Semua Bab Terjebak Pernikahan Penuh Derita: Bab 31 - Bab 40
164 Bab
Gagal Romantis Karena Encok
“Tuan tidak mencicipi lebih dulu?” tanya Bibi Suci ketika majikannya memindai rujak buah dari cobek ke atas piring.“Aku tidak suka makanan seperti ini. Kalau nanti tidak enak, biarkan dia membuat sendiri,” jawab Arsen dengan raut ragu.Lihat saja, potongan-potongan buahnya tidak jelas. Ada yang kecil ada yang tebal. Bahkan Arsen sengaja membiarkan biji mangga ikut masuk ke dalam olahan. Katanya masih ada sisa sisa buah, jadi sayang kalau terbuang.Ulekan bumbunya saja tidak merata.Biarlah, Arsen tak peduli. Dia memilih mengangkat piring itu kemudian menghampiri Allice.Tapi apa yang dia lihat membuatnya kesal.“Dia tidur?”Allice tertidur di sofa sembari memeluk bantal. Sedangkan televisi masih menyala, menampilkan adegan romantis drama korea.“Ck! Dia benar-benar menguji kesabaranku!”Arsen meraih remote dan bersiap mematikan layar. Tapi gerakannya justru terhenti ketika melihat adegan disana. Seorang pria sedang menangis sembari berlari menggendong kekasihnya yang terluka di pingg
Baca selengkapnya
Undangan Makan Malam Spesial
Kantor masih sepi, karena tadi Nadya berangkat lebih awal dari biasanya. Dia meletakkan tas kerjanya kemudian mengintip paper bag yang tadi satpam titipkan.Dengan jiwa kepo yang tinggi, Nadya mengambil kotak perhiasan di dalamnya. Betapa terkagumnya dia melihat cincin dan kalung dengan hiasan berlian membentuk huruf A di kalung. Juga ukiran elegan di cincin itu.“A? Allice?” Wajah Nadya begitu sinis membayangkan Allice mendapatkan hadiah semewah ini.“Dia tak pantas mendapatkan hadiah secantik ini,” sambungnya.Ingin rasanya menghancurkan perhiasan itu. Tapi kalau dia lakukan nanti Arsen akan tau itu perbuatannya.Nadya memilih aman. Dia masuk ke ruangan Arsen kemudian meletakkan paper bag itu ke atas meja.Rupanya bertepatan dengan kedatangan Arsen.“Titipan ibuku?” tanya Arsen melihat Nadya meletakkan benda itu.“Iya, tadi Security yang membawanya naik. Itu untuk ulang tahun Allice ya?”“Hem.” Arsen berjalan ke meja kerjanya. Dia meletakkan tas kerjanya kemudian beralih mengambil p
Baca selengkapnya
Ditolong Mantan Karbitan
Seorang berjas hitam nampak berjalan cepat menuju ruang VVIP, tempat dimana acara ulang tahun sepsial akan berlangsung.Seorang pelayan pun membukakan pintu. Sampai suaranya terdengar kecil di telinga Allice.Wanita itu akhirnya mengangkat wajah lesunya. Dia tersenyum mengharapkan yang datang adalah Arsen.“Nyonya.”Senyuman Allice menghilang seketika setelah satu detik berikutnya yang dia lihat adalah anak buah Arsen. Bodyguard yang memang selalu berpakaian rapi.“Mana Arsen?” tanya Allice.“Maaf, Nyonya. Tapi –“Allice langsung berdiri dengan kasar. Hingga suara derit kursi mampu menghentikan ucapan anak buah yang hendak melapor.“Arsen tidak datang?” tebak Allice penuh kekecewaan.Bisa dilihat kalau tebakannya benar, berdasarkan dari raut wajah sang anak buah tersebut.“Maaf. Barusan supir yang mengantar Tuan Arsen melaporkan kalau kemungkinan Tuan Arsen terlambat datang. Beliau masih menemani Nona Nadya di rumah sakit,” ungkap anak buah tersebut sedikit menunduk.Allice hanya bisa
