All Chapters of Dosa Termanis dengan Calon Iparku: Chapter 71 - Chapter 80
95 Chapters
Curahan hati Kai~
Kekacauan di unit Kai, membuat Safira tak berhenti menghela napas panjang. Terakhir kali dia melihat kekacauan seperti ini beberapa bulan yang lalu. Namun, semenjak memiliki hubungan dengan Kai, Safira tak pernah lagi bertemu dengan para pembuat onar tersebut. CK, menyusahkan! Akan tetapi, yang jadi masalahnya saat ini ialah ; Apakah Kai tahu semua yang terjadi di unitnya? Apakah Kai juga ikut berpesta bersama dengan teman-temannya?"Kenapa dia gak ganti kodenya aja, sih? Biar orang-orang rese itu gak bisa main asal masuk ke tempat orang! Bener-bener!" Safira menggerutu, sambil melangkah ke kamar Kai. Dia masih berharap bila kekasihnya ada di sini. "Kamarnya aja tutupan. Gimana ngeceknya, coba?" Pintu kamar Kai memang selalu tertutup rapat. Dan saat ini Safira benar-benar kebingungan mencari cara untuk membukanya. "Coba aku ketok aja, deh." Tok! tok! Safira mengetuknya beberapa kali lalu memanggil nama kekasihnya. "Kai? Kai?" Hening. Tidak ada jawaban dari dalam kamar itu. Safi
Read more
Terbongkar~
Kai semakin tergugu ketika kenangan-kenangan pahit harus kembali terlintas di ingatannya. Hidupnya sejak dulu memang tak pernah bahagia. Ayah yang dia pikir akan menerima kehadirannya dengan tangan terbuka justru menolaknya keras. Tak pernah sedikit pun Kai merasakan kasih sayang dari Barack kala itu. Dia ibarat pengemis yang meminta belas kasih kepada ayah kandungnya sendiri. Apa semua itu pantas dilakukan oleh seorang anak yang jelas-jelas darah dagingnya? Apakah pantas—jika seorang ayah tidak menginginkan keberadaan puteranya? Meskipun dia terlahir dari hubungan yang salah, tetapi tetap saja seorang anak pantas mendapatkan kasih sayang dari ayahnya secara utuh. "Kai ...." Air mata Safira pun ikut menetes. Tangisan Kai begitu menyayat hatinya. Lantas, dia berbalik dan memberikan pelukan. Bibirnya terasa kelu, tak dapat mengeluarkan kata-kata yang sekiranya dapat mengurangi beban di hati kekasihnya. Safira membiarkan lelaki ini menangis, menumpahkan segalanya. Kai sendiri tak ped
Read more
Tak terkendali~
Kediaman Barack. Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring menggema di ruang makan berukuran cukup luas. Meja persegi panjang yang berada di tengah-tengah terisi dengan penuh aneka macam menu. Ketiga orang yang tengah menikmati makan malam masing-masing fokus pada isi piring. Tak ada yang berbicara ketika sedang makan. Arkana meletakkan sendok dan garpu ke pinggir piring, lalu meraih gelas air yang sebelumnya sudah diisi oleh pelayan. Dia meneguk air tersebut perlahan sambil melirik Tuan Barack yang sudah terlihat sehat seperti dahulu kala. Perasaan lelaki itu sungguh tak bisa dijabarkan dengan kata-kata lagi. Ketika bisa melihat orang terkasih di hidupnya kembali ke rumah dalam kondisi baik-baik saja. "Ar, besok kalo bisa kamu bawa Safira kemari. Papi kangen sama calon istrimu itu. Apa kamu gak ngasih tau dia kalo kita udah kembali ke Jakarta?" Barack berkata dengan sang putra sulung dengan raut berseri. Wajahnya yang mirip Kai, tak lagi pucat atau kuyu seperti waktu masih
Read more
Pesan yang meresahkan~
