Semua Bab NAIK LEVEL JADI ISTRI DUDA: Bab 71 - Bab 80
131 Bab
71. Makam Nalita
"Aku tau kau menyukai Nalini, bukan?" tanya Starla blak-blakan. Pandu mulai berpikir kemana arah pembicaraan lawan bicaranya ini. Pasti tentang hubungan Nalini dan Megantara. "Dan kau sangat menyukai Pak Megantara kan? Lalu apa? Kau ingin bekerjasama denganku untuk menghancurkan hubungan mereka?" Pandu tersenyum tipis lalu berkata lagi, "Maaf Nona. Aku bukan orang yang menghalalkan segala cara hanya untuk kepentinganku sendiri.""Munafik, di dunia ini seseorang harusnya berjuang untuk apa yang ia mau. Jangan hanya diam dan pasrah. Atau kau akan dicap sebagai seorang pengecut," kata Starla sarkas. "Terserah Anda ingin menilaiku seperti apa. Aku tidak mempedulikannya. Tapi perlu Anda ingat karena aku teman baik Nalini, aku tidak akan membiarkan seseorang berbuat buruk padanya termasuk Anda," ancam Pandu. "Siapa kau, berani berkata seperti itu? Kau tidak tau siapa aku?" Mata Starla membelalak. Dia tidak terima karena di ancam oleh pria dengan level lebih rendah dibandingkan dia. "Jus
Baca selengkapnya
72. Keingintahuan Megantara
Pria yang menyapa Megantara melirik ke arah Nalini dan menyadari sesuatu. "Kau, bukankah kau chef yang dulu bekerja dengan kakakku?" Pria bule itu menunjuk Nalini. Sudah terlanjur dikenali, Nalini hanya tersenyum kaku. Megantara justru tak menyangka jika mereka saling mengenal. "Dia kekasihmu?" tanya Pria itu pada Megantara. Tatapan pria itu tampak meremehkan. Megantara merasa risih. "Ya. Dia kekasihku," kata Megantara sambil merangkul pinggang Nalini. "Kau gadis yang pandai mencari mangsa rupanya. Gagal menggoda kakak iparku, kau bisa mendapatkan seorang pria sukses. Wow," pria itu bertepuk tangan pelan. "Jangan sembarangan berbicara. Aku tau jika saat itu situasinya penuh dengan kesalahpahaman. Aku percaya dengan kekasihku bahwa dia bukan orang yang suka menggoda suami orang," Megantara membela. Dia tidak suka temannya menyudutkan Nalini. Nalini memberikan isyarat untuk tidak semakin memicu keributan. Bagaiamanapun juga mereka adalah teman. Nalini tidak mau hanya gara-gara di
Baca selengkapnya
73. Lamaran Impian
"Mana imbalanku?" Tanya Bobby. "Bukankah kau meminta secangkir teh?" Starla balik bertanya. "Ya. Memang, tapi tentu saja bukan hanya itu," Bobby menginginkan hal lain. Starla memutar bola matanya jengah. Tapi biarlah hari ini Bobby senang. Dia sudah bekerja dengan baik. Tak ada salahnya Starla memberikannya sedikit hadiah. Starla mendekatkan diri pada Bobby dan berinisiatif untuk mencium Bobby terlebih dahulu. Tentu saja Bobby menerima dengan senang hati dan membalasnya dengan menggebu-gebu. Starla yang tadinya ragu dan melakukannya dengan terpaksa lama-lama juga terlena dengan tiap sentuhan yang Bobby lakukan pada tubuhnya. ***"Chef Nalini, tolong kau buatkan cake berukuran kecil dan masukkan ini di dalamnya," perintah dari kepala chef sambil menyodorkan kotak berukuran kecil yang semua orang bisa tebak apa isinya. Nalini membuka kotak tersebut dan melihat cincin yang indah di dalamnya. Wajahnya terperangah. Kilauan dari berliannya begitu menyilaukan mata. "Nanti sore akan a
Baca selengkapnya
74. Tak ingin(bisa) terburu-buru
