Semua Bab NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA: Bab 101 - Bab 110
131 Bab
101. Kesempatan tak Datang Dua Kali
Sivia sedang menangis di dalam kamarnya. Nenek dan Kakeknya ikut berada di dalam kamar. Sedang menginterogasi apa yang sebenarnya terjadi. Tadi sebelum jam sekolah berakhir, sang nenek sudah ditelepon oleh pihak sekolah karena terjadi insiden perkelahian Sivia dengan salah satu temannya. Mereka saling menjambak rambut dan adu mulut. Kedua pihak keluarga didatangkan untuk proses damai. Tapi kedua anak tersebut justru bungkam dengan penyebab yang membuat mereka berdua berkelahi. Dua gadis kecil yang bertengkar itu hanya bisa menangis saat keluarga mereka menjemput. Sampai akhirnya kedua pihak keluarga tidak ada yang mempermasalahkan lebih jauh namun akan saling melakukan introspeksi diri mengapa gadis sekecil mereka sudah bisa berkelahi. "Sivia, sebenarnya apa yang terjadi antara kau dan temanmu? Mengapa kalian sampai berkelahi? Ayah, kakek dan nenekmu tidak pernah mengajarimu bertindak kasar," tanya nenek dengan pertanyaan yang sudah ia lontarkan berkali-kali pada Sivia. "Jawab pert
Baca selengkapnya
102. Jebakan Starla
Setelah menghabiskan waktu cukup lama di toilet diskotik karwna rasa mualnya, Starla keluar dari toilet dan mengedarkan pandangannya untuk mencari sosok Megantara diantara keramaian. Radar di hatinyalah yang bekerja sehingga dengan sangat mudah dia bisa mengenali sosok pria idamannya itu walaupun hanya dari punggungnya saja. "Kak Tara," sapa Starla saat dia sudah duduk di samping Megantara. Sejak tadi banyak gadis nakal yang mendekati Megantara tetapi Megantara selalu meminta gadis tersebut untuk pergj menjauhinya. Tapi tentu saja itu tidak berlaku untuk Starla. Megantara hanya membalas sapaan Starla dengan senyum tipis. Sebesar apapun keinginannya untuk sendirian, dia tidak mungkin mengusir keberadaan adik dari sahabatnya itu. "Sedang apa kak Tara disini sendiri? Biasanya bersama kakakku?" tanya Starla berpura-pura terkejut dengan pertemuan mereka. "Dia tidak menjawab teleponku. Lagipula aku sedang ingin sendiri. kau sedang apa? Gadis kecil tidak baik berada di tempat ini sendiri,
Baca selengkapnya
103. Ketidaksengajaan dan Ketidaksadaran
Megantara merenung di ruang kerjanya. Seharian ini dia sama sekali tidak keluar dari ruangannya. Tidak pergi kemana-kemana. Tidak berkomunikasi dengan siapapun di hotel. Pikirannya entah kemana. Yang jelas dia sedang diliputi penyesalan karena memutuskan untuk mabuk tadi malam. Jika dia diberi kesempatan untuk menyebutkan satu permintaan yang ingin dikabulkan, maka dia akan menyebutkan bahwa dia ingin waktu bisa diputar kembali sebelum kejadian dia mabuk dan menodai Starla. Megantara takut jika terjadi resiko berkepanjangan. Starla pasti tidak akan melepaskannya begitu saja setelah apa yang ia lakukan. Perempuan itu pasti akan menempel padanya dan menganggap bahwa dia sudah sepenuhnya bisa memiliki Megantara. Padahal ini sebuah kesalahan. Kesalahan karena ketidaksengajaan dan ketidaksadaran. Batin Megantara memberontak. Ini semua karena Nalini. Jika gadis itu tidak membuatnya pusing, marah dan sakit hati. Dia tidak akan gegabah dan menghabiskan waktu untuk hal yang tidak penting se
Baca selengkapnya
104. Jadi Juara tapi Tak Bahagia
