All Chapters of Istriku Ayo Kita Menikah Lagi!: Chapter 41 - Chapter 50
98 Chapters
Bab 41 - Wanita di Masa Lalu
"Bagaimana jika Daddy memang benar papamu, apa kamu akan merasa senang?" balas Aland, pembicaraan mereka memang terkesan main-main tapi Aland sungguh menikmatinya.Lain halnya dengan Zoya, wanita itu sontak mendelik dan coba memutuskan pembicaraan dua pria tersebut. "Minuman mu sudah datang Al, silahkan diminum," ucap Zoya sebelum sang anak sempat menjawab."Turunlah Austin, biar pak Aland meminum tehnya dulu," titah Zoya pula."Tidak perlu Austin, duduk di sini juga tidak masalah," tolak Aland, dia bahkan memeluk Austin dengan gemas, membuat bocah itu semakin tertawa berada duduk di atas pangkuannya.Saat Aland sedang menikmati minuman, Zoya berulang kali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kiri, Sekarang sudah hampir jam 7 malam dan dia mulai khawatir jika Rama sebentar lagi akan pulang.Zoya ingin sekali segera mengusir Aland pergi, tapi Austin masih begitu antusias berbicara dengan pria tersebut. Austin sedang menceritakan tentang sekolahnya yang akan pindah di kot
Read more
Bab 42 - Dewa Penolong Austin
Dokter Kania juga sangat terkejut ketika melihat salah satu pasiennya ada di sini, bahkan sang pasien adalah pemilik acara di sini.Dulu saat mereka pertama kali bertemu wanita ini merahasiakan semua identitasnya, beralasan trauma dengan nama dan identitasnya karena pelecehan yang dia alami, jadi dia tak ingin menyebutkan data dirinya pada siapapun.Saat itu wanita ini membayar dengan harga yang sangat mahal untuk semua prosedur yang mereka berdua curangi. Dokter Kania seperti mempertaruhkan gelar dokternya karena mengoperasi tanpa mengenal identitas. Tapi tangis wanita ini malam itu begitu pilu membuatnya tak bisa berdiam diri, justru takut bahwa wanita ini akan bunuh diri.Ternyata dia hidup sebagai Zoya Beatrice. Batin dokter Kania. Wajah wanita ini yang asli tidak begitu dia ingat, yang melekat hanyalah wajahnya yang baru."Kita bertemu lagi, ternyata kamu adalah calon menantu di keluarga Elmer," ucap Dokter Kania, coba memecah kecanduan yang ada di antara mereka berdua. Dia ju
Read more
Bab 43 - Seorang Pria Yang Ibunya Sangat Membenci Anakmu
Zoya menitipkan Austin pada Aksara sekitar 20 menit, itu saja rasanya sudah lama sekali baginya. "Ram, aku lihat Austin dulu ya?" bisik Zoya pada sang kekasih, pria yang kini telah resmi jadi tunangannya. "Ayo kita lihat sama-sama," ajak Rama pula, dia kemudian pamit pada koleganya yang lain. Bersama-sama Mereka pun mencari sang adik, hingga akhirnya Rama yang lebih dulu melihat Aksara di ujung sana. Dahinya berkerut ketika melihat tak ada Austin di sekitar Aksara.Zoya yang melihatnya pun jadi cemas juga. "Aksara, dimana Austin?" tanya Zoya langsung. Kini dia dan Rama telah berada tepat di hadapan Aksara. "Austin bersama mama Kak, di sebelah sana," balas Aksara, "Ayo ku antarkan," timpal Aksara lagi, dia pun tidak ingin dikatakan lepas tangan. Mereka bertiga lantas menghampiri mama Sofia, tapi nyatanya Austin pun tidak bersama wanita paruh baya tersebut. "Austin dimana, Ma?" kini Rama yang bertanya."Austin? mana mama tau. Katanya dia ingin mencari Zoya, jadi mama biarkan pergi,"
Read more
Bab 44 - Hanya Dia Yang Tahu
