All Chapters of Jebakan Nikah Kontrak : Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
31. Cinta Akan Pudar
"Yuri? Apa benar begitu?" tanya Nenek Yuana. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa rencana Wolf akan terbongkar begitu cepat."Maksud Nenek?" Yuriko mengerutkan keningnya balik bertanya."Sejak awal, nenek tahu kalau Wolf berusaha menjebakmu dengan adanya nikah kontrak," sahut Nenek Yuriko menjelaskan.Ia merasa Wolf tulus mencintai Yuriko. Bahkan sejak awal, ia sudah yakin kalau Wolf tidak main-main dengan perasaannya. Itulah alasan mengapa ia mendukung seratus persen rencana Wolf. Dan sekarang, di saat Yuriko sudah tahu segalanya, sudah saatnya baginya untuk meyakinkan cucu semata wayangnya."Apa?" terkejut Yuriko.Dengan manik mata dan mulut yang terbuka lebar, Yuriko menatap neneknya. Ia tidak tahu apa yang ada di pikiran neneknya sampai-sampai mendukung rencana Wolf untuk menipunya. Padahal, sang nenek tahu kalau ia sangat-sangat tidak menyukai pria berparas tampan."Kalau tahu, kenapa Nenek diam saja? Kenapa tidak bilang sama Yuri?" tanya Yuriko tidak habis pikir."Sebentar." Nene
Read more
32. Membatalkan Perjanjian Nikah Kontrak
"Tolong jangan bercanda, Nek, ini sama sekali tidak lucu. Yuri benar-benar tidak suka candaan Nenek kali ini." Yuriko mengguncang pelan lengan neneknya. Namun sayangnya, sang nenek justru bersikeras untuk memejamkan matanya, "Baiklah kalau Nenek ingin Yuri menerima Mas Wolf sebagai suami dan memperlakukannya dengan baik. Yuri janji, Yuri akan melakukannya, tapi Nenek harus bangun. Sudah cukup bercandanya," imbuhnya berjanji.Meski tidak mendengar suara nafas dan pergerakan apa pun dari sang nenek, bahkan jantungnya pun sudah berdegup kencang mengetahui sesuatu yang buruk terjadi. Namun, Yuriko berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa sang nenek hanya tertidur saja."Nenek mengantuk? Ya sudah, Nenek tidur saja dan Yuri akan menemani Nenek di sini." Yuriko kembali duduk dan menatap neneknya sambil tersenyum.Kedua sudut bibirnya dinaikkan sempurna, tetapi tatapan matanya tidak bisa bohong. Manik matanya memancarkan kesedihan yang teramat dalam dan kaca-kaca penghalang pandangan siap un
Read more
33. Kau Ingin Aku Melakukan Apa?
Perlahan, dengan tangan yang gemetar Yuriko membuka lipatan kertas itu. ["Untuk cucuku tersayang, Yuriko."Baru melihat kalimat pembuka, air mata Yuriko kembali menetes. Di sana, tertulis namanya dengan kata sayang yang akan selalu ia rindukan nanti.["Sebenarnya setelah operasi, perut nenek masih sering terasa sakit. Nenek menanyakannya pada dokter dan diperiksa. Kemudian dokter menyarankan agar nenek dioperasi lagi, tapi nenek menolak."Manik mata Yuriko terbuka lebar-lebar. Bagaimana bisa ia tidak tahu kalau sang nenek masih mengalami sakit perut meski sudah dioperasi?["Nenek pikir, nenek sudah terlalu tua. Meskipun melakukan operasi ulang dan sembuh, nenek yakin akan muncul penyakit lainnya. Nenek lelah merepotkanmu terus-menerus. Jadi nenek mohon, jangan salahkan dokter atas apa yang menimpa nenek."Air mata Yuriko sudah langsung menganak sungai. Demi Tuhan, ia tidak pernah merasa direpotkan sama sekali. Ia justru ingin neneknya sembuh, tidak peduli dengan cara apa ia mendapatk
