aku senang sekali, ini anugerah dari Allah yang dikirimkan pada kami.""Nah, karena ada kabar paling membahagiakan di sini, kita makan-makan bersama ya!" seru Mahesa. "Putra dan menantuku, untuk malam ini menginaplah dulu di sini," lanjut Mahesa lagi. Ia merasa sangat senang, akan ada anggota baru pada keluarga besarnya."Baiklah, Ayah."Mariana bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar dengan perasaan berkecamuk."Sayang, kamu mau kemana?" tanya Wijaya. Mariana tak menanggapi, jadi terpaksa Wijaya mengejarnya.Braakk! Pintu kamar dibanting dengan kencang. "Mariana, buka pintunya, Sayang ..." Wijaya merajuk.Dengan malas, Mariana membuka pintu, Wijaya segera masuk."Kamu mau ngasih alasan apa lagi, Mas? Hana bisa hamil dengan Omku, itu artinya kamu yang bermasalah!""Tunggu, tunggu, Mariana, tenang dulu!" Wijaya berusaha menenangkan sang istri, tapi kedua tangan Wija
Baca selengkapnya
Part 53. Janji palsu
Part 53Pagi-pagi sekali mereka sudah bersiap untuk kembali tinggal di apartemen. "Kalian mau kemana? Pulang ke apartemen?" tanya Mahesa saat mereka berpamitan."Iya, ayah. Sudah tiga hari kami menginap di sini."Mahesa mengangguk, kemudian bangkit dari duduknya. "Jaga anak dan istrimu dengan benar ya! Jangan sakiti mereka.""Tentu, Ayah.""Kalau bisa kamu perketat penjagaan terhadap mereka. Ayah justru takut terjadi sesuatu pada anak dan istrimu. Apalagi kamu sudah mengumumkannya di depan publik. Kau tahu sendiri kan, banyak musuh berkedok rekan bisnis. Banyak musuh dalam selimut."Putra mengangguk. "Iya, Ayah. Aku akan ingat nasehat ayah."Hana tersenyum. "Kami pamit ya, Ayah.""Iya, menantuku. Jaga kehamilanmu dengan baik ya. Titip Alvaro sama Putra. Sadarkan Putra kalau dia sudah mulai salah jalan. Ayah tahu, kamu wanita yang sangat baik.""Baik, Ayah. Terima kasih banyak sudah menerima saya dalam keluarga ini. Saya merasa beruntung sekali.""Ya, ya, ya, tentu saja. Kamu adalah w
Baca selengkapnya
Part 54. Debat
Part 54"Tapi, Nak--""Sudah, Ma, cukup! Tidak usah dibahas lagi. Aku capek banget. Aku datang ke sini untuk menenangkan diri. Bukan untuk mendengarkan keluhan mama."Bu Samira menghela napas panjang. Ia juga kecewa pada jawaban anaknya. "Ada masalah apa sih, sekarang kamu kok kusut banget?"Bambang Wijaya masih memijat pelipisnya. "Apa yang harus kukatakan pada Mariana, Ma? Aku takut mereka akan marah padaku.""Ada apalagi ini?""Ini masalah besar, Ma.""Masalah apa? Katakan yang jelas, Bambang Wijaya, jangan bertele-tele.""Tentang kesuburanku, Ma. Aku sudah melakukan test kesuburan sendiri tanpa sepengetahuan Mariana, dan hasilnya ternyata aku gak subur, Ma.""Apaaa? Itu gak mungkin! Mana mungkin anak mama mandul!" pekik Bu Samira kaget."Tapi itu kenyataannya, Ma! Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku menghadapi keluarga mereka. Sementara Mariana juga menuntutku untuk menjalani proses bayi tabung.""Mana surat dari dokter yang menyatakan kesuburanmu? Mama pengen lihat!""Ada di
Baca selengkapnya
Part 55. Berbeda
