All Chapters of PESONA SUAMI TUKANG OJEKKU: Chapter 61 - Chapter 70
93 Chapters
Teman Masa Lalu
"Kamu tidak perlu repot memasak, Sayang. Jangan terlalu capek, di sini banyak yang bisa membantu memasak. Kamu bisa meminta bantuan mereka jika ingin sesuatu," saran Bu Herlin. "Tidak pa-pa, Ma. Aku senang melakukannya. Sangat bosan jika tidak ada kegiatan." "Baiklah jika itu maumu. Tapi jangan sampai kecapekan. Hari ini istirahat saja dulu, Mama sudah siapkan semua untuk acara nanti sore. Akan ada sekitar seratus anak panti asuhan yang kita undang. Mama sangat senang sekali ada kamu di sini." "Aku juga senang bisa mendapatkan Mama dalam hidupku." Bu Herlin memeluk Kanaya yang ia tahu sudah ditinggal pergi sang ibu sejak kecil. Rasa sayangnya sungguh besar terhadap menantunya itu. "Mama kenapa senang sekali memeluk istriku?" Bu Herlin melepas pelukan mendengar putranya berujar. Sungguh ia heran dengan putranya, yang bahkan tidak memperbolehkan ia memeluk Kanaya. "Kamu ini, Dev! Apa Mama tidak boleh memeluk putrinya sendiri?" "Tapi dia istriku, Ma
Read more
Ke Kantor Bersama
62 Pak Pratama memegang kedua foto dengan tangan bergetar. Ia benar-benar melihat gambar dari seorang yang telah lama ia cari. Nampak kerutan di foto yang satu. Foto itu bersama dengan Kanaya. Namun senyum itu masih sama seperti saat ia kecil dulu. Senyum tulus yang selalu memberikan semangat untuknya. Dan di foto yang satunya lagi, ia benar-benar bisa melihat dengan jelas, betapa anak kecil tangguh itu tersenyum menggendong adiknya. Ya, ia sangat ingat. Adik kecil yang dulu ia juga sering menggendongnya saat ditinggal ibunya berjualan koran. "Ali ... ini benar-benar kamu, Li." Pak Pratama menyeka sudut matanya yang memanas dan mengeluarkan setetes cairan bening. Pria patuh baya yang biasanya sangat tegas itu, terlihat sangat sedih. Rasanya tidak kuasa, mengingat ucapan istrinya yang mengatakan jika Kanaya adalah gadis yatim. Yang itu artinya, ayahnya yang tak lain adalah Ali Hasan, temannya, telah meninggal dunia. "Jadi mereka orang yang sama, Pa?" Bu Herlin m
Read more
Dilarang Masuk
" Kenapa berhenti?" "Lihat itu! Sepertinya itu nikmat sekali." Kanaya menunjuk seorang lelaki paruh baya yang membawa jualan. "Apa yang kau cari?" Tidak menjawab, Kanaya hanya melangkah menuju pedagang rujak yang ada di seberang jalan. Devan mengikutinya di belakang. "Aku ingin beli rujak itu!" "Tapi itu tidak higienis, Sayang." Kanaya berhenti dan menatap tajam suaminya. "Nanti aku minta Bi Karti membuatnya." "Aku ingin yang di sana, Honey." Kanaya tetap melangkah, membuat Devan mengikutinya. "Maaf, Tuan. Anda sudah ditunggu oleh Tuan Jody," panggil Andre, sang sekretaris yang merangkap sebagai asisten. "Katakan untuk menunggu," perintah Devan. "Tapi Tuan Jody tidak mau menunggu lagi, beliau sudah hadir sepuluh menit yang lalu. Anda tahu sendiri bagaimana orang itu." Devan melihat istrinya itu tengah menemui pedagang rujak dan ingin membeli rujak di sana. Dilarang pun percuma, karena Kanaya memang lebih suka membeli makanan pada
Read more
Dugaan
