All Chapters of ISTRIKU TAK SUKA DANDAN: Chapter 31 - Chapter 40
57 Chapters
Tak Menyangka
Jatuh cinta itu yang berat ketika kamu dikecewakan dan mengecewakan. Sama-sama terluka. Apalagi sebuah pernikahan yang harusnya seumur hidup bersama.Ting. Satu notifikasi pesan yang masuk dari Fery.[Bro, apa kabar? Usahakan besok masuk, banyak yang ingin menggesermu karena dua hari tanpa keterangan. Aku tahu perjuanganmu bisa sampai  jadi manager karena prestasimu. Jangan sampai orang yang iri denganmu mengambil kesempatan ini.] [Terima kasih, bro.] send. "Dari siapa?" tanya ibu. "Teman kantor. Banyak yang menginginkan Dave mundur hanya karena dua hari tidak masuk."  "Ibu tahu kamu masih terluka, tapi masuklah. Terlepas bagaimana selanjutnya itu memang salahmu tanpa kabar dua hari," jawab ibu. "Dave ingin menghilang saja, bu. Rasa bersalah ini menghantuiku."  "Itu bukan cara laki-laki sejati menyelesaikan masalah. Selama i
Read more
Sesal
"Apa pintu maaf itu sudah tertutup olehmu, Alya?" Aku memberanikan diri untuk bertanya. Sebelum aku benar-benar menyesali semua ini. "Pintu maaf itu sudah kubuka, tapi tak satu pun abang indahi segala rasa di hatiku. Jika abang bertanya apa aku tidak punya hati? Yang jelas disini aku terluka dibuat olehmu."  Rasanya layangan putus itu benar adanya. Alya mantap ingin berpisah denganku. "Kita menikah dengan baik-baik, bang. Mari kita berpisah baik-baik." Bolehkah aku berteriak jika aku tak ingin berpisah dengannya.  "Aku tak ingin berpisah denganmu, Al." Aku bahkan tak berani memandang wajahnya.  "Nyatanya ini yang terbaik untuk kita." Aku kehabisan kata-kata ketika memegang surat dari pengadilan ini. Rasanya h
Read more
Rasa Ini
Rasanya aku tidur sangat lama, kulihat ada inpus ditanganku. Namun, bedanya aku berada di ruangan yang begitu luas bukan di rumah sakit.  "Alhamdulillah akhirnya kamu sadar, Dave," ucap ibu yang langsung memelukku. Kepalaku masih berat, tapi aku sadar kejadian apa yang menimpaku. Alya terlihat akrab dengan dokter Nu Nu itu.  "Akhirnya abang tersayang sadar juga." Alya langsung menepuk bahu dokter itu. Jujur aku cemburu, aku bahkan tak seakrab itu dengannya. Sementara dengan si Nu Nu Alya begitu akrab tanpa ada sekat diantara mereka. "Ibu sejak kapan di sini?" tanyaku. Ibu terlihat panik melihat keadaanku. "Sejak kamu pingsan, Alya langsung menghubungi ibu," jawab ibu.  "Maafkan Dave, selalu merepotkan ibu." "
Read more
Tak Segampang Itu
Tak sabar aku langsung membalas pesan dari Alya. Jika ada kesempatan harus cepat kita ambil. Masih berharap Alya berubah pikiran. 'Terima kasih, Al.'Namun, sayang hanya centang biru, padahal aku sudah bolak balik seperti setrikah. Bahagia? Iya, aku sungguh bahagia Alya masih peduli denganku. Terutama dia mau membuka blokiran pada nomor ponselku. Jujur tanganku sudah tak sabar ingin memanggil nomornya. Namun, kutahan. Tidak mungkin dia mau mengangkat, tapi rasa penasaran ini membuatku tak bisa tidur.Kutekan nomornya berkali-kali untuk melakukan panggilan. Namun, sayangnya Alya tak menanggapi sama sekali.Aku yakin semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Namun, sebagian orang tidak mudah memaafkan kesalahan yang membuat dirinya terluka. Termasuk Alya yang teguh dengan pendirian meski aku berlutut sekali pun.****Suasana hati yang semakin baik membuat tubuhku juga ikut sehat. Meski Alya tak menanggapi, tapi setidaknya dia masih peduli denganku. Hanya dia peduli saja rasanya te
Read more
POV SUKMA
Hari-hariku dihantui dengan kehadiran bu Misye yang terus menerorku setiap hari. Dia bahkan sudah tahu kelemahanku saat ini. "Aku tahu kamu simpanan pak Ridho," ucap bu Misye. Jujur aku gugup, tapi berusaha untuk tenang."Sangat gampang bagiku memviralkan kalian berdua karena aku memiliki video kalian berdua," ucapnya lagi. Kali ini aku tidak bisa mengelak, tanganku gemetar."Tapi semuanya akan saya tutup jika kamu membantuku." Lagi dia menekanku."Apa itu, bu?" tanyaku. Aku mulai melemah."Aku sudah menghubungi suamiku untuk memindahkanmu ke cabang yang ada pak Dave Abimamyu. Bukannya kamu mantannya dulu." Dadaku naik turun, Dave adalah mantan yang begitu perhitungan ketika pacaran dulu. Meski begitu dia tidak pernah menodaiku apalagi menyakitiku. Justru sebaliknya aku yang sering menyakitinya."Kamu buat seolah-olah Dave kembali padamu agar istrinya yang sok itu marah besar pada Dave. Dari dulu aku tidak suka dengan Dave karena posisi dia suamiku tidak aman, kabarnya Dave akan dija
Read more
Masih Tentang Sukma
