All Chapters of Terperangkap Dendam Bos Arogan: Chapter 71 - Chapter 80
132 Chapters
Pernikahan
Namun meskipun mereka bertengkar, makan siang berjalan cukup lancar. Aziya bahkan makan lebih banyak dari biasanya. Setelah selesai, bahkan Galih yang membereskan semuanya dan duduk kembali bersama Aziya.Pria itu kembali dengan sebuah kotak perhiasan."Ayo menikah dalam waktu dekat, aku sudah membeli cincin pernikahan kita, dan ini adalah selembar kontrak pernikahan yang harus kita tandatangani. Pikirkanlah, kau ditinggalkan suamimu dan menikahi sepupu kamu sendiri, bukannya bagus kalau kau menikah denganku?"Benar bukan? Seperti dugaan Aziya selalu saja ada hal tersembunyi dalam kebaikan Galih untuknya.Akan tetapi ia juga memikirkan betapa sakit hatinya jika harus menghadiri pernikahan sepupunya sendiri dengan mantan suaminya, seperti membuka luka lama di hatinya.Akan tetapi dengan menggandeng tangan pria berkuasa ini, mungkin saja akan menjadi lain."Apa yang kau pikirkan? Kau kira aku memberikan pilihan? Kau tahu, dari sebab kecelakaan itu, berapa banyak kerugian yang kualami d
Read more
Kerabat?
"Benar, Aziya adalah calon istriku, kami akan menikah dalam waktu dekat."Guntur terlihat kaget dan kecewa, ada sedikit penolakan di hatinya. Entahlah mengapa ia merasa begitu dekat dengan Aziya meskipun hanya beberapa kali bertemu. Mungkin saja karena adalah orang yang merawatnya saat ia belum sadarkan diri."Ooh, begitu. Itu berarti dia adalah calon kakakku, tentu saja aku sangat senang," ujarnya tenang.Ayah Galih dan ibunya tidak ingin berkomentar apapun. Ia sungguh ingin mendengar langsung dari Aziya."Bagaimana denganmu Aziya, apakah Galih tidak sedang omong kosong?"Aziya sedikit gugup tapi ia segera mengangguk pelan. "Benar, Pak, kami memutuskan untuk menikah," jawab Aziya pelan."Sudah kubilang, Aziya sangat pemalu kalau soal pernikahan, Yah. Jadi sekarang sudah jelas buat semua ya, kalau kami akan menikah."Kedua orang tua Galih tersenyum meskipun sedikit dipaksakan. Bukan karena tidak suka, tapi karena mereka kuatir soal dendam putranya itu, apakah memang Galih sungguh suda
Read more
Provokasi
"Lalu, kenapa mereka tidak mencari ibunya alih-alih hanya menginginkan hartanya? Apakah mungkin ada yang seperti itu di dunia ini?"Wanita itu menatap Aziya tajam."Apa kau punya orang tua?""Tentu saja. Ibu bapakku masih hidup dan meskipun mereka miskin aku sangat mencintai kedua orang tuaku. Semua itu kewajiban seorang anak bukan?""Kau bukan kera seperti anakku, aku berharap anak sepertimu tapi ternyata aku juga yang salah mendidik mereka. Aku mendidik mereka dengan uang sehingga mereka terlalu mencintai uang. Jadi, bukan sepenuhnya salah Nurlela sehingga dia mencintai semua uangku, bukankah begitu?"Aziya jadi tersenyum karena berpikir soal keyakinan wanita itu yang sebenarnya sangat lebih masuk akal. Ia mengakui kesalahannya terhadap sesuatu, tidak seperti pria tampan di ujung sana yang selalu menyalahkan orang lain, batinnya.Akhirnya mereka selesai dan tibalah saatnya menghadiri acara pertunangan Reza di kediaman Davina.Saat melangkah, jantung Aziya berdegup kencang memikirkan
Read more
Gaun