"Sebelum semuanya terlambat, lebih baik pikirkan lagi keputusanmu itu," kata Aland lagi, entah sudah berapa banyak Dia berkata. Aland tak ingin Zoya sampai salah dalam mengambil keputusan, karena keputusan itu bukan hanya untuk Zoya sendiri tapi juga untuk Austin."Malam ini aku akan tidur di kamar yang lain, kamu tidurlah bersama Austin di kamarku. Di lemari juga ada baju ganti yang bisa kamu gunakan," ucap Aland, "Itu kamarku," katanya lagi seraya menunjuk pintu yang ada di sisi kanan mereka.Setelahnya Aland pun pergi dari sana dan menuju kamar lain yang ada di apartemen ini.Sedangkan Zoya mematung sesaat sebelum akhirnya dia menuju kamar yang tadi ditunjuk oleh Aland, di dalam sana langsung bisa melihat sang anak yang sudah tertidur pulas..Zoya membuang nafasnya lega, ada pula air mata yang kembali mengalir karena haru akhirnya dia bisa kembali bertemu dengan sang anak.Sumpah, Zoya tidak bisa mengalami kejadian seperti ini. Dia tidak bisa kehilangan sang anak, rasanya Austin a
Read more
Bab 45 - Perlahan Terkuak
Zoya menghidupkan ponselnya setelah dia selesai memakaikan baju Austin, kini bocah tersebut sudah nampak rapi dan wangi."Ma, aku keluar dulu ya?" pamit Austin, tapi belum sempat Zoya menjawab ponselnya sudah lebih dulu berdering, hingga mengalihkan sedikit perhatian Zoya terhadap Austin."Iya sayang," jawab Zoya buru-buru lalu segera melihat siapa yang menelpon, ternyata Rama.Dan sekarang Zoya jadi terasa ragu untuk menjawab panggilan telepon dari pria tersebut, semalam banyak sekali hal yang Zoya pikirkan tentang kelanjutan hubungannya dengan Rama. Rencana yang selama ini terlihat begitu jelas, kini mendadak jadi terasa seperti abu-abu.Zoya lantas melihat Austin yang membuka pintu dan keluar dari dalam kamar ini, meninggalkan dia sendirian dalam keadaan yang masih gamang.'Zoy, angkat telepon ku.' Pesan masuk dari Rama. Setelahnya kembali terdengar suara ponsel yang berdering.Dan setelah memantapkan hatinya sendiri, akhirnya Zoya pun menjawab panggilan telepon tersebut. "Halo," k
Read more
Bab 46 - Benang Merah
Setelah perlahan mengingat wajah asli Zoya, dokter Kania justru termenung. Karena seketika ingat dia sepertinya pernah melihat Zoya yang asli, tapi dimana? Dokter Kania terus coba untuk mengingat-ingat tapi selalu saja jalan buntu yang dia temukan. Dokter Kania lupa bahwa dia pernah melihat wajah Zoya yang asli melalui foto yang dibawa oleh Prisila Floyd beberapa hari yang lalu."Dokter, kenapa melamun?" tanya Zoya dan sontak membuyarkan semua lamunan dokter Kania. Dokter cantik itu lantas tersenyum dengan kikuk. "Tidak apa-apa Zoy," jawabannya kemudian. "Dokter, bisakah aku meminta tolong sekali lagi?" tanya Zoya, merasa sekaranglah waktu yang tepat untuk menyampaikan maksud dan tujuannya dia mengajak dokter Kania untuk bertemu."Apa itu Zoy? katakanlah, jika aku bisa membantumu aku pasti akan bantu.""Tolong tetap rahasiakan tentang operasi plastik yang pernah aku lakukan, sekarang aku sudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik, aku tidak ingin ada masa lalu yang kembali mengusi
Read more
Bab 47 - Wajah Baru Zara
Setelah Zoya membersihkan tubuh sang anak karena habis bermain di taman, dia pun menuju dapur untuk mengambil jus buah yang dia pesan pada Seli.Zoya memesan dua gelas, untuk dia satu dan untuk Austin 1 tapi ternyata Seli hanya menyiapkan satu gelas saja. Melihat itu Zoya hanya mampu tersenyum hambar, perlakuan seperti ini memang sudah sering dia dapatkan, tapi Zoya sekalipun tidak pernah mengadu kepada Rama.Tapi di dalam hatinya tak benar-benar sepasrah itu, ketika dia dan Rama sudah menikah nanti, Seli adalah pelayan pertama yang akan dia usir dari rumah ini."Terima kasih, Bi," jawab Zoya bicara dengan bibir yang tersenyum manis, senyum yang justru membuat Seli berdecih di dalam hati.Dengan segelas jus buah itu akhirnya Zoya pun kembali ke dalam kamar sang anak, lalu menyerahkan gelasnya kepada Austin. "Sayang, minumlah jus buah ini agar tubuhmu jadi lebih segar," kata Zoya. "Siap Ma!" jawab Austin antusias.Awalnya Zoya tersenyum lebar ketika melihat reaksi anaknya tersebut, tap