Dengan wajah merah padam, Devan mendatangi para pegawainya yang sudah berani berbuat kasar pada wanita kesayangannya. "Maaf, Tuan. Wanita ini memaksa masuk. Tapi kami akan segera mengusirnya." Pegawai wanita itu berusaha menjelaskan hal yang terjadi, berharap akan mendapat sanjungan karena telah mengusir Kanaya, yang dianggap ingin mengganggu. Akan tetapi, bukan mendapat sanjungan, Devan bahkan semakin mengeratkan rahangnya. Lelaki berjas mahal itu terlihat marah dan itu membuat nyali mereka menciut. Apa ada yang salah, begitu tanya mereka dalam hati. "Apa yang kalian lakukan pada istriku!" geram Devan saat mendengar sendiri jika mereka hendak mengusir istrinya. Nampak mereka semua terkejut. Raut wajah mereka memucat, begitu mendengar apa yang terucap dari pemilik perusahaan tempat mereka bekerja. Sungguh mereka telah melakukan kesalahan. Rasa takut terlihat jelas di wajah mereka. Sepertinya akan ada masalah besar yang menanti. Tidak ada yang berani b
Read more
Bertemu Zalia
"Ya, itu benar," jawab Devan, yang berpikir istrinya bertanya tentang kebenaran dirinya yang melarang perempuan yang tidak berkepentingan untuk menemuinya. Namun berbeda, Kanaya justru merasa kaget. Karena yang ia maksud adalah tentang suaminya yang katanya menyimpang. "Tidak-tidak. Ini pasti tidak benar." "Hei, apa maksudmu, Sayang?" Devan berusaha meraih tangan istrinya yang kini mengambang. Padahal tadi dipegangnya. "Kau ... seperti kata mereka?" "Memangnya apa yang mereka katakan? Aku memang melarang masuk siapa pun perempuan yang hanya ingin menggodaku. Aku tidak suka pada mereka." "Mereka bilang kamu menyimpang," ucap Kanaya tanpa basa basi. "Apa?!" teriak Devan refleks. Ia menyugar rambutnya. "Bisa-bisanya mereka berbicara seperti itu tentangku. Mereka pikir aku menyimpang? Apa mereka tidak waras! Dan, apa kau percaya itu, Sayang?" Kanaya menatap lekat wajah suaminya. Sungguh ia tidak percaya pada cerita yang ia dengar itu. Bagaimana mungkin suaminya yang begitu kua
Read more
Masa Lalu Kelam
"Maksud kamu apa, Dit?" "Eemm, maksudku ... oh, ya, tidak apa-apa, Pa." "Kamu ini aneh sekali. Bicara berbelit-belit. Apa ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Pak Pratama yang merasa putra angkatnya itu ingin menyampaikan sesuatu. "Tidak ada, Pa. Maaf jika telah memotong pembicaraan. Apa aku boleh berjalan-jalan di sekitar taman ini?" "Tentu saja. Di sana ada kolam ikan yang sering dijadikan tempat foto oleh beberapa anak-anak di sini." Ustaz Zaki menunjuk ke arah di belakang gazebo. Radit pamit meninggalkan ayah angkatnya yang masih asyik berbincang dengan Ustaz Zaki. Ia menuju kolam yang dimaksud sang ustaz. Saat sedang menikmati pemandangan yang asri di sekitar taman itu, netranya menangkap sosok yang tadi menari-nari dalam pikiran. Seorang gadis berjilbab yang tentu tersimpan banyak keindahan di dalamnya. Zalia Almirah. Gadis itu tengah menyiram bunga-bunga yang tertata dengan rapi. Tak henti-hentinya Radit memandang wajah itu dari kejauhan. Ada
Read more
Upaya Yang Gagal
67 Hatinya terbakar amarah, bagaikan bensin yang terkena percikan api. Meledak dan meruntuhkan segala yang ia bangun selama ini. Kepercayaan, kesetiaan, rasa cinta dan pengorbanan. Suara des4han itu semakin membuat telinganya panas. Tak mampu lagi menahan gejolak amarah dalam jiwanya, Devan melempar bucket bunga yang dibawanya dengan keras hingga hancur berantakan. Bunga yang sudah disusun rapi oleh pembuatnya itu hancur berantakan seperti hancurnya perasaannya saat ini. Bruakk! "Br3ngs3k!" Setelah menendang pintu ruangan di samping kolam itu, Devan melayangkan bogem mentah kepada Doddy. Dilihatnya kedua anak manusia itu tidak memakai selembar benang pun. Bahkan ia bisa melihat adegan di depannya sesaat sebelum ia meninju Doddy. Revi bergaya nun99in9 sementara Doddy berdiri di belakang Revi. Ia melihat dengan matanya sendiri, bagaimana sang kekasih yang begitu dipujanya, bersikap seperti wanita mur4han dan bin4l. Wanita yang selalu dijaganya, bahkan untuk me