Saat tatapan mata mereka beradu, Nalini pura-pura menguap dan mengalihkan pembicaraan, "Sepertinya sudah malam. Aku mengantuk sekali.""Baiklah, ayo kita pulang," jawab Megantara lalu membawa Nalini berjalan ke arah mobilnya yang terparkir agak jauh karena mereka sudah berjalan agak lama. Saat ini Megantara harus bersabar ketika Nalini belum mau menjawab pertanyaannya. Dia tau betul Nalini mencoba menghindari pertanyaan tersebut dengan mengalihkan pembicaraan. Suasana mobil begitu hening. Tak ada yang berbicara sama sekali sepanjang perjalanan. Mereka berdua sama-sama sedang berkutat dengan pikiran masing-masing. Megantara memikirkan apa yang dipikirkan Nalini. Sedangkan Nalini memikirkan jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan Megantara yang menjurus ke lamaran. "Sudah sampai. Terima kasih sudah mengantarku. Sesampainya di rumah kau harus langsung istirahat," kata Nalini sambil melepas sabuk pengaman. "Tunggu dulu, Nalini," kata Megantara mencegah Nalini turun dari mobil. "Ada
Baca selengkapnya
75. Tak Termakan Rumor
"Chef Nalini, ada pesanan dari Pak Megantara, rinciannya sudah aku serahkan pada kepala chef. Tapi kau tau sendiri bahwa pak Megantara hanya mau kau yang memasakkan untuknya," kata Pelayan yang Nalini temui saat Nalini keluar dari toilet. "Pak Megantara? Sepertinya tadi pagi beliau berpesan akan makan siang di luar," kata Nalini heran. "Aku tidak tau. Tapi buktinya beliau berada di sini. Bersama dengan adik pak Niko yang seorang model cantik itu," Kata Pelayan itu lagi. "Starla?" Tanya Nalini memastikan. "Ah ya betul. Aku baru ingat namanya. Kau tau banyak rupanya. Mereka sangat serasi kan? Aku sangat iri." Kata Pelayan itu yang sontak membuat hati Nalini memanas. Ingin rasanya Nalini berteriak dan berkata pada dunia bahw Megantara itu miliknya. Dialah kekasih Megantara yang asli. Bukan Starla ataupun gadis lain. Tapi apa daya. Nalini sendiri yang memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka sejak awal dan bahkan sampai sekarang. Nalini hanya tersenyum tipis menanggapi kalimat
Baca selengkapnya
76. Tidak ada kata 'tapi'
Starla duduk di sofa apartemen Bobby. Dia menundukkan kepala. Wajahnya teramat murung. "Apakah aku harus menyerah?" Gumam Starla. Tapi Bobby yang berada di sampingnya bisa mendengar. "Bahkan dengan rumor yang sangat jelekpun dia tetap mempercayai Nalini. Aku tidak pernah melihat kak Tara seyakin itu pada seseorang," Starla kini menyandarkan punggungnya di bantalan sofa dan menengadahkan kepalanya. Bobby tersenyum miris, "Itu salahmu. Berharap pada sesuatu yang tak pasti. Kau tidak menyadari jika waktumu terlalu sia-sia jika kau gunakan untuk mengharapkan cinta darinya. Sedangkan di luar sana pasti banyak pria yang menggilaimu. Minumlah ini. Agar kau lebih relaks."Starla menerima gelas berisi wine yang Bobby berikan dan meminumnya dalam sekali teguk. "Banyak pria yang menggilaiku?" Starla terkekeh, "Termasuk kau, Bobby."Suara Starla saat menyebut nama Bobby terdengar begitu merdu di telinga pria itu. Tatapan mata mereka bertemu, jarak mereka begitu dekat. "Aku akan menunjukkan p
Baca selengkapnya
77. Menghibur Nalini
Mobil Megantara sudah sampai di pelataran rumah kontrakan Nalini. Megantara keluar dari mobil dan berjalan ke arah pintu Nalini dan membukakan. Nalini keluar dari mobil dengan perlahan dan sebelum dia sempat berjalan meninggalkan Megantara, kedua tangannya telah diraih oleh pria tampan itu. "Beristirahatlah. Kau pasti sangat lelah sehingga mengalami emosi sesaat. Aku harap besok kau sudah relaks dan kembali ceria seperti biasa lagi, aku menyayangimu," kata Megantara sambil mengusap pipi Nalini lalu mendaratkan ciumannya di kening Nalini. Nalini memejamkan mata, merasakan kehangatan menjalar ke seluruh tubuhnya. Apakah pernyataannya yang panjang lebar tadi hanyalah emosi sesaat? Mengapa Megantara bisa menyimpulkan hal itu. Apakah kalimatnya yang harusnya menyakiti hati Megantara karena membahas perpisahan tidak berimbas apa-apa kali ini? Tapi jika tadi Megantara mengiyakan keinginannya, apakah ia akan sanggup menjalani hari esok? Pertanyaan itu berkecamuk di pikiran Nalini. Nalini