Baca selengkapnya
Tragedi Permintaan Maaf
Sebuah pesan masuk ke ponsel Arsen saat pria itu belum juga tertidur.[Mas, maaf. Gara-gara aku, dinner Mas Arsen dan Allice jadi berantakan. Aku mau menebus salahnya aku. Besok ijinkan aku siapkan dinner romantis di samping rumah, ya? Aku akan memasak makanan favorit Allice. Sekaligus aku rangkai bunga di sekitar lokasi dinner.]Arsen terdiam membaca pesan dari Nadya.Dinner ulang? Dia memang berencana melakukan itu besok. Menjadwal ulang acara makan malam sekaligus memberikan hadiah untuk Allice.Sebuah pesan dari Nadya kembali masuk.[Hanya dibaca? Mas Arsen ragu ya? Aku Cuma mau minta maaf sama Allice. Besok juga aku akan jelaskan langsung alasan Mas Arsen gagal datang. Aku janji akan membuat hubungan kalian membaik lagi.]Arsen sedikit tak percaya kalau Nadya menginginkan hubungan mereka membaik.“Mungkin dia memang benar merasa bersalah,” gumam Arsen.***Esok harinya, Allice terbangun di rumah mertuanya. Matanya sembab setelah menangi semalaman. Meski terlihat tegar, wanita itu
Baca selengkapnya
Kondisi Gawat Darurat
"Sshh ... Bertahanlah Allice. Kamu akan baik-baik saja," gumam wanita cantik berbibir pucat yang kini tengah berusaha beranjak dari meja makan.Walau langkahnya tertatih, pun dengan napas yang mulai tak beraturan, Allice tetap bertekad untuk bisa sampai ke kamarnya.Sekali lagi, Allice hanya butuh istirahat dan memakan pil alerginya. Dia tidak ingin merepotkan orang lain dan membuat kekacauan semakin memperkeruh suasana hatinya."T-tidak ... Sebentar lagi s-sampai. A-aku harus bisa," tekad Allice.Namun sayang, kepala Allice tiba-tiba saja terasa berputar. Dunia seakan menjadi suram dan suara yang ada di sekelilingnya pun mendadak pelan dan semakin menjauh."A-akhh, Arsen ...." teriak Allice sembari memegangi kepalanya yang berdenyut.Tubuh Allice pun ikut melemah dan hampir tersungkur andai saja tangannya tak segera berpegangan pada dinding."B-brian tolong M-mama ... Kepala Mama pusing sekali ... B-bi ... B-bi Susi ... tolong ..."Sialnya, tenaga yang Allice punya tak seutuhnya mele
Baca selengkapnya
Sebuah Penyesalan
"Allice ... Dia keguguran?" Bibir Arsen sampai bergetar mengulang apa yang baru saja Hexa katakan.Bahkan dia sendiri saja tidak tau kalau Allice sedang hamil.Sejak kapan? Kenapa Allice tidak pernah mengatakan padanya? Itu yang langsung ada di pikiran Arsen."Allice belum sadar. Kondisinya masih sangat lemah,” ucap Hexa menurunkan intonasi bicaranya.Arsen melihat Allice yang nampak di sela pintu yang terbuka. “Sebenarnya apa yang terjadi?”“Alerginya kambuh. Memangnya apa yang baru dia makan?”Jawaban Hexa berhasil membuat Arsen terkesiap.“Alergi? Dia memiliki alergi?” tanyanya terkejut.Hexa memiringkan senyumnya. Tak heran karena Arsen selama ini masa bodo dengan Allice. “Menikah 5 tahun tapi tidak mengetahui apapun?”“Aku serius, Hexa.” Arsen menaikkan nadanya.“Aku sangat serius. Apa dia baru makan apa?”“Kacang merah,” jawab Arsen sambil memikirkan jenis menu yang sempat Allice tolak tadi.“Kamu yang memberikannya?” Mata Hexa menelisik tajam.Arsen terdiam dengan kedua manik m
Baca selengkapnya
Aku Ingin Cerai!
