Semua Bab NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA: Bab 81 - Bab 90
131 Bab
81. Adegan Berbahaya, Jadi pahlawan kesiangan?
Nalini mendengar ada keributan di depan. Semua pegawai restoran dan chef penasaran dan akhirnya keluar dari dapur untuk menyaksikan apa yang terjadi. Seorang gadis sedang memegang pisau steak yang berukuran kecil tapi tajam. Sedangkan pria di depannya hanya berdiri tegang."Apa kau memutuskanku karena kau bosan denganku dan berselingkuh? Tunjukkan padaku gadis mana yang kau sukai. Tunjukkan padaku siapa yang bisa membuatmu berpaling dariku," teriak gadis itu sambil tetap mengarahkan pisau itu pada pergelangan tangannya sendiri. "Inilah salah satu alasan aku sudah muak denganmu. Kau terlalu emosional. Kau selalu merasa menjadi korban jika kau sedang bermasalah dengan seseorang. Aku sudah lelah bersabar. Tapi jujur aku tidak pernah berselingkuh darimu," sang pria didepannya menjawab dengan nada gugup. Dia sebenarnya malu karena banyak orang yang kini memperhatikan mereka. Mereka tentu saja menjadi pusat perhatian. Tapi belum ada orang yang berani untuk menghentikan aksi perempuan itu.
Baca selengkapnya
82. Nekat Berangkat Kerja
Nalini menduga jika Megantara saat ini menangis. Dia ingin melepaskan pelukannya tapi dicegah oleh Megantara yang semakin mengeratkan pelukannya. "Tunggu dulu, biarkan aku memelukmu seperti ini," kata Megantara. Tangannya menghapus bulir air mata yang memang menggenangi matanya. Pria itu memang menangis seperti dugaan Nalini. Nalini menghirup aroma tubuh Megantara dalam-dalam. Siapa yang tidak betah dan tak nyaman berada dalam kehangatan ini?"Maafkan aku," kata Megantara lagi. "Mengapa kau meminta maaf? Kau tidak berbuat salah sama sekali," jawab Nalini. "Melihatmu terluka seperti ini membuatku merasa tidak berguna karena tak bisa menjaga dan melindungimu," nada bicara Megantara begitu pelan dan penuh penyesalan. "Ini bukan salahmu. Aku yang tidak hati-hati. Aku hanya berpikir untuk mencegah hal yang lebih buruk terjadi. Oh ya, aku baru ingat. Bagaimana dengan gadis itu sekarang?" Pelukan Nalini terlepas. Dia menatap Megantara dengan khawatir. "Niko masih menahannya di restoran
Baca selengkapnya
83. Kesempatan yang Hampir Tidak Ada
"Lepas, lepaskan aku!" Pinta Nalini sambil menepuk-nepuk punggung Megantara. Tapi Megantara tidak menghiraukan dan tetap berjalan. Semua mata memandang ke arah mereka. "Pak, lepaskan. Pasti orang-orang akan berpikiran buruk tentang kita," kata Nalini dengan suara lirih. "Biarkan saja, aku tidak peduli. Kau tidak menuruti perintahku untuk beristirahat di rumah sampai lenganmu pulih. Jadi terimalah akibatnya," kata Megantara. Pria itu terus berjalan tanpa mendengarkan protes Nalini sampai mereka di depan mobil Megantara. Megantara memasukkan Nalini ke dalam mobil dan diapun ikut masuk. Duduk di kursi kemudi. "Aku akan mengantarmu pulang," kata Megantara dengan nada tegas. "Tapi aku masih memakai seragamku," kata Nalini menunjuk baju koki yang masih melekat di tubuhnya. "Kau bisa membawanya lagi saat kau sudah pulih dan kembali bekerja," jawab Megantara. "Aku sudah tidak apa-apa, kau tidak perlu berlebihan seperti ini," kata Nalini lagi-lagi membujuk Megantara. "Kau akan kenapa-k
Baca selengkapnya
84. Tidak Menurut Lagi