Baca selengkapnya
78. Rencana Berhasil Meskipun Tujuan Misi Terbongkar.
Jika Nalini harus dengan jujur menjawab pertanyaan spontan dari Bu Rini, maka jawabannya adalah ya. Sivia dan dia memang ada hubungan darah. Tapi Nalini tentu harus menutup rapat kenyataan itu jika masih mengharapkan hubungannya dan Megantara berjalan baik-baik saja. Terbersit di pikiran Nalini, apakah dia harus jujur saja meskipun nantinya akan terasa pahit? "Terima kasih bu, belum resmi menjadi ibuku saja kami sudah dibilang mirip, nanti setelah bu Nalini jadi ibuku, kami pasti akan jadi pasangan ibu dan anak yang sangat serasi," jawaban polos itu muncul begitu saja dari mulut Sivia dengan wajah berbinarnya. Nalini yang justru sedang melamun itu langsung kembali ke kesadarannya. "Wah. Manis sekali," Bu rini mengelus kepala Sivia dengan pelan lalu menatap Nalini dengan tatapan penuh tanya. Mungkin nanti malam Nalini akan diinterogasi habis-habisan karena Bu Rini pasti mengira aku akan segera menikah dengan pria yang sedang dekat denganku alias Megantara. "Bu Rini, kami akan berjal
Baca selengkapnya
79. Pergi Mengejar Mimpi lagi?
Siang ini Nalini baru saja selesai menemani dan mengawasi para murid TK yang menunggu jemputan dari keluarga. Setelah semua murid pulang waktunya Nalini bersih-bersih ruangan memasak agar rapi dan jauh dari kuman untuk digunakan di kemudian hari.Ponselnya berbunyi, Nalini menghentikan aktivitasnya sejenak lalu mengambil ponselnya di saku blazzernya. Melihat nama ibunya terpampang membuat Nalini terkejut. Tidak biasanya sang ibu menghubunginya nika tidak ada hal yang mendesak. Apakah ada kabar yang tidak mengenakkan terjadi? Apakah ada suatu hal yang baru dan membuat ayahnya marah lagi? Itulah beberapa hal yang selalu membebani pikiran Nalini. "Hallo, ibu," Nalini menerima panggilan telepon tersebut. "Nak, apakah kau sibuk siang ini?" tanya sang ibu. "Tidak bu, sebentar lagi aku pulang kerja. Apakah ada suatu hal yang ingin ibu sampaikan padaku?" tanya Nalini hati-hati. "Ya. Aku ingin bertemu denganmu, Nak. Bisakah kita bertemu?" tanya sang ibu lagi."Tentu saja, Bu. Aku akan sa
Baca selengkapnya
80. Obrolan Antar Pria
Megantara sedang mengikuti rapat intern di salah satu meeting room hotelnya. Dia mengamati gerak gerik Niko yang sepertinya sangat tidak fokus. Pikiran pria itu menerawang dan tangannya memutar-mutar pena yang ia pegang. "Pembahasan lebih lanjut dan keputusannya saya umumkan saat rapat selanjutnya. Untuk kali ini saya cukupkan dulu. Instruksi saya untuk kalian, sekarang kalian bisa mempersiapkan keperluan yang sudah menjadi tanggung jawab kalian masing-masing saja,"Semua anggota yang ikut rapat segera kembali ke tempat kerjanya masing-masing. Kini tinggal tersisa Megantara dan Niko di dalam ruangan tersebut. Megantara sedang menatap Niko dengan penuh selidik. Sedang memikirkan apa pria di hadapannya itu? Seperti memikirkan hal yang bisa menyebabkan dunia runtuh saja. Sampai-sampai dia tidak sadar bahwa rapat sudah selesai. "Ehm.. ehm..," Megantara berdehem dengan sedikit kencang. Niko akhirnya tersadar dan terkejut mengamati bahwa ruangan sudah sepi. "Kemana yang lainnya?" Tanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status