Akhirnya Dave masuk ke kantor setelah izin dua hari, kubuang rasa maluku agar misiku berhasil. Bu Misye terus menerorku. Benar-benar meresahkan yang namanya bu Misye ini. Kulakukan misiku, tapi Dave masih cuek. Berapa kali aku mengganggunya, dia masih tidak menganggapku ada. Aku sempat ingin menyerah, karena sepertinya Dave tidak sudah melupakan masa lalu. Hingga aku punya ide membeli makanan di restorant terdekat dengan meminta bantuan temanku. "Ros, pesankan aku makanan di tempat biasa, ambil yang paling enak." "Siap cantik," jawab Ros teman yang selalu ada untukku. Aku yakin semuanya pasti berjalan dengan lancar. Akhirnya dengan mata kepalaku sendiri kulihat istrinya Dave marah besar. Itu karena ulahku yang menyuapi Dave, mataku yang terus memandangnya membuatnya luluh. Itu memang kelebihanku ketika merayu laki-laki.  Kudokumentasikan lalu kukirim ke bu Misye apa yang kulihat. Dia berkali-kali terdengar tertawa puas
Read more
Kandas
Alya berpamitan dengan ibu. Aku tahu aku sangat memalukan. Namun, mempertahankan pernikahan ini harus aku perjuangkan. Mau diterima atau tidak itu urusan belakangan, tapi pernikahan ini harus aku perjuangkan sampai akhir.  Aku memegang tangannya Alya, berusaha agar dia tidak beranjak dari rumah ini. "Apakah kamu tidak ada perasaan sedikit pun denganku, Alya?" Aku menatapnya. Mungkin air mata sudah kering untuk memelas agar  pernikahan ini tetap bertahan. Namun,  sebelum putusan pengadilan berakhir, masih ada waktu untuk kuperjuangkan. "Aku menyukaimu, bang.  Tapi aku ingin berhenti agar kita tidak saling menyakiti. Aku bahagia bisa menjadi istrimu. Namun, seperti kata orang cinta tak harus memiliki." Allah ... rasanya sesak sekali mendengar istilah cinta tak harus memiliki. Apa sebesar itu salahku hingga Alya tak
Read more
Pasrah
"Boleh aku nebeng?" tanyanya memperjelas."Oh, boleh, Al." Ya Allah, jantungku benar-benar tak bisa dikondisikan. Ini nyata atau mimpi? Aku terus mengucek mataku tidak percaya."Kenapa Abang berdiri di sana terus, ayo kita pulang." Tunggu dulu ini tidak mimpi 'kan? Jangan-jangan hanya halusinasiku."Abang masih sakit, ya? Hallo ...." Alya mengagetkanku. Malu-maluin saja aku seperti orang linglung tidak jelas."Oh, iya, Al. Ayo kita pulang," ajakku. Namun, ustadz kondang itu terlihat menahan."Masya Allah Alya, kamu sudah punya suami? Suaminya tampan sekali, kukira pemain drama Korea tadi," ucap ustadz itu. Alya hanya membalas dengan senyuman."Mari, tadz. Kami balik dulu," jawab Alya.Alya menepuk bahuku, seolah mempercepat agar keluar dari masjid ini. Hubungannya dengan ustadz itu apa coba sampai dia ingin cepat-cepat pergi dari sini."Berhentiin di sini saja, bang. Ada sopir yang sudah menunggu.""Gak sama aku saja, Al." "Aku sudah memesan taksi. Abang jangan geer, ustadz yang tadi
Read more
Tak Ingin Berpisah
Saatnya untuk belajar agar menerima kenyataan bahwa Alya sudah tidak menerimaku lagi."Kok anak ibu, lemes gitu, tadi pagi sudah seperti orang kasmaran," ucap ibu menyambutku."Lapar, Bu. Ada sarapan?" tanyaku mengalihkan pembicaraan."Ada, sudah Bik Inah siapkan," jawab ibu."Ada apa lagi?" tanya ibu yang masih penasaran."Gak ada, Bu. Dave akan ikhlas dengan semua yang Alya inginkan. Cinta memang tak harus memiliki, daripada Alya terus tersiksa denganku." Ibu hanya mengangguk tersenyum mendengar penjelasanku."Alya berhak bahagia dengan siapa yang dia inginkan, Bu," jelasku lagi. Walau rasa tida rela meihatnya sangat akrab denga Ilham."Anak ibu makin dewasa ternyata ...." Ibu mengacak-acak rambutku. Aku dibuat seperti anak kecil."Nanti malam Dave balik ke rumah, Bu. Kasihan sudah ditinggal dua hari.""Ibu ikut saja maumu, nak." Senyum ibu seperti tetesan air di ta
Read more
Berjuang
"Aku tidak ingin bercerai, Al. Bisakah kamu cabut gugatan itu, Al?" dia memberontak kupeluk, tapi kutahan. Kali ini aku tak ingin lepas darinya. Aku memeluknya dengan tulus, memberikan atmosfer cinta bahwa yang kurasakan ini bukan main-main.  "Abang tau namanya sebuah kepercayaan? Ketika itu sirna maka tak ada lagi yang dapat diperjuangkan." Hening. Alya mulai mengeluarkan semua perasaannya. Aku sadar bahwa sebenarnya kami sama-sama terluka. "Aku sadar aku salah, Al. Manusia yang banyak khilaf seperti aku ini harus banyak belajar." Aku semakin memeluknya erat.  "Nyatanya hatiku masih sakit, bang. Bagaimana cara abang menyembuhkan luka ini. Aku juga manusia biasa yang jika disakiti sulit untuk bangkit lagi." Aku terisak. Cara apalagi agar Alya kembali padaku. Dia masih belum membuka hati
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status