Semua Bab Suami Bastard Yang Manis : Bab 71 - Bab 80
122 Bab
Papa Minta Maaf
Karena tak enak mengatakannya lewat chat, Aayara dan Kakaknya memutuskan untuk berbicara lewat sambungan telpon. Di mana Kakaknya mengatakan jika Hendra, adiknya Dimas, tertangkap oleh pihak berwajib karena ketahuan kecanduan narkoba. Bukan hanya itu, sebelum tertangkap Hendra sempat membakar rumah Kakaknya karena marah Aayara menikah dengan orang lain. Yah, sejak lama Aayara tahu jika Hendra sudah menyukainya. Tatapan pria itu sangat aneh pada Aayara, karena itu Aayara memilih untuk tinggal di kontrakan dengan Jenny dari pada di rumah Kakaknya. Dia sangat terganggu dengan tatapan Hendra padanya. Dan sekarang puncak masalahnya, Hendra tahu dia menikah–pria itu marah dan membakar rumah Kakaknya sendiri. Akibat dari perbuatan Hendra tersebut, Arfita dan Dimas harus mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk mengganti rugi pada tetangga mereka yang rumahnya juga ikut terbakar. Belum lagi masalah kasus narkoba-nya–Dimas dan Arfita hampir kehabisan uang karena masalah ini! Satu lagi, He
Baca selengkapnya
Maaf Aayara
"Jenny, kamu pulang duluan ajah yah," ucap Aayara segera berlari ke arah Aesya yang terlihat kesulitan. Jenny sebenarnya ingin bertanya kenapa dia harus pulang lebih dulu, akan tetapi melihat Aayara pergi ke arah perempuan cantik tak jauh dari tempat mereka, Jenny memutuskan untuk menuruti perkataan Aayara dan segera pulang dari sana. 'Mungkin itu saudara iparnya. Kelihatan dari mobilnya yang mewah dan bajunya,' batin Jenny, memilih pulang lebih dulu ke kontrakan. Sedangkan Aayara, dia mendekati Aesya. Sedikit gugup dan merasa tak enak juga, mengingat jika Aesya diusir karena dirinya. "Kak Aesya," panggil Aayara dengan nada pelan dan takut-takut. Dia begitu gugup untuk berbicara dengan perempuan ini. "Ouh, akhirnya kau muncul juga." Aesya yang sedang memeriksa mesin mobil, sontak menoleh ke arah Aayara. Dia bersedekap dengan angkuh sembari menatap penuh ketidak sukaan pada Aayara. "Sana, pulang ke rumah itu. Karena mu yang sok keluar dari rumah, aku yang kena imbasnya. Aku yang
Baca selengkapnya
Kembali dengan Baik
Namun tiba-tiba saja …."Maafkan Kak Aesya, Aayara." Aesya mencicit pelan, mengobati luka di sikut Serena dengan pelan dan hati-hati, "mengenai kalung Kak Serena, Kakak juga minta maaf," tambahnya. Aayara menganggukkan kepala, juga tersenyum kaku. Rasanya canggung bagi Aayara berbicara dengan Aesya saat ini–mungkin karena Aayara tahu wanita ini pernah tidak menyukainya. "Ucapan kasar Kakak juga, maaf …." "Iya, Kak Aesya." Aayara lagi-lagi mengangukkan kepala. "Kamu mau tidak setelah ini berteman dengan Kakak? Kak Aesya punya banyak koleksi anime, kita bisa menontonnya bareng. Tapi-- syaratnya Aayara harus mau berteman dengan Kakak," ucap Aesya lagi, berusaha mengubah kesan buruknya di mata Aayara. Dia tahu dia tak pantas hanya sekedar untuk mengemis mohon pada perempuan menggemaskan ini. Namun, satu yang Aesya sadari; Aayara bukan anak yang buruk, dia baik. Aayara juga sudah merupakan bagian dari Azam, dia adik untuk Aesya dan Aesya sudah sepantasnya menyayangi Aayara. Mungkin me
Baca selengkapnya
Akting Agar Tak dimarahi