Kejutan yang tidak terduga buat Davina, ia merasa mengapa Aziya mendapatkan yang lebih darinya dari segi apapun saat ini."Ini tidak nyata...," desisnya tapi Galih segera membawa Aziya untuk pergi."Kita tidak akan makan di tempat ini, Aziya. Aku takut seseorang meracuni kamu karena kecantikan kamu saat ini," bisik Galih di telinga Aziya."Kau sangat pandai membuat orang marah, Tuan. Aku bahkan mengacungkan jempol atas sandiwara yang kau mainkan," balas Aziya di telinga pria itu.Galih hanya terkekeh kecil tapi makin mengeratkan genggamannya."Tapi serius, kamu memang sangat cantik saat ini, kurasa Reza sangat cemburu melihatmu, dia pasti menyesal menyia-nyiakan mutiara seindah ini.Di sudut lain pesta tersebut, wanita tua itu telah melihat Nurlela yang sedang menyambut seorang tamu undangan. Diapun mendekati Nurlela dengan hati-hati dan berkata, "Aku tak mengira bisa menemukan anak perempuan yang sudah menipu ibunya sendiri, ternyata benar kata orang-orang, kamu hidup mewah bergelima
Read more
Kompensasi
Aziya memandang takjub kilau manik yang tertata begitu apik dalam belahan dada rendah gaun pengantin berwarna putih bersih yang kini ia kenakan.Hampir-hampir ia lupa bahwa dulunya ia sudah pernah berdiri di pelaminan dengan gaun pengantin yang indah juga. Tapi ini sangat berbeda, gaun yang dipakainya membuatnya seperti manekin cantik dan mengagumkan.Aziya berputar mencari bagian mana yang dirasa kurang sesuai, tapi karyawan butik itu mengikuti semua gerakan Aziya yang mungkin kuatir terjadi sesuatu pada gaun itu."Ini sangat indah, aku belum pernah melihat yang lebih indah dari gaun ini," gumam Aziya lalu yang dibalas senyuman oleh sang pegawai."Tentu saja, desainer pakaian ini juga bukan orang sembarangan," jawab pegawai wanita itu dengan ramah. "Tuan Galih meminta kami desain terbaik dan termewah, saya rasa anda adalah wanita yang spesial."'Spesial? Spesial apanya?' batin Aziya menggerutu dalam hati.Aziya mematut dirinya di cermin, setidaknya ia bisa mencoba gaun mewah seperti
Read more
Ingatan
Celine ikut tertawa, memang benar Galih adalah orang yang sangat detil dalam segala sesuatu. Akan tetapi apakah ia juga begitu teliti dalam urusan wanita sehingga membiarkan wanita sekelas Aziya mendekati hidupnya?"Oh ya, kau benar, mungkin aku harus meneliti lagi laporan dari bawahanku dan aku akan melihat mungkin saja kompensasi itu tidak perlu," kata Tuan Feng lagi."Hmm, terserah saja.""Oke. Dan selanjutnya aku ingin bertanya padamu, apakah hubunganmu dengan Celine baik-baik saja? Maksudku... aku mendapatkan sebuah video skandal antara kamu dengan seorang tukang sapu di perusahaanmu, aku berharap kau berhati-hati dalam rumor bawahanmu yang akan mencoreng nama baikmu, selesaikan dengan baik masalah ini."Galih menautkan alisnya, tidak mengerti rumor apa yang dimaksud bahwa ada skandal antara dirinya dengan tukang sapu juga."Rumor seperti apa? Skandal"Tuan Feng menyerahkan sebuah video pada Galih, video saat ia memangku Aziya di perusahaan.Sementara itu Guntur berada di balik t
Read more
Alergi
"Apa maksudmu?""Sudah, jangan banyak bertanya, ini sangat penting untuk kita bicara berdua saja, cepat!" desak Galih.Aziya beringsut pelan keluar dari apitan kedua anaknya, ia juga tak mengerti kenapa Galih harus berbicara dengannya malam-malam begini.Setelah berhasil keluar dari kamar anaknya, Aziya berdiri di hadapan Galih."Baik, apa yang akan kita bicarakan malam-malam begini? Dimana kita akan bicara?"Akan tetapi raut wajah Galih justru terlihat mencurigakan. Ia tersenyum-senyum dan berkata, "Aku sangat lapar, bisakah kau membuat untukku semangkuk mie instan?" katanya kemudian."Hah?".jawab Aziya malah melongo. "Bukankah banyak maid yang bisa membuatkan makanan untukmu? Apa kata orang tuamu kalau aku harus melayanimu malam-malam begini?""Hei, tenanglah, mereka tidak akan tahu kalau kamu nggak berisik. Ayolah, aku sudah sangat lapar."Galih terdiam, ia mengingat sebuah kisah dibalik mie instan itu dan masih terasa sangat menyakitkan. Kenangan itu hampir saja membuatnya terkubu