"Sekarang aku minta kamu ceritain semuanya sama aku, Kai. Gak ada yang perlu ditutup-tutupin lagi. Sebentar lagi kita mau nikah. Kamu sama aku akan hidup bareng. Gak cuma kita, Kai. Tapi ada anak kita juga. Aku gak mau ada kebohongan dalam rumah tangga kita. Gak mau." Safira berkata dengan berurai air mata dan Kai sigap menghapusnya. Setelah semua pertikaian yang baru saja terjadi, keduanya memutuskan untuk mengobrol dari hati ke hati. Tentunya setelah makanan yang dibeli Kai disantap oleh Safira, meski perempuan itu tak lagi berselera. Namun, demi bayi yang ada di dalam perutnya, Safira tidak bisa bertindak egois dan malah membahayakan calon anaknya. Di sofa ruang tamu, Kai tak melepaskan pelukannya pada Safira yang beberapa saat lalu terkena amarahnya. Menyesal sudah pasti sebab dia hampir saja membuat calon ibu dari anaknya itu terluka. Katakanlah, Kai memang lemah dalam mengendalikan emosi jika sudah menyangkut tentang masalah pribadinya. Satu yang pasti, bila menjadi seorang p
Read more
Tamu tak terduga~
"Papi ...." Safira menggigit bibir bawah, lalu meringis ketika tiba-tiba rasa nyeri menghantam ulu hatinya. Sosok Barack yang selama ini menyayanginya berkelebat di ingatan. "Papi pasti udah sembuh karena itu Mas Arkana langsung bawa pulang ke Jakarta." Embusan napas berat keluar dari bibir Safira, seiring usapan di wajah cantiknya. Keinginan untuk melihat kondisi ayah dari Arkana dan Kai itu muncul dalam benak. Namun, ketakutan justru lebih besar. Safira takut membayangkan betapa kecewanya Barack bila mengetahui kebenarannya. Safira merasa belum siap."Gimana kalo Papi tanya ini?" gumam Safira seraya mengelus perutnya yang menyembul. "Aku gak bisa nutupin ini lebih lama lagi, bukan?" Pandangannya menunduk, menatap perutnya yang tertutup kaos. Pertanyaan Arkana pun membuat Safira lantas berpikir. "Kenapa Mas Arkana belum ngasih tau Papi?" Pikiran Safira campur aduk untuk saat ini. Bingung, ingin membalas pesan Arkana. Tetapi, dia tidak bisa mengabaikan begitu saja. Safira pun lekas
Read more
Patah untuk ke sekian kali~
Kedua orang yang dulu pernah menjalin hubungan itu kini saling duduk berhadapan di sofa. Safira terus menundukkan pandangan, sementara Arkana menatapnya sendu. Keterkejutan nampaknya masih dirasakan kakak tiri Kai itu. Melihat Safira yang berada di apartemen adiknya, tentu Arkana menjadi bertanya-tanya. Mengapa Safira bisa ada di sini? Apa ada hal yang tidak dia ketahui, pikir Arkana. Bi Erna muncul sambil membawakan minum. "Minumnya, Tuan." Dia meletakkan dua gelas jus jeruk di meja, dan melirik Arkana yang belum pernah dilihat sebelumnya. "Makasih, Bi." Arkana tersenyum ramah, kemudian bertanya, "Bibi kerja di sini udah lama?" Pertanyaan Arkana pada Bi Erna sontak membuat Safira mengangkat pandangannya. Rasanya, amat sangat menegangkan situasinya. "Belum lama, Tuan. Baru jalan dua bulan," jawab Bi Erna sambil melirik Safira yang nampak tegang. "Saya permisi ke—" "Bibi tau siapa saya?" Arkana menatap bergantian Bi Erna dan Safira. "Maaf, Tuan. Saya gak tau." Bi Erna menggeleng
Read more
Kemesraan di balik ketegangan~
Tubuh Arkana membeku di tempat, sesaat Kai mengklaim jika anak yang dikandung Safira adalah anaknya. Pernyataan Kai terus berputar-putar di kepala Arkana seperti kaset. Dia tidak menyangka akan mendengar kenyataan paling pahit serta menyakitkan ini. 'Kai dan Safira punya hubungan? Sejak kapan?' Kepalan tangan Arkana di sisi tubuh semakin menguat, seiring pertanyaan-pertanyaan yang berjejalan di kepalanya. Kebekuan Arkana tentu tak luput dari pandangan Safira, yang masih berada dalam rengkuhan lengan Kai. Perempuan itu sungguh merasa sangat menyesal atas apa yang terjadi pada mantan calon suaminya itu. 'Maafin aku, Mas. Maafin ... Aku sungguh-sungguh minta maaf.' Seruan itu nyatanya hanya mampu terucap dalam benak Safira. Sepasang matanya yang terpejam erat melelahkan cairan hangat. Kenelangsaan Arkana jelas membuat hati Kai merasa sangat puas bukan main. Melihat Kakak tirinya yang selalu menjadi kebanggaan papinya itu tak dapat berkata-kata di depan matanya. "Elu udah denger 'kan