"Saya hendak kembali ke dapur, Pak. Tidak ingin pergi kemana-mana," jawab Nalini saat ia bisa mengatur napasnya setelah terkejut karena munculnya Haris yang tiba-tiba. "Bukan itu maksudku. Aku tidak ingin kau pindah kerja meskipun banyak tawaran menggiurkan yang datang padamu," kata Haris dengan jujur. Nalini tersenyum, "Anda tidak perlu khawatir, Pak. Saya sudah sangat nyaman bekerja di sini." "Kau tidak ada rencana untuk kembali ke Jakarta? Kembali ke tempat asalmu?" tanya Haris. Dia tau pertanyaan ini akan sulit untuk Nalini jawab. "Saya belum tau. Tapi sepertinya tidak. Saya sudah memutuskan untuk memulai kembali hidup saya sendiri di sini. Jadi akan sangat sulit bagi saya untuk kembali ke sana," jawab Nalini ragu. "Kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepannya," kata Haris memastikan. "Ya. Anda benar," kata Nalini dengan senyum kakunya. Nalini ragu dengan jawabannya sendiri. Andaikan keadaan sudah membaik, bisakah dia kembali ke Jakarta? Membaik? Apa mungkin waktu akan me
Baca selengkapnya
105. Bertanggung Jawab
Megantara melihat alat tes kehamilan dengan tanda bergaris dua. Dia menatap Starla dengan tidak percaya. "Selamat. Kau akan menjadi seorang ayah dari anakku. Sivia akan segera memiliki teman," kata Starla bersemangat. Kepala Megantara terasa pening mendadak, "Mana mungkin kau bisa hamil. Aku tidak mengingat apapun. Lagipula jika malam itu terjadi sesuatu, itu hanya satu kali.""Kembali aku ingatkan padamu bahwa itulah yang terjadi dengan mendiang istrimu. Jadi kemungkinan hamil walaupun disetubuhi satu kali juga bisa berlaku untuk perempuan lain termasuk aku," Starla tetap ngotot. "Aku akan melakukan tes DNA pada janinmu," kata Megantara dengan tegas. Starla melancarkan aksi dengan mengeluarkan air matanya, "Kau tidak percaya padaku? Apakah serendah itu aku dimatamu sehingga kau mencurigaiku berhubungan dengan pria lain padahal kau tau sendiri bahwa selama ini aku mencintaimu."Megantara kehabisan kata-kata. Jika Starla jujur maka dia bisa apa. Dia pria dewasa yang harus siap mena
Baca selengkapnya
106. Kemarahan dan Kekecewaan Sivia
Sivia berjalan sambil menundukkan badan. Malam ini dia diajak oleh ayah beserta anggota keluarga lain untuk makan malam bersama di restoran. Megantara belum mengatakan pada Sivia tentang rencana pernikahannya dengan Starla. Megantara merasa tak tega dan tak tau harus merangkai kalimat seperti apa agar Sivia bisa menerima keputusannya. Keluarga Megantara datang lebih dulu. Tapi tak lama kemudian keluarga Starla juga datang. Starla langsung menggamit lengan Megantara. Megantara yang risih langsung memberikan isyarat pada Starla untuk menjaga sikap di hadapan Sivia. Starla langsung menoleh pada Sivia yang memandangnya dengan tatapan tak suka. "Hai Sivia. Kita bertemu lagi. Kau mau duduk di sampingku?" Tanya Starla mencoba berbasa-basi. "Tidak. Aku ingin ada di sebelah ayah dan nenekku," jawab Sivia tegas. Starla langsung berdiri kikuk. Dia belum bisa menaklukkan hati gadis kecil yang akan menjadi anak sambungnya. Kedua keluarga besar memulai makan mereka. Obrolan diawali oleh ayah S
Baca selengkapnya
107. Ada yang Menguping Pembicaraan
Megantara sedang mengaduk-aduk mangkuk berisi mie instan di depannya. Kini dia sedang berada di kantin pegawai. Sebuah fenomena langka karena Megantara hampir tidak pernah menginjakkan kaki di sana. Dia lebih sering meminta dibawakan makanan dari restoran. Tapi kali ini dia butuh keramaian. Tidak ingin sendiri. Nikopun menemaninya. Setelah insiden pemukulan Megantara oleh Niko tempo hari, hubungan mereka tetap baik-baik saja. Megantara menyadari bahwa dirinyalah yang salah karena sudah lancang menodai adik dari sahabatnya. Nikopun berbuat nekat seperti itu karena perasaan kecewanya. "Kau benar-benar tidak akan berubah pikiran?" tanya Niko tiba-tiba. Megantara menghentikan kegiatannya dan menatap sahabatnya, "Berubah pikiran bagaimana?" "Pernikahanmu dengan adikku, apakah kau sudah yakin?" tanya Niko lagi. "Jika aku tidak yakin lalu membatalkannya, bagaimana dengan adikmu? Apa kau tidak akan marah padaku karena menyakiti adikmu?" Megantara justru balik bertanya. Niko terlihat bin