Read more
34. Maukah Kau Menjadi Istri Sungguhanku?
["Yuri, cucuku sayang. Ada hal penting yang harus kau tahu. Sebenarnya bukan ayahmu yang selingkuh, tapi ibumu. Beberapa tahun setelah kau dilahirkan, nenek memergoki ibumu bermesraan dengan seorang pria dan ternyata ayahmu pun sudah tahu.""Ma-mama? Bagaimana bisa? Kenapa kesedihan dan luka Mama justru sangat terlihat bukannya Papa. Sumpah demi Tuhan, aku tidak bisa membayangkan betapa hancurnya Papa dulu," bisik Yuriko dalam hati.Mata dan mulut Yuriko terbuka lebar. Air matanya mengalir begitu deras membayangkan bagaimana ia membenci ayahnya selama ini. Padahal, orang yang seharusnya mendapat kebencian darinya adalah sang ibu.["Setelah kau beranjak dewasa, Ibumu memutarbalikkan fakta dan menyalahkan ayahmu. Hingga pada akhirnya, kalian mengalami kecelakaan.""Mama benar-benar kejam. Kenapa di mobil waktu itu Mama bersikap seolah Mama orang yang paling menderita? Seharusnya Papa ... Seharusnya Papa yang menderita karena kecurangan Mama," batin Yuriko menangis. Air matanya jatuh me
Read more
35. Mau Mencoba Menjadi Istri Sungguhan
Wolf sedikit menjauhkan tubuhnya. Ia kembali menyentuh jemari Yuriko dan meremasnya perlahan. Lalu, ia menatap manik mata indah wanita yang sangat dicintainya."Aku ... Aku apa, Yuri?" tanyanya tidak sabaran."A-aku ma-mau mencoba menjadi istri sungguhanmu," jelas Yuriko terbata.Meskipun masih terdengar sangat ragu-ragu, tetapi Wolf tidak mempermasalahkannya. Yuriko sudah mau mencoba menjadi istri yang sesungguhnya saja sudah membuatnya sangat bahagia."Baiklah, mari kita coba," ujar Wolf bersemangat."Tunggu! Apa kau tidak marah?" tanya Yuriko terkejut. Ia pikir, Wolf akan marah atau kecewa karena hubungan pernikahannya dijadikan sebagai bahan percobaan. Akan tetapi, ia justru mendengar jawaban di luar bayangannya."Kenapa aku harus marah?" tanya Wolf sambil mengedikkan bahunya."Tidak, sih. Hanya saja ... Ah, sudahlah. Sekarang bawa aku pulang ke rumah dulu," sahut Yuriko bingung."Rumah yang mana? Rumah kita?" tanya Wolf tidak paham.Awalnya, Yuriko langsung merapikan posisi dudu
Read more
36. Jantungku Masih Aman 'Kan?
Mendengar permintaan dan suara manja Wolf membuat Yuriko terkejut. Ternyata pria dengan tubuh tinggi kekar itu bisa bersikap manja juga, pikirnya. Namun belum sempat memberi respon apa pun, Wolf sudah kembali berbicara. Mungkin takut Yuriko akan marah karena permintaan konyolnya."Kalau kau keberatan, kau tidak perlu melakukannya," imbuh Wolf lesu."Cup!" Yuriko mengecup pipi Wolf singkat, "Aku mau ke kamar dulu sebentar," ujarnya bergegas berlari menjauh.Yuriko tersenyum sambil menyentuh pipinya yang terasa menghangat. Jika ia tidak bergegas kabur, mungkin Wolf bisa melihat perubahan wajahnya yang memerah bagai bunga mawar merah yang baru saja mekar dengan indahnya.Sementara Wolf, saat ini pria itu sedang tersenyum malu. Hatinya berbunga-bunga bagai di musim semi. Padahal, ia sudah percaya kalau Yuriko akan menolak permintaannya. Namun ternyata, sang istri benar-benar mengecup pipinya meski sangat singkat."Jantungku masih aman, 'kan?" tanya Wolf pada dirinya sendiri. Ia mengusap d
Read more
37. Jika Aku Sampai Ingkar
"Aku ingin seluruh karyawan di perusahaan tahu dan berhenti menghinamu. Aku ingin mereka berpikir kalau aku yang beruntung mendapatkamu dan bukan sebaliknya," jelas Wolf menggebu.Pria itu ingin seluruh isi perusahaan merasa, bahwa ia mendapatkan keberuntungan yang berlimpah mendapatkan Yuriko. Ia ingin mereka berpikir seperti apa yang ia pikirkan."Aku tidak butuh semua itu, Mas. Aku tidak peduli, mau seisi perusahaan menghinaku asalkan bukan aku mengusik mereka lebih dulu," tolak Yuriko tegas."Kau memang tidak butuh dan tidak peduli, tapi bagaimana denganku? Aku tidak rela melihat istriku dihina dan diremehkan, Yuri. Apalagi melihat bagaimana cara mereka memperlakukanmu terakhir kali. Hati aku sakit, Yuri, sakit," sanggah Wolf menggebu.Ia tidak bermaksud untuk memamerkan kecantikan Yuriko di depan orang lain. Justru rasa takut mulai menggerogoti karena takut ada pria lain yang akan menyukai sang istri. Hanya saja, ia tidak ingin semua orang memandang rendah dan ingin semua orang t