Read more
Bab 48 - Secepat Ini Mengkhianati Dia
Zoya duduk sendirian di salah satu sofa, sementara di hadapannya Aland duduk bersama sang kakak saling berdampingan. Zoya terus saja memalingkan wajah, meski merasa bahwa dia selalu diperhatikan oleh kedua orang tersebut. Sungguh, Zoya sedikitpun tidak ingin mengalami kontak mata dengan keduanya.Ada luka di dalam hatinya yang masih belum sembuh, atas semua sikap yang pernah dilakukan oleh kedua orang tersebut.Dan keheningan yang sejenak tercipta akhirnya pecah ketika sang dokter datang menghampiri, lengkap dengan sebuah amplop berwarna coklat di tangan kanannya."Ini adalah hasil tes DNA antara Austin dan tuan Aland, kita akan membukanya bersama-sama," terang sang Dokter, pria paruh baya dengan kacamata yang dia kenakan.Beliau juga langsung membuka amplop yang masih bersegel tersebut, hasilnya langsung dia tunjukkan kepada Zoya dan Aland karena ada dua rangkap data di dalam sana.Membacanya Zoya cukup bingung, sampai akhirnya dia lihat sebuah tulisan dengan warna hitam yang lebih
Read more
Bab 49 - Tak Bisa Dibendung
Aland dan Prisila membawa Zara menuju apartemen Aland. Tiba di sana Zoya makin dibuat tak bisa berkata-kata karena ada pula dokter Kania.Dunia Zoya rasanya hancur seketika itu juga, dia nyaris terhuyung jatuh namun untunglah kedua kakinya mampu dengan cepat untuk bertahan."Zoya," ucap dokter Kania dengan tatapan yang entah, ada rasa bersalah, namun ada pula rasa bingung dan bahagia. Semua bercampur jadi satu, namun dia tak bisa menebak bagaimana perasaan Zoya saat ini, bisa saja Zoya justru marah kepadanya."Ayo duduk," ajak Aland dengan suara yang terdengar begitu lembut, dia bahkan menyentuh tangan Zara untuk dibimbingnya duduk di sofa, namun dengan cepat Zoya menepis tangan itu."Aku bukan Zara!""Berarti Austin bukan anak mu," balas Aland tak kalah cepat, lengkap dengan tatapan yang begitu sayu. Aland bahkan memberi isyarat pada Prisila dan dokter Kania untuk pergi lebih dulu, dia butuh waktu bicara berdua dengan sang istri.Setidaknya Aland harus mendengar Zara mengakui diri.
Read more
Bab 50 - Atas Nama Zara Audie
Sesaat Zoya hanya terdiam saat merasakan sentuhan tersebut, tapi di saat kesadarannya kembali pulih Zoya dengan cepat mendorong dada Aland agar menjauh. Tapi sayang dia kalah tenaga, justru Aland mendorongnya hingga tersudut di dinding ruang tengah tersebut.Sementara ciuman Aland semakin dalam menguasai Zoya, satu-satunya cara yang terpikir agar bisa terlepas hanyalah mengigit bibir pria ini dengan kuat.Akh! Rintih Aland, dia melepaskan ciuman mereka dan merasakan rasa darah di bibir bawahnya.Sementara Zoya menatap tajam dengan nafas yang sudah terengah-engah. "Bajingan," ucap Zoya lirih."Sayangnya bajingan ini adalah suami mu," balas Aland, dia justru tersenyum, karena selepas ciuman itu ada rindu yang sedikit terobati di hatinya. Dia bahkan membelai wajah Zoya dengan lembut, meski pada akhirnya tangan dia kembali di tepis. "Wajahmu memang sudah berubah, Zara. Tapi sorot mata mu tidak berubah sedikitpun, hanya saja kini lebih tajam menatap ke arahku," kata Aland lagi. Senyum itu
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status