"Aa-" Hampir saja Aayara berteriak kencang, kaget karena tiba-tiba orang ia takutkan kemunculannya tiba-tiba sudah ada di sebelahnya. Namun untungnya, Aayara bisa mengendalikan diri dengan spontan membekap mulut menggunakan tangannya yang bebas–dia sembari menatap syok dan mata membelalak ke arah Maxim. 'Kok bisa Kak Reigha berubah menjadi Pak Maxim?' batin Aayara tiba-tiba menyengir kuda serta cengengesan salah tingkah saat Maxim menoleh tajam serta melayangkan tatapan membunuh ke arahnya. Maxim tiba-tiba membalik tubuh Aayara, membuat perempuan itu semakin kaget tetapi bingung juga. Hal mengejutkan lagi-lagi Aayara rasakan, pria berbadan Hulk ini menjinjing bagian belakang hoodie yang Aayara kenakan–membawa Aayara dari sana layaknya seperti menjinjing kucing yang kejebur dalam got. Bedanya, ini tupai bukan kucing. "To--tolong …," pinta Aayara pada keluarga suaminya tersebut. Sayangnya mereka hanya menatap dan memperhatikan saja, tak ada yang bergerak untuk menolong Aayara. Yah
Baca selengkapnya
Keinginan Manis Bumil
Ceklek' Serena yang sedang membaca sebuah novel favoritnya sontak menoleh ke arah pintu, menatap seorang pria di ambang pintu lalu tersenyum ke arahnya. "Kudengar Aesya dan Aayara sudah berteman, apa itu benar?" tanya Rafael, berjalan dengan langkah panjang untuk menghampiri istrinya yang sedang hamil dan duduk santai si sebuah kursi empuk. Serena menganggukkan kepala. "Mereka pulang bersama dan bergandengan tangan, Mas. Aku sangat senang melihatnya.""Humm." Rafael berdehem pelan. Dia duduk di sebelah Serena, mengecup lembut pipi Serena kemudian mengusap-usap perut istrinya dengan penuh kasih sayang. "Bagaimana kondisi Mimi dan baby dalam sini?" ujarnya begitu lembut, terus mengelus perut Serena yang sudah mulai membuncit sembari tersenyum hangat dan manis. Ah, Rafael sangat tak sabar bayinya lahir. Jika dia perempuan, Rafael akan punya putri yang bisa bermanja-manja dengannya. Dan jika dia seorang laki-laki, Rafael akan punya anak untuk bermain dan berbisnis. Serena ikut tersen
Baca selengkapnya
Gara-gara Topi
"Tidak! Aku tidak mau," pekik Aayara, bersi keras menutupi poninya. Hingga pada akhirnya Maxim berhasil melepas tangan Aayara dari keningnya, setelah sebelumnya Maxim memaksa dan berusaha melepasnya dengan kuat. Jeng jreng jeng!Maxim menaikkan sebelah alis, menatap Aayara dengan sedikit memiringkan kepala. Sudut bibirnya perlahan tertarik, geli dan lucu karena melihat potongan poni Aayara yang satu di atas alis serta miring juga. "Kau apakan ponimu?" tanya Maxim datar, namun percayalah dia ingin tertawa dalam hati. Ini sangat lucu dan menggelitik perut. Ditambah lagi dengan air muka Aayara, itu semakin mendukung. "Salah gunting," sungut Aayara, kembali menutupi poninya lalu menjauh dari Maxim. Namun pria itu lagi-lagi menahannya, Maxim memegang lengannya kemudian menjauhkan tangan Aayara kembali dari jidat. "Cih." Tak tahan lagi, Maxim berdecis geli. Aayara melotot horor ke arah Maxim, memperingati pria itu dan juga memukul lengan Maxim saat suaminya tersebut tertawa pelan. "J
Baca selengkapnya
Jangan Ganggu Istriku!
"Aku yang memberikannya, kenapa?"Sontak Sinta menoleh ke belakangnya, dia spontan membekalkan dengan raut muka terkejut dan panik. Segera dia membungkuk pada Maxim, "Pa--Pak Maxim."Maxim berlalu begitu saja, berjalan ke arah Aayara–mengabaikan perempuan yang membungkuk padanya. Setelah di depan istrinya dengan jarak yang cukup dekat, Maxim memasangkan topi itu ke kepala Aayara lagi. 'Se--seperti biasa, Pak Maxim akan datang sebagai hero.' batin Aayara, cukup salah tingkah serta gugup ketika Maxim memasang kembali topi tersebut ke kepalanya. Sedangkan Maxim, dia terus menatap wajah menggemaskan istrinya–dia memperhatikan mata Rachel yang cantik serta berbinar-binar seperti berlian dalam laut, lalu beralih menatap bibir Aayara. Shit! Sangat menggiurkan. Ranum dan manis! Yah, Maxim tak lupa dengan rasanya."Siapapun yang berani menertawakan poni istriku, dia akan berhadapan denganku!" ucap Maxim dengan dingin, tanpa menatap ke arah para karyawannya yang menertawakan Aayara tadi. Dia h
Baca selengkapnya
Siapa Aayara?