Part 55"K-kamu sudah tahu?""Ya!" sahut Mariana ketus. Terpancar jelas wajahnya yang tampak begitu kecewa.Wijaya langsung berlutut di hadapan istrinya. "Maafkan aku, Sayang. Aku memang seorang pecundang yang tak mampu mengakui kekuranganku sendiri. Maafkan aku."Mariana masih saja kesal pada suaminya itu. "Mariana sayang, tapi sungguh cinta dalam hatiku hanya untukmu, aku--""Sudahlah Mas, tak perlu merayuku lagi, aku capek!" Mariana beringsut mundur, ia segera menghapus riasan makeupnya dengan pembersih wajah."Sayang ...""Diamlah, Mas! Jangan bicara padaku! Aku lagi benci sama kamu!" serunya.Suasana hening sejenak, kedua insan itu terhanyut dalam pikirannya masing-masing."Untuk sementara kita masing-masing dulu."Wijaya terkesiap mendengar ucapan sang istri. "Apa maksudmu dengan masing-masing, Mariana?""Mas, aku butuh waktu untuk menenangkan hati dan pikiranku dulu. Jadi, aku ingin kau tidak mengajakku bicara.""Sayang. Tapi kan kita ini suami istri--"Mariana mengangkat sebe
Baca selengkapnya
Part 56
Part 56Setelah beberapa saat, rasa mual Hana mulai mereda. Ia bisa memejamkan matanya sejenak. Putra menatap arloji di tangannya, waktu menunjukkan pukul 06.00 WIB. Atas inisiatifnya sendiri, ia menghubungi adik iparnya, Husna. 'Dia belum berangkat sekolah kan? Aku harus mengobrol dengan ibu dan berkonsultasi padanya.' Batin Putra berbicara sendiri.Panggilan tersambung, tak lama terdengar sapaan suara lembut di seberang telepon."Hallo kakak ipar, ada apa? Gimana kabar teteh? Dia baik-baik saja 'kan?" tanya Husna. "Iya, Dik, semuanya baik-baik saja. Apa ibu ada? Ada yang ingin saya sampaikan.""Ada, tunggu sebentar ya, A.""Iya."Selang beberapa menit terdengar sahutan lembut suara ibu mertuanya."Halo. Ini Nak Putra?""Iya, Bu. Gimana kondisi keluarga, Bu?""Semuanya baik. Gimana dengan kalian? Hana bagaimana?" Ibu balik bertanya."Iya, Bu, kami baik-baik saja. Saya ingin beri tahu kabar gembira untuk ibu.""Kabar apa, Nak?""Hana sedang hamil, Bu.""Waah, beneran, Nak? Si Neng H
Baca selengkapnya
Part 57. Keributan di pesta
Part 57Hana sempat terkejut saat beradu pandang dengannya. Tapi berusaha tak peduli, ia hendak melangkah mengejar Alvaro."Alvaro, tunggu, Nak! Jangan jauh-jauh, Nak!" teriak Hana. Serta merta perempuan itu menoleh ke arah pandang Hana. Mendadak ia mencekal pergelangan tangan Hana dengan kuat, menahannya pergi."Tolong lepasin aku, Mbak! Aku minta maaf, aku gak sengaja," ujar Hana seraya berusaha menepis cekalan tangannya."Tak semudah itu kau pergi gitu aja! Kau sudah mempermalukanku di depan umum!" sanggahnya dengan nada setengah berteriak, membuat para tamu undangan menoleh ke arah mereka berdua. Terdengar bisik-bisik setelahnya."Mempermalukan gimana, aku kan sudah minta maaf aku gak sengaja nabrak mbak tadi. Tolong ya, Mbak, izinkan aku pergi, aku harus menyusul Alvaro."Wanita itu tersenyum dengan sinis. "Minta maaf saja tidak cukup! Emangnya kata-katamu bisa membersihkan masalahmu itu.""Maksud mbak apa? Tapi maaf, aku gak ada waktu untuk berdebat denganmu!" Sekuat tenaga, Ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status