Bobby memutuskan untuk memberitahu Starla perihal Nalini. Dia tau ini tak mudah baginya. Tapi hati kecilnya ingin Starla bahagia."Nalini adalah kakak dari mendiang istri Megantara. Dan sepertinya Megantara belum mengetahuinya," kata Bobby mengawali cerita. Satu kalimat dari Bobby bisa membuat Starla membelalakkan matanya. Ini informasi bombastis yang tidak ia sangka-sangka. "Kau serius? Atau hanya bercanda?" Starla mencoba memastikan kembali. "Untuk apa aku bercanda? Tidak ada untungnya untukku. Aku sudah payah mencari informasi ini. Sampai harus membuntutinya setiap hari," kata Bobby. "Lalu Nalini sudah mengetahui hal ini?" Tanya Starla lagi. Dia tertarik untuk mengorek informasi lebih dalam. "Kurasa dia sudah mengetahuinya," kata Bobby."Tapi apa untungnya untukku? Berhubungan dengan mantan dari saudara juga bukan sebuah masalah," kata Starla kembali lesu. "Menurutmu, untuk apa Nalini bersusah payah menyembunyikan fakta ini dari Megantara jika tidak ada masalah dibaliknya?" B
Baca selengkapnya
85. Starla Punya Rencana
Nalini terkesiap, tatapan mata Megantara begitu tajam dan menuntut. Detik berikutnya bibir Megantara sudah berada di pipi Nalini. Tangan Megantarapun melingkar di pinggang Nalini. Kemudian kecupannyapun beralih ke telinga Nalini. Membuat Nalini bergidik geli. Nalini memegang pundak Megantara dan berusaha mendorong secara perlahan namun tenaga Nalini tak sekuat itu. Megantara justru melanjutkan aksinya mengecup leher Nalini. Nalini memejamkan mata. Tentu saja ada gelenyar aneh yang muncul dan ia rasakan dari sentuhan Megantara. "Hentikan, ini geli," Nalini tak kuat menahan geli sehingga tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak. Respon yang tak disangka-sangka oleh Megantara. Tentu saja hal itu membuat Megantara berhenti. Ditatapnya Nalini yang masih tertawa sambil mengusap leher bekas kecupannya. "Kau ini, mengapa tidak bisa menanggapinya dengan romantis? Harusnya kau mendesah atau menahan nafas dan menunggu langkahku selanjutnya," protes Megantara kesal. Karena adegan romantis dan menu
Baca selengkapnya
86. Nalini dan Vero yang Membaik
"Hey, sebenarnya kau punya trik apa? Mengapa kau bisa mendapatkan cinta Pak Megantara?" tanya Vero saat dia sedang memasak di dapur. Nalini berada tepat di sampingnya dan melakukan aktivitas yang sama. "Tidak ada trik apa-apa," jawab Nalini singkat. "Tidak mungkin. Lalu waktu itu saat aku bertanya padamu mengapa kau mengelak? Kau seolah ingin menutupi hubunganmu dengannya," tambah Vero lagi. Entah mengapa kali ini mereka terlihat akrab. Tidak ada nada sinis dan tinggi dari Vero. "Sejujurnya. Aku merasa tidak percaya diri jika orang lain mengetahui status hubungan kami. Menjadi kekasihnya adalah hal yang berat. Aku tidak ingin membuatnya malu," jawab Nalini sambil pikirannya terisi dengan wajah tampan Megantara. "Lalu jika kau tidak percaya diri dan takut dia malu, untuk apa kau menerimanya? Itu seperti kau sudah tau bahwa ada kebakaran tapi kau malah masuk ke dalam api," kata Vero sambil tangannya tetap lihai memasukkan bumbu-bumbu ke dalam wajannya. "Karena pesonanya begitu meng
Baca selengkapnya
87. Tak Seperti Gadis Pada Umumnya
Nalini mencoba mengatur nafas perlahan. Dia tutupi rasa gugupnya dari Megantara. Pembicaraan yang mengarah pada masa lalu mereka membuat Nalini memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut."Apa kau mengetahui dengan pasti alasan gadis yang hendak dijodohkan denganmu itu pergi?" Tanya Nalini. "Tidak. Dan aku tidak peduli dengan alasannya," jawab Megantara. Raut wajahnya begitu keras. "Lalu bagaimana jika alasannya bukan karena kau terlalu buruk sehingga dia menolakmu. Tapi karena ada hal lain yang melatarbelakanginya?" Tanya Nalini lagi. "Terserah apa alasan gadis itu yang jelas gadis itu adalah seorang pengecut, pecundang. Jika dia memiliki alasan, mengapa dia tidak berani mengungkapkan dengan jujur. Dia malah lari dan aku membencinya," kata Megantara. Nalini tak bisa berkata apa-apa lagi. Sebenci itukah Megantara padanya? Bagaimana nasibnya kelak jika pria itu mengetahui gadis yang dibencinya kini justru sedang bersanding dengannya. Megantara menggenggam tangan Nalini, "Kau ad