Read more
Akting
Tak mengerti dengan apa yang dikatakan Galih, wanita itu hanya menatap pria itu dengan tersenyum."Kalau seseorang membuatmu alergi, kau bisa menghindarinya supaya tidak berbahaya untukmu," begitu jawab Aziya."Enggak juga. Konsep itu tidak selalu benar. Aku memilih untuk mendekat dan melihat reaksinya. Ternyata tidak terlalu buruk. Sepertinya aku malah semakin suka."Senyuman Galih membuatnya berpikir kalau pria itu sedang membicarakannya. Benar bukan, Galih pasti sedang membicarakan soal bagaimana ia harus menerima kontrak dan kebencian karena dendam di masa lalu. Apakah berarti Galih sudah memaafkan dirinya dan semua masa lalunya?"Benarkah? Tapi bukankah alergi bisa kambuh sewaktu-waktu?""Entahlah, aku juga tidak bisa memastikan. Aku hanya perlu menjalani rencana hidupku, itu saja."Aziya menautkan alisnya. Sifat egoisme Galih masih sama, ia tidak perduli dengan perasaan orang lain.'Lalu bagaimana dengan perasaanku? Kau tidak pernah perduli kalau mungkin aku adalah orang yang te
Read more
Kebenaran
Aziya sangat terkejut dengan perlakuan Galih. Ia sudah sangat ketakutan kalau sampai terlalu banyak kontak fisik seperti ini.Ini terlalu berat untuknya."Aku memaafkan kamu kali ini, tapi esok hari kau tidak bisa melakukannya lagi sebagaimana yang telah kita sepakati bersama di dalam perjanjian kontrak," tegas Aziya.Ia harus mengatakan ini untuk dirinya, meskipun jujur ia mulai menyukai sikap Galih yang posesif padanya. Hanya saja itu tidak boleh sering terjadi atau suatu saat ia akan kecewa."Hmm, ini hanya pelukan ringan, orang akan berpikir lain kalau kita tidak melakukannya."Aziya tak bisa menjawab, terlebih beberapa tamu undangan mendekati mereka untuk mengucapkan selamat. Tentu saja mereka harus bersikap netral seolah pasangan yang bahagia..Tak lama kemudian mereka juga dikejutkan dengan kehadiran Reza dan Davina. "Selamat ya, Pak." ujar Reza menyelamati"Oh, baik, terimakasih. Bagaimana dengan kalian, kapan mau menikah?" tanya Galih dan Aziya hanya melirik sekilas obrolan
Read more
Kamar
Aziya sungguh merasa Galih sangat egois. Memang benar masa lalunya sangat menyakitkan, namun ia telah mengakhiri perasaan itu dan berusaha melupakan semuanya demi kedua anaknya.Terlepas bagaimana sulitnya terlepas dari semua itu, masalah terbesarnya saat ini justru terletak pada pernikahan palsu yang telah mereka lakukan.Ia bersedia karena uang!Ia butuh uang untuk keluarganya, untuk orang tuanya dan juga untuk anaknya. Ia bersedia melakukannya karena ia butuh uang untuk hidup layak dan menepis harapan kehidupan percintaan atau apapun itu demi masalah hidupnya tidak semakin terpuruk.Dan memprovokasi Reza bukanlah target hidupnya. "Apakah membuat mereka tersudut membuatmu puas? Bahkan dengan segala cara, sebenarnya semua ini hanyalah untuk sebuah dendam karena kecelakaan itu?!""Hei, kenapa kamu sangat marah? Aku berdiri sebagai suami yang membela kamu, atau sebenarnya... kau masih mencintai laki-laki brengsek itu?!" kali ini Galih justru bersikap marah pada Aziya.Dari sudut yang
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status