"Sebenarnya … Aayara merupakan adik kandung saya, Tuan dan Nyonya."Alfa, Gabriel, Sati dan Keena sontak mengerutkan kening. Namun, mereka juga tak mengatakan apapun agar pria di depan mereka ini lebih leluasa mengungkapkan isi pikirannya.Yah, tiba-tiba Aesya menyuruh mereka berkumpul, katanya Aesya ingin mengatakan sesuatu pada mereka semua–mengenai Aayara dan keluarga Aayara. Aesya mengatakan jika Aayara sedang dalam masa sulit. "Awal pertama bertemu dengan Aayara, saya sudah merasakannya, jika Aayara adalah adik kandung saya. Ketika Tuan Maxim memerintahkan saya untuk mencari data pribadi Aayara, saya tahu jika Aayara memang adalah adik saya. Tetapi … saya memilih tidak mengatakannya pada Tuan.""Kenapa kau tidak jujur pada Maxim, Kevin?" tanya Alfa, mengerutkan kening sembari menatap tajam dan penuh peringatan pada Kevin. "Apa kau berniat menyembunyikannya seumur hidupmu?""Mas." Keena menegur. Sedangkan Kevin, dia menggelengkan kepala. Air mukanya murung dan lesu, pancaran ma
Baca selengkapnya
Mengejar Aayara
"Hendra lagi!" desis Gabriel dengan raut muka dingin, menatap tajam dan terkesan tak suka pada istrinya. Seolah tak paham dengan maksud suaminya dan terkesan tak acuh juga, Sati memilih mengacungkan pundak. "Siapa Hendra?" tanya Alfa, memilih tak acuh pada adiknya yang kumat cemburunya. Cik, padahal jelas ini beda Hendra. Hanya nama yang sama. "Hendra merupakan adiknya Dimas."***"Karena kamu telah berani mencemarkan nama baik saya di depan CEO dan petinggi lainnya, maka kamu saya kasih tugas tambahan." Melinda meletakkan tumpukan dokumen di meja kerja Aayara. "Kerjakan semua dokumen ini dan jangan istirahat sebelum tugasmu selesai. Paham?!" "Maaf, Kak Meli, tetapi aku harus ke ruangan Pak Maxim sekarang ini. Aku ada keperluan dengan …-" Brak'Belum selesai ucapan Aayara, memili tiba-tiba saja menggebrak meja Aayara. "Sok penting sekali kamu yah! Kerjakan ini, titik!" "Tapi …-""Awas saja jika kamu tidak mengerjakannya," geram Melinda lalu beranjak dari sana dengan raut marah d
Baca selengkapnya
Aayara Milik Maxim!
Brak'Dengan kuat dan marah, Hendra menendang sebuah tembok yang baru setengah jadi pada bangunan rumah tersebut. Dia kesal karena setelah masuk dalam bangunan ini, Aayara dan teman dari pujaan hatinya tersebut tak terlihat. Dia sudah mengelilingi bangunan rumah yang setengah jadi ini namun dia tak menemukan kedua gadis itu. "Argkkkk … Aayara, di mana kau! Keluar, Gadis bodoh!" teriak Hendra marah, menendang sebuah kayu di sana untuk melampiaskan kemarahannya. Hal tersebut hampir saja membuat Jenny berteriak karena kaget pada suara Hendra, bercampur takut juga pada Hendra yang terasa dekat dengan tempat persembunyian mereka. Aayara dan Jenny bersembunyi di dalam sebuah tumpukan batu bata yang kebetulan punya ruang di dalamnya–tempat semen dan peralatan tukang disimpan. Aayara membekap mulut Jenny, menatap sahabatnya tersebut juga dan memperingatinya untuk tak berteriak. Jujur saja, Aayara juga takut. Namun untuk berteriak, dia sudah tak sanggup. Malah yang ada Aayara mengantuk, sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status