"Kamu dari mana aja, Mas? Kenapa aku ditinggal sendirian? Aku takut tau!" Keluhan yang dilontarkan Nadya berhasil membuat Arsen yang tengah menutup pintu kamar inap ini menghela napas berat. Belum ada satu menit menginjakkan kaki di ruangan ini, tapi lihatlah sekarang. Mulut Nadya sudah berkicau ria. "Aku harus mengantar Brian dan Anna sekolah. Kemudian mengurus pekerjaan kantor sedikit," ungkap Arsen yang menghampiri ranjang Nadya. Semalam dia menemani Allice di kamar inap. Berharap istrinya siuman. Tapi meski dia tak tidur sedikitpun, tetap saja tak ada tanda-tanda Allice sadar. Kemudian pagi hari dia pulang karena Bibi Suci memberi laporan kalau Brian dan Anna rewel. Itu yang membuat Arsen akhirnya pergi meninggalkan Allice sendirian. Kini sebelum dia ke kamar Allice, karena kamar Nadya lebih dulu dilewati jadi pria itu hanya ingin melihat kondisi Nadya sebentar. Lantas, Arsen mengulurkan tangannya menyentuh dahi gadis manja itu, "Tubuhmu masih panas. Istirahatlah." Gadis mud
Baca selengkapnya
Keputusan Mutlak
"Tidak."Hanya satu kata tegas dari mulut Arsen, tapi ampuh membuat tatapan kosong Allice berubah menjadi sorot kebencian. Pun dengan kedua tangan Allice yang terkepal, menahan sesak di dada."Berikan aku alasan," tekan Allice yang duduk bersandar di kepala ranjang rumah sakit.Pria dengan kemeja abu yang sudah berubah lusuh seolah menggambarkan keadaan hidupnya yang tengah berantakan itu tampak menghela napas berat."Aku sudah minta maaf dan sebaiknya lupakan apa yang terjadi kemarin. Tidak ada gunanya memikirkan masalah itu."Dagu Allice mendongak dengan tatapan tajam, "Tidak masalah kamu bilang? Aku keguguran, Arsen! Calon anak kita meninggal dunia dan kamu bilang aku harus melupakan itu semudah kamu menyakitiku?"“Allice –““Apa? Bukankah kalau aku berpisah denganmu, kamu bisa menjaga ADIK-mu itu dengan baik tanpa gangguan dariku?”Tak terasa air mata Allice menetes. Tapi wanita itu segera berpaling sambil mengusap buliran basah itu segera.“Keluarlah, dan urus surat perceraian ki
Baca selengkapnya
Wajah Cemburu yang Lucu
“Kanker darah?” beo Arsen terhadap laporan Darren, dokter yang bertanggung jawab untuk pasien Nadya. “Ya, masih tanda-tanda awal. Tenang saja, masih bisa diatasi. Selama pasien rutin kontrol serta menjalani pengobatan dengan benar,” ungkap Darren. Dia memberikan kertas hasil laborat dan diagnosa dokter pada Arsen. Menjelaskan mengenai dampak penderita kanker darah stadium awal. “Mulai hari ini pasien sudah bisa pulang. Namun jangan lupa, setiap minggu ada jadwal kontrol,” ujar Darren sebelum dokter itu memeriksa sebentar kemudian pergi dari sana. “Mas Arsen, aku sakit parah. Aku –“ “Dokter sudah menjelaskan semua, bukan? Kamu akan baik-baik saja. Sekarang istirahatlah sampai perawat datang untuk melepas infusmu. Barang-barangmu yang ada di rumah sudah dipindahkan ke apartemen. Nanti anak buahku yang akan mengantarmu.” Arsen berucap tanpa ekspresi. Dia sedang pusing memikirkan hubungannya dengan Allice. Tidak sempat untuk meladeni Nadya. *** "Sialan! Gara-gara pembunuh itu, Mas A
Baca selengkapnya
Dimana Kado Cincin Allice?
"Hai, Sayang. Bagaimana kabarmu?"Imelda menghampiri menantu kesayangannya itu sambil mengecup puncak kepala Allice dengan penuh kasih sayang.Mendapat perlakuan istimewa yang hampir setiap hari diterimanya dari sang ibu mertua, Allice tentu merasa bersyukur.Setidaknya, dia bisa menjadi lebih tenang karena ada dukungan dari Imelda. Ya, walaupun selama ini Arsen selalu mencari gara-gara dengannya.Tatapan Allice tertuju pada Imelda. "Aku baik-baik saja, Mom,” sahutnya memberikan senyuman.Namun sesaat helaan nafas lirih terdengar. "Tapi sejujurnya, aku sangat merindukan Brian dan Anna. Sudah seharian aku belum bertemu dan memeluk mereka. Rasanya benar-benar hampa," keluh Allice teringat kedua anaknya.Bahu Allice dielus pelan oleh Imelda, "Sabar ya, Nak. Kita tunggu kondisimu sembuh total dulu baru setelah itu kita bisa pulang dan bertemu Brian juga Anna.""Apa mereka nakal selama aku di sini, Mom? Aku khawatir kalau Brian dan Anna merepotkanmu juga Daddy," ungkap Allice dengan raut c
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status