Baca selengkapnya
88. Pertemuan yang Tak Disangka
Megantara tersadar saat mendengar kata-kata Sivia di sampingnya, senyumnya mengembang. Nalini yang menatap ke arahnyapun ikut tersenyum. Jarak mereka tinggal satu meter. Sudah saatnya Megantara mengulurkan tangannya untuk diraih oleh sang kekasih. "Kau cantik sekali malam ini, sayang," kata Megantara berbisik. "Kau juga tampan seperti biasanya," jawab Nalini. Meskipun sambil tersipu karena dia masih belum terbiasa dalam memuji sang kekasih yang sebetulnya punya segudang alasan untuk dipuji. "Ikutlah denganku sebentar," kata Megantara sambil menggandeng Nalini di sebelah kanannya dan tetap menggandeng Sivia di sebelah kirinya. Benar-benar pemandangan yang manis saat dilihat dari sudut manapun. "Ayah, ibu," panggil Megantara pada kedua orangtuanya yang baru saja mengobrol dengan kerabat mereka. Mereka berdua menoleh dengan serempak lalu tersenyum ke arah Nalini. "Aku ingin memperkenalkan Nalini secara resmi meskipun sebetulnya ibu dan ayah sudah mengenalnya," kata Megantara. Nali
Baca selengkapnya
89. Pengakuan
Megantara mengartikan kalimat sang mertua sebagai kalimat penolakan. Pria yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya itu tak merestui hubungannya dengan Nalini. Tapi mau bagaimanapun dia ingin tau alasannya. "Ayah tidak bisa memberikanku restu?" tanya Megantara memastikan. "Tidak jika dengan gadis di sampingmu itu," kalimat dari sang ayah mertua membuat suasana berubah menegang. Tamu di sana sudah banyak yang pulang. Tapi sebagian masih berada di sana dan mendengar secara langsung percakapan tersebut. Nalini melepaskan genggaman tangannya pada Megantara dan berjalan mundur. Ibu Megantara yang merasakan hawa yang tak mengenakkan langsung memberi isyarat pada Mona dan Niko untuk bisa membawa Sivia keluar dari sini karena obrolannya bukanlah untuk didengar oleh anak seusianya. Semua mata tertuju pada Megantara, "Apa alasan ayah tidak menyetujui hubunganku dengan Nalini?" "Apakah kau sudah mencari tau latar belakang keluarganya dengan baik?" tanya ayah mertua Megantara. Pertanyaan itu me
Baca selengkapnya
90. Kekecewaan yang Mendalam
Ingatan Megantara kembali ke kejadian beberapa tahun yang lalu. "Pertunangan anak kita terpaksa dibatalkan," kata Ayah Nalini saat dia sedang berada di kediaman keluarga besar Megantara. "Apa yang terjadi?" tanya Ayah Megantara. Megantara yang baru datang dari kantor ikut bergabung di ruang tamu. Sang ibu juga ikut duduk di sana mendampingi sang ayah."Anakku memilih untuk pergi dari rumah. Pergi ke Swiss mengejar cita-citanya yang omong kosong itu," kata ayah Nalini dengan nada kesal dan marah. "Apa aku harus menyusul kesana untuk membawanya pulang?" tanya Megantara. Ayahnya hampir menyetujui saran dari Megantara. Tapi ditolak mentah-mentah oleh ayah Nalini. "Tidak perlu repot-repot untuk membujuknya. Anak itu sangat keras kepala. Percuma saja. Lagipula aku juga sudah tidak menganggapnya sebagai anakku lagi," kata-kata ayah Nalini begitu frontal. "Undangan pertunangan sudah diedarkan. Jika dibatalkan apakah tidak berbahaya untuk reputasi kita?" Tanya ayah Megantara. "Harusnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status