Semua Bab Terjebak Pernikahan Penuh Derita: Bab 41 - Bab 50
164 Bab
Trik Licik Arsen
“Duh, gabut banget nih. Enaknya ngapain ya? Apa aku ajak Mas Arsen makan malam berdua aja ya?” Ide cemerlang itu tiba-tiba terlintas di kepala licik Nadya yang kini tengah berselonjor ria di empuknya ranjang. Jika boleh jujur, belum ada dua hari penuh menetap di apartment baru yang sebenarnya cukup mewah ini, tapi bagi Nadya tetap saja terasa membosankan.Tangan Nadya terulur, mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas. Lantas, jemarinya bergerak menuju room chat seseorang yang disematkan dengan nama ‘Mas Calon Suami’.Ya siapa lagi kalau bukan Arsen?‘Mas, sibuk nggak? Aku lapar. Kangen makan di Satechan yang dulu kita sering mampir.’Satu menit, dua menit, tidak ada tanda-tanda pesan yang Nadya kirim akan dibalas Arsen. Jangankan mengetikkan jawaban, centang dua-nya pun masih abu-abu.“Ih, sebel deh! Mas Arsen kok jadi slow respon begini sih! Padahal dia paling gercep kalau aku chat,” gerutu Nadya dengan bibir tertekuk kesal.Karena tak sabaran, Nadya pun akhirnya memutuska
Baca selengkapnya
Drama Mobil Mogok
"Aku tidak akan membawa Nadya tinggal bersama kita lagi."Allice tidak sesiap itu untuk mendengar berita tak terduga dari bibir suaminya yang entah mengapa mendadak bisa berubah.Ah, maksudnya tidak seperti hari-hari sebelumnya ketika Arsen begitu keras kepala apabila sudah membicarakan tentang adik tersayangnya itu."Kamu bercanda kan?" Allice tak mau terbawa angin bahagia dulu.Arsen menautkan alisnya. "Apa wajahku terlihat sedang main-main?"Bahu Allice terangkat asal. Enggan menatap wajah Arsen lebih lama atau kesehatan jantungnya bisa dipertahankan.Berbeda dengan Allice yang sedikit masih tidak percaya, dua anaknya—Brian dan Anna justru kompak memekik senang mendengar hadiah Arsen untuk ibu mereka."Asikk! Akhirnya tante kunti itu pergi! Yeay! Istana kita aman, Kak!" seru Anna yang langsung ber-tos ria dengan Brian."Good job, Anna. Kita bisa bermain dengan tenang sekarang," sahut Brian yang langsung diangguki penuh semangat oleh Anna.Seirama dengan Brian dan Anna, ekspresi bah
Baca selengkapnya
Kejutan Selamat Datang
“Apa lagi?” Arsen tidak suka menatap Darren. Darren lalu menunjuk ke arah depan mini market dekat sana. “Ada kesukaanmu, Allice. Kamu tidak ingin main?” Sepasang suami istri itu pun sama-sama memandang ke arah yang Darren tunjuk. Rupaya ada tiga mesin capit berjejer di depan mini market. “Ck! Kamu pikir Allice anak kecil?” Arsen tersenyum mengejek. Namun siapa sangka Allice berkata lain, hingga membuat senyuman mengejek Arsen menghilang. “Aku ingin main sebentar.” Allice tersenyum senang melihat deretan mesin capit. Inner child-nya seketika muncul melihat permainan yang dulu sering Allice dan Darren mainkan. Bukan karena ingin mengenang masa lalu. Tapi kalau sudah bermain mesin capit dia akan konsentrasi membuat masalah terlupakan sejenak. Lalu saat mendapat barang yang diinginkan, terasa begitu gembira. Setelahnya beban yang ada di pundak mulai ringan. Darren tau itu. Dan dia gunakan untuk menahan Allice lebih lama bermain dengannya. “Allice, kamu tidak boleh berlama-lama dil
Baca selengkapnya
Kejutan Dalam Pelukan