Read more
38. Rasa Nikmatnya Di Luar Nalar
Menyadari akan kesalahannya, Yuriko bergegas menjauhkan wajahnya, bahkan ia sampai beranjak berdiri dengan canggung."A-aku ... Aku haus mau minum," ujar Yuriko gelagapan.Wanita itu berusaha menghindar. Namun sayangnya, Wolf tidak bisa melepaskannya begitu saja. Pria itu langsung meraih lengan Yuriko dan menariknya hingga jatuh di pangkuannya."Kau haus? Biar aku antar ke dapur." Wolf mengangkat tubuh Yuriko sambil beranjak berdiri."Ti-tidak, bukan itu maksud aku." Yuriko langsung melompat turun."Lalu, bagaimana maksudmu?" tanya Wolf menatap Yuriko dengan tatapan menelisik.Tangan kanannya meraih pinggang Yuriko dan menariknya. Kini, tubuh mereka berdua sudah menyatu. Jarak wajah keduanya pun hanya beberapa senti saja."Apa ini maksudmu?" tanya Wolf lagi sambil memiringkan kepalanya dan mengecup bibir Yuriko singkat."Bukan, Mas. Tadi itu aku ... cuma keceplosan," sanggah Yuriko."Baiklah, tapi apa malam ini kau sudah siap?" tanya Wolf sebelum mengecup Yuriko lebih jauh.Melihat ap
Read more
39. Ronde Keempat
Merasa ada seseorang yang mengikuti, Yuriko menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang."Astaga! Apa yang kau lakukan, Mas?" Yuriko membalikkan tubuhnya dan mengeluh.Bukankah ia sudah bilang mau mandi? Lalu, untuk apa Wolf mengikutinya? Seharusnya, sang suami menunggunya selesai kalau seandainya ingin mengatakan sesuatu."Aku tidak melakukan apa-apa," sahut Wolf sambil mengedikkan bahunya."Kalau kau tidak melakukan apa-apa, lalu kenapa kau mengikutiku sampai sini?" tanya Yuriko sambil melipat kedua tangannya di depan.Saat ini, Yuriko sudah berada tepat di depan kamar mandi. Hanya perlu melangkah satu langkah lagi ia sudah berpindah ruang. Namun, ia merasa terganggu dengan sang suami yang terus mengikutinya."Tentu saja karena aku mau mandi juga," sahut Wolf dengan raut biasa."Tunggu! Kau mau mandi?" Wolf mengangguk sebagai jawaban, "Boleh, Mas, tapi tunggu aku selesai dulu," imbuhnya."Loh! Memangnya kenapa? 'Kan kita bisa mandi bareng, Sayang?" tanya Wolf tidak mengerti.Jik
Read more
40. Aku Ingin Anak
"Kita mau ke mana, Mas? Bukankah kita baru sampai di kantor? Kau bahkan belum memberitahuku apa-apa saja pekerjaanku nanti," tanya Yuriko bingung."Aku ingin memberimu kejutan. Aku ingin keraguanmu padaku hilang karena apa yang akan aku lakukan nanti," sahut Wolf sambil menggandeng tangan Yuriko berjalan keluar ruangannya.Mendengar jawaban yang suaminya lontarkan membuat Yuriko mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti dengan kejutan yang akan Wolf berikan. Selama satu Minggu ini, mereka selalu bersama dan Yuriko tidak melihat sang suami merencanakan sesuatu di belakangnya."Tapi kejutan apa? Selama ini kau sibuk bersamaku dan tidak terlihat merencanakan sesuatu?" tanya Yuriko penasaran.Ia sama sekali tidak tahu kalau kejadian di lobby tadi membuat Wolf memiliki ide cemerlang."Pokoknya kau lihat saja sendiri nanti," jawab Wolf sambil melangkah masuk ke dalam lift.Dalam hitungan detik, dentingan suara lift terbuka terdengar. Wolf menoleh ke samping dan tersenyum. Mengeratkan genggam
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status