Baca selengkapnya
108. Fitting Wedding Dress
"Mas Pandu, kau barusan melihat sendiri kan? Gadis centil tadi berbicara tentang pernikahan. Apakah pak Megantara akan menikah dengan gadis itu? Apa secepat itu dia melupakan Nalini?" Noni memberondong Pandu dengan beberapa kalimat dengan nada menggebu-gebu. "Jangan pikirkan soal pernikahan. Yang penting kita sudah tau bahwa Nalini berada di Jogja," kata Pandu. "Kita perlu kesana dan mencarinya, Mas. Dia harus tau bahwa Pak Megantara akan menikah. Ah. Aku sangat kesal sekali. Apa yang akan dilakukan Nalini kalau dia tau?" Noni terlihat gelisah. "Kalau kau takut Nalini terluka, lebih baik jangan memberitahunya. Biarkan dia dengan kehidupan yang baru. Tidak perlu mengusik hidupnya lagi," jawab Pandu. "Tidak bisa begitu. Dia harus tau. Ini masalah hidupnya. Memangnya dia tidak akan menyesal jika pernikahan itu benar-benar terjadi?" Kata Noni sambil menggebu-gebu. "Memangnya kau yakin Nalini masih memiliki perasaan pada pak Megantara?" tanya Pandu. "Tentu saja. Aku sangat yakin itu.
Baca selengkapnya
109. Serangan Jantung
"Siapa yang masuk rumah sakit?" tanya Starla penasaran saat Megantara memutuskan sambungan teleponnya dan terlihat panik."Ayah mertuaku, maksudku ayah Nalita dan Nalini," jawab Megantara.Starla memberengut karena dia yakin setelah ini pria di hadapannya itu akan langsung pergi meninggalkannya demi menuju orang yang masih ia anggap sebagai ayah mertuanya. "Maafkan aku tapi aku harus segera kesana. Kau bisa pulang sendiri kan?" kata maaf yang keluar dari mulut Megantara tentu saja membuat luluh hati Starla. Dia tidak akan mempermasalahkan hal sepele semacam ini. "Baiklah. Aku tidak apa-apa. Semoga ayah mertuamu baik-baik saja," kata Starla. Megantara tak menjawab namun hanya mengangguk dan segera berjalan meninggalkan Starla. Megantara melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ibu mertuanya menelpon sambil menangis dan mengatakan bahwa ayah mertua dilarikan ke rumah sakit karena terkena serangan jantung. Tiga puluh menit kemudian Megantara sudah sampai di rumah sakit tempat ayah
Baca selengkapnya
110. Mencintai dengan Egois. mana bisa?
Megantara mengangguk. Tapi dia tidak nampak bahagia. Ibu mertuanya bisa merasakan itu. "Seharusnya calon pengantin bisa tersenyum senang dan bahagia kan? Kau tidak perlu merasa tidak enak padaku. Meskipun di suasana seperti saat ini, mendengar kabar bahagia harus dengan bahagia juga," kata Ibu Mertua sambil tersenyum. Megantara ikut tersenyum. Senyum ibu mertuanya sangat mirip dengan senyum Nalini. Mengapa dia baru menyadari ini sekarang. "Untuk urusan pernikahanku aku akan menceritakannya lain kali. Sekarang aku akan memesan tiket pesawat untuk menjemput Nalini. Aku tidak memiliki nomor kontaknya yang baru," Megantara mengotak atik ponselnya. ***Kini secepat kilat Megantara sudah berada di depan restoran tempat Nalini bekerja. Tapi, dia tidak bisa masuk karena sudah tutup. Ini memang sudah larut malam. Dia terburu-buru dan memesan tiket pesawat tanpa memperkirakan pukul berapa dia akan sampai. Kini yang bisa dia lakukan adalah menginap di sebuah hotel. Besok pagi dia akan menem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status