Pagi hari, Allice bangun di jam biasa. Mata ngantuknya menatap sisi ranjang. Kosong. Bahkan terakhir Allice memilih untuk tidur, Arsen masih belum juga pulang.“Dia tak pulang?” pikirnya.Allice mengucek matanya yang masih belum segar. Saat beranjak, Eleana melihat sesuatu yang aneh dalam pelukannya.“Lho, bonekaku?”Dia sangat terkesiap. Bahkan Allice sampai menjauhkan boneka kelinci yang kini berubah bentuk.“Kenapa jadi bentuknya besar begini?” Allice melihat ke kanan dan kiri. Mungkin boneka yang Darren dapat dari mesin capit ada di tempat lain. Tapi tak ada.Hanya ada boneka berukuran setengah tubuh Allice. Dengan bentuk kelinci dan warna yang sama persis seperti versi kecil sebelumnya.Allice akhirnya mengecek boneka itu. Membolak balikkan mungkin dia menemukan jawaban. Tapi tak ada.“Arsen? Pasti dia yang mengganti bonekanya.”Allice beranjak dari ranjang. Kondisinya pagi ini sudah membaik. Jadi dia bisa bergerak cepat memeluk boneka besar itu keluar kamar.Tujuan dia adalah Bi
Baca selengkapnya
Meminta Kesempatan
Allice mengarahkan kamera ponsel Arsen ke arah wajah si pemilik sebagai face unlock. Baru kemudian wanita itu membuka room chat.“Bisa-bisanya dia terus seperti ini,” gerutu Allice lirih membaca kata demi kata pesan itu.Nadya, nama itu terpampang disana. Wanita itu mengirim satu bubble dengan isi pesan yang sangat panjang. Ditambah satu foto tisue yang terdapat noda darah.Pada intinya, Nadya mencari simpatik Arsen. Dia mengatakan pusing, hidungnya kembali mimisan dan menginginkan Arsen datang ke apartemen.‘Nadya terkena kanker darah?’ bisik Allice dalam hati ketika membaca semua curhatan Nadya.Dia pun teringat penyakit yang Safira alami hingga sampai pada stadium akhir dan meninggal. Tidak dipungkiri, faktor genetik menjadi pemicu Nadya untuk mendapatkan penyakit yang sama.Allice memandang wajah Arsen yang masih tertidur. Apa sebergantung itu Nadya pada Arsen? Hingga perkara pusing saja harus laporan pada Arsen.Karena penasaran, Allice menggulit ke atas pesan yang Nadya kirim. B
Baca selengkapnya
Dokter Cabul
Arsen berusaha untuk melaksanakan apa yang dia janjikan pada Allice. Yaitu menjauhi Nadya. Oleh karenanya, dia bukan membalas pesan Nadya ketika gadis itu terus merengek sakit. Melainkan Darren.Dia sudah membayar biaya untuk menjadikan Darren sebagai dokter pribadi Nadya. Dimana sang dokter bisa datang ke apartemen untuk memeriksa pasien ketika tidak jadwal Darren praktek di rumah sakit.Di dalam apartemen, Nadya sungguh merasa bosan. Dia sudah ingin ke kantor. Setidaknya dia bisa bertemu dengan Arsen dan memiliki kegiatan.Namun, Arsen hanya memberikan tugas supaya Nadya bisa Work from Home.Nadya menghela nafasnya merenggangkan jemarinya yang kaku karena sejak tadi berkutat di depan laptop. Dia lirik ponsel yang tergeletak di samping. Tak ada balasan apapun dari Arsen.Padahal dia sudah mengirim ulang foto hidungnya yang mimisan. Tapi masih diabaikan.Hingga detik berikutnya, bel apartemen berbunyi. Seketika senyuman Nadya mengembang sempurna.“Mas Arsen?”Gadis itu beranjak dari k
Baca selengkapnya
Meninggalkan Begitu Saja
Hari ke 3 setelah Allice keluar dari rumah sakit, wanita itu ada jadwal kontrol. Dengan ditemani sang suami, Allice duduk di kursi tunggu sementara Arsen mengurus pendaftarannya.“Wih, ada mantan sendirian, nih!”Siapa lagi kalau bukan Darren yang berani seperti itu pada Allice.Wanita bergaun navy itu mendongak, mengukuti pergerakan Darren yang memilih duduk di sampingnya.“Sepertinya lama-lama aku bosan bertemu denganmu. Seolah dimana-mana kamu ada,” ujar Allice menatap santai.Darren tersenyum pongah. “Aku jelas selalu ada untuk istri yang feeling lonely sepertimu.”Allice hanya berdecih samar sambil tersenyum untuk menanggapi pria jago gombal macam Darren.“Aku serius, Allice. Kalau sampai suamimu bertipe kulkas 10 pintu itu macam-macam. Aku yang akan datang sebagai malaikat tak bersayap untukmu.” Ucapan Darren serius, tapi ekspresinya selalu saja nampak tengil.Allice sudah mau menjawab, namun dia lebih dulu melihat Arsen mendekat dengan ekspresi khas cemburunya.“Apa setelah suk