Read more
Memulainya
68 "Tidak perlu khawatir, Tama. Aku akan berusaha membantumu. Tentu saja aku tidak keberatan dan dengan semang hati menerimanya jika itu yang terbaik. Kau adalah sahabatku, tidak mungkin aku membiarkanmu memikul beban ini sendirian." "Terima kasih, Zaki. Aku akan mengutarakan perjodohan ini pada Devan. Aku akan menghubungimu nanti. Aku harap, Devan akan terbuka pikirannya setelah bertemu dengan Zalia. Putrimu sangat berbeda dengan perempuan-perempuan yang mendekati putraku," ungkap Pratama. Dirinya sudah mengenal Zalia, dan bahkan beberapa kali sempat berbicara dengan perempuan berjilbab itu. Seperti saat ini, saat ia berkunjung ke rumah Ustaz Zaki bersama Radit. Ia baru saja melihat perempuan itu menyuguhkan minuman. Pak Pratama melihat Zalia. Wajahnya ayu, lemah lembut dan tanpa cela. Perempuan yang sempurna dengan akhlak yang baik karena dididik dengan baik oleh sang ayah. Tentu perempuan seperti itu akan bisa meluluhkan hati Devan, begitu pikirnya.
Read more
Menantang Singa Lapar
"Sudah, ayo kita masuk!" Dengan perasaan gembira, Kanaya memasuki kampus barunya. Begitu pun dengan Tika yang justru sangat-sangat bahagia. Karena ia bisa melanjutkan sekolah, sekaligus bekerja. Pekerjaannya sebenarnya susah-susah gampang. Sebab, ia harus benar-benar memastikan jika Kanaya tidak diganggu oleh pria-pria di kampus tersebut. Maklum, Devan sudah mewanti-wanti dirinya agar selalu mengawasi Kanaya. Namun yang menjadi masalahnya, Kanaya tidak mengijinkan Tika untuk menjaga dirinya. Karena Kanaya hanya ingin belajar sungguhan, tanpa ada yang mengawasi. Terlebih, ia juga ingin agar Tika bisa mendapatkan keberuntungan seperti dirinya. Bisa kembali melanjutkan pendidikan, dan menjadi lebih baik. Sebenarnya selain Tika, Devan juga menugaskan dua orang pengawal untuk berjaga-jaga. Khawatir jika ada seseorang yang tidak menyukai Kanaya dan berbuat jahat. Benar-benar sangat berlebihan suami Kanaya itu. Waktu kuliah sudah selesai, Kanaya mengajak Tika ber
Read more
Bertemu Lagi
"Kesalahpahaman apa?" Tidak menyahut, Devan malah mencium kening sang istri. Hal itu membuat Kanaya semakin bingung dengan sikap suaminya. "Lupakan saja. Ayo kita mandi!" Selesai mandi, Devan dan Kanaya turun dan bergabung di meja makan. Menikmati makan malam bersama keluarga. Seperti biasa, Kanaya akan menyaksikan perdebatan antara suaminya dan Radit. Mereka berdua memang seperti kucing dan tikus saat bersama. Namun itu semua membuat Kanaya merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarga itu. Saat pagi menjelang, seluruh anggota keluarga sudah sibuk dengan seluruh aktifitas. "Bagaimana rencana kamu dengan pembangunan masjid di daerah pelosok yang kamu bahas kemarin, Dit?" "Semuanya berjalan dengan baik, Ma. Lokasinya sudah dapat dan warganya juga sangat antusias membantu. Untuk pekerjanya sendiri, banyak warga juga yang akan dipekerjakan." "Baguslah. Jadi kamu tinggal memantau saja nanti." "Tapi aku ingin ikut membantu pembangunannya juga
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status