Read more
Pembelaan Arkana~
Debaran jantung Safira terus berpacu hingga berkali-kali lipat, begitu kaki jenjangnya yang beralaskan flatshoes menapaki lantai bagian teras rumah Barack yang sangat luas. Andai saja tidak ada Kai di sisinya yang setia menggenggam tangannya, mungkin sejak lama Safira sudah kabur dari rumah itu. "Fir." Kai memanggil sang kekasih yang tengah gugup dengan lembut, serta tatapan penuh cinta.Safira menoleh, sepasang alisnya yang tidak terlalu tebal naik perlahan. "Hmm?" "Gak usah tegang. Oke? Aku ada di sini." Perkataan menenangkan yang terlontar dari mulut Kai cukup menghibur Safira yang dilanda kecemasan sejak tadi. Lelaki itu merangkul pundak Safira lalu mengecup pelipisnya. "Tenang aja. Serahin semuanya sama aku." Kata-kata tersebut berhasil membuat senyum di bibir Safira terukir yang hanya dipoles lip balm. "Aku percaya sama kamu." Pintu utama terbuka, lalu muncul Aima—asisten rumah. "Silakan masuk, Den. Tuan dan Nyonya udah nungguin daritadi." Perempuan paruh baya itu bergeser d
Read more
Menunda pernikahan~
'Mom, gak usah ungkit-ungkit masalah yang udah terlanjur terjadi. Ini bukan saat yang tepat nyalahin Safira atau siapapun.'Sederet kalimat pembelaan itu masih terngiang dengan jelas di pendengaran Safira hingga detik ini, meskipun pertemuan mendebarkan itu sudah sepekan berlalu."Kenapa Mas Arkana masih mau belain aku?" gumam Safira, mendesah panjang lantaran tak berhenti memikirkan Arkana yang masih sudi membelanya di depan Mami Ruth. "Kalo kamu kayak gitu, aku semakin ngerasa bersalah, Mas."Kepala Safira terantuk lesu, dan tanpa permisi cairan hangat luruh satu persatu membasahi dress rumahannya. Menu makan siang di meja pun jadi tak menarik baginya. Selera makan Safira menguap.Setelah Kai mengungkapkan hubungan mereka di hadapan Barack dan Ruth, Safira masih belum merasa tenang sepenuhnya. Kekecewaan calon mertuanya itu tentu bisa dimengerti oleh Safira.'Baiklah. Pernikahan akan tetap berlangsung. Papi akan merestui kalian. Bagaimana pun anak yang dikandung Safira juga cucu pap
Read more
Kasih Sayang Arkana~
'Kai selama ini memang sudah salah pergaulan. Dia melampiaskannya ke obat-obatan itu. Mas tau, Kai bahkan belum bisa maafin Papi sampe sekarang. Dia tertekan karena cemoohan orang-orang sekitar. Dia ngerasa sendirian, Mas.' Pernyataan Safira terus terngiang di telinga Arkana. Mengenai apa yang dia ketahui beberapa jam yang lalu, jika adiknya saat ini tengah menjalani rehabilitasi. Arkana seketika merasa gagal menjadi seorang kakak yang harusnya mendampingi. Dia juga sudah gagal melindungi Kai selama ini. "Kenapa kamu sampe terjerumus sama barang terlarang itu, Kai? Kenapa?" Arkana tak berhenti memikirkan alasan di balik kelamnya kehidupan Kai selama tiga tahun terakhir. Meskipun Safira sudah menceritakan semuanya, tetapi Arkana ingin mendengarnya sendiri dari mulut Kai. 'Kai udah seminggu di panti rehabilitasi, Mas. Dia lagi jalanin beberapa serangkaian tes. Untuk sementara ini Kai gak diizinin dijenguk. Kata dokter yang nanganin dia, itu akan lebih baik demi proses penyembuhan. Ka
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status