Baca selengkapnya
Pengakuan Nadya
Allice mengangguk sambil mengusap air matanya. “Aku sayang ayah. Doakan aku bisa menemukan bukti. Meski aku sendiri tidak tau apa yang bisa aku buktikan nanti.”“Tentu, Ayah selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Allice. Tapi, mungkin Arsen bisa berubah, Sayang. Dia sepertinya ingin lebih dekat dengan kita.”Perkataan Satria membuat Allice mengerutkan keningnya. “Kenapa, Yah?”“Ayah terkejut karena kemarin lusa Arsen tiba-tiba mengirim dana ke perusahaan papa sebesar 5 milyar. Memang, ayah sedang butuh untuk modal proyek besar yang sedang ayah bangun. Tapi selama ini ayah tidak pernah memintanya apapun juga membicarakan soal kebutuhan perusahaan. Tapi dia sudah tau sendiri,” ungkap Satria,Allice diam sesaat, mengingat sikap Arsen yang berubah-ubah. “Dia memang membingungkan, Ayah. Aku sering kali tertipu oleh sikapnya.”“Semoga kamu masih bisa bertahan sedikit lagi. Ayah yakin Arsen akan melunak. Tapi kalau kamu menyerah, Ayah akan langsung menjemputmu.”Meski bicara melalui telefon
Baca selengkapnya
Mendapatkan Barang Bukti
Kedatangan Allice di rumah lama Arsen disambut oleh dua orang pelayan. Wanita itu tersenyum dengan hangat. Berdiri sejenak di depan mereka.“Bagaimana kabar kalian?” tanya Allice hanya basa basi.“Baik, Nyonya. Kami selalu menanti kedatangan Anda atau pun Tuan Arsen,” jawab salah seorang pelayan.“Iya, kami juga ingin melayani bukan hanya sekedar membersihkan,” sahut salah satunya lagi.Allice terkekeh ringan. “Oke, kalau begitu layani aku dengan baik.”“Tentu, Nyonya.” Mereka membuka pintu lebih lebar lagi, mempersilahkan Allice untuk masuk.Langkah nyonya rumah begitu anggun, menapaki marmer berwarna silver. Sembari melihat kondisi sekitar.“Kalian merawa rumah ini dengan baik. Apa kalian tinggal disini?” tanyanya tanpa menghentikan langkah.Allice berjalan lamban sambil menyentuh apa yang dia lewati, seperti guci atau bunga di dalam vas.“Tidak setiap hari, Nyonya. Kami hanya rutin membereskan setiap tiga hari sekali,” jawab pelayan tersebut.Allice mengangguk.Langkahnya lalu terh
Baca selengkapnya
Mabuk di Pelukan
Allice hampir saja menjatuhkan ponselnya ketika mendengar suara bariton dari belakangnya. Dia berbalik dan menemui Arsen tengah berjalan masuk.“K-Kamu? Apa tidak bisa mengetuk pintu lebih dulu?” protes Allice.Alih-alih menjawab, Arsen justru merebut ponsel Allice dan melihat layar benda pipih itu.“Hexa?” ejanya membaca nama yang tertera disana.Kemudian Arsen menempelkan ponsel itu ke daun telinganya. Sedangnya netranya masih penuh selidik memperhatikan ekspresi Allice yang sedikit panik.“Hei? Kenapa diam?” tanya Hexa dari sambungan telefon.“Sedang apa malam-malam begini menggoda istri orang, hem?”“Ow, ow, ow, si pawang datang. Hahaha!”Arsen berdecak. Dia cemburu kalau Allice bicara dengan pria siapapun itu. Terlalu banyak bercanda dengan Lucas, papanya saja dia cemburu.“Kalian sedang bicara apa? Bukti apa yang kalian maksud?” cecar Arsen tak suka.Allice tidak mau kalau Hexa sampai keceplosan. Bisa saja kan sahabat Arsen itu tak tega lalu membeberkan soal penemuan ponsel Safi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
17
DMCA.com Protection Status