Semua Bab Istri Muda Kesayangan Paman CEO: Bab 91 - Bab 100
122 Bab
Bab 91. Rencana Roger
"Rumah sudah selesai dibersihkan. Kita sudah bisa pindah kesana," ujar Layla di sela-sela sarapan mereka. "Apa perlu membawa perabotanku kesana Bu?" tanya Sarah sembari melirik suaminya, berharap mendapatkan tanggapan."Jangan, kita bawa yang diperlukan saja. Perabotan disana masih sangat bagus. Kita cukup bawa mbak Susi dan lainnya untuk membantu disana," jawab Layla."Paman, sebaiknya pulangkan saja para pelayan yang ada disana. Dan karena rumah ini akan kosong, sebaiknya kita sudahi saja tugas penjagaan para anak buah paman Romi. Lagipula, rumah juga sudah terpantau aman dan terkendali. Aku yakin itu."Adipati tidak bergeming dengan permintaan Sarah. Bukan berarti dia tidak mendengarkan, namun dia hanya malas menanggapi Sarah lantaran masih merasa sakit hati karena diabaikan.Adipati tetap sarapan dengan santai. Dia menyuapkan potongan-potongan roti ke mulutnya tampak sangat menikmati sarapannya. Merasa diabaikan, Sarah memicingkan mata menatap kesal pada sang suami. "Aku akan m
Baca selengkapnya
Bab 92. Pisah Ranjang
"Beraninya mereka bermain dibelakangku."Diremas ponsel yang masih digenggamnya. Napas nya terasa naik turun tidak terkendali. Kesuksesan yang baru saja diraihnya menjadi tidak berarti, setelah melihat sebuah foto yang dikirim seseorang yang tidak dikenalnya.Ya, Sarah yang tengah bermesraan dengan seorang pria, tidak lain adalah Arjuna membuatnya naik pitam.Pose mesra itu, Adipati yakin ada sesuatu yang lebih saat momen pengambilan foto itu terjadi. Adipati langsung pergi untuk menemui Sarah ke kantornya. Mobil sedan mewah hitam itu melaju membawa Adipati dengan kecepatan maksimal. ****"Ini adalah berkas yang harus Anda tandatangani." Arjuna menyerahkan beberapa berkas yang disusun dalam satu map."Aku akan membacanya dulu, kau bisa tinggalkan dokumen itu. Akan ku beritahu jika sudah selesai."Arjuna meletakkan dokumen itu di atas mejanya, sementara Sarah melanjutkan kesibukannya mengetik tanpa mau menerima dokumen tersebut.Arjuna tidak langsung pergi, dia masih disana dan menat
Baca selengkapnya
Bab 93. Malam Pisah Ranjang
Waktu semakin larut. Sarah memandangi jarum jam yang terus berputar sedari tadi. Saat ini tepat pukul 11 malam. Namun suaminya tidak juga menunjukkan batang hidungnya. "Owek owek owek."Tangisan Reyhan pun terabaikan. Pikiran Sarah melayang pada sang suami yang telah mengajaknya pisah ranjang mulai malam ini. Tok tok tok.Sarah terhenyak dari lamunannya. Seseorang sedang berada di depan pintu untuk menunggu jawaban. Gegas Sarah bangkit dan membuka pintunya. Namun sayang, sosok yang hadir bukanlah sesuai harapan. "Mbak Susi. Ada apa?""Maaf Nyonya. Tuan menyuruh Sarah untuk mengambil Tuan Muda Reyhan, karena dari tadi menangis."'Astaga, aku telah melupakan anakku. Dan suamiku yang sebenarnya mendengar tangisan putranya justru mengutus pengasuh untuk menenangkannya.'"Maaf Mbak. Tolong malam ini kamu tidur dengan Reyhan ya.""Baik Nyonya."Sarah duduk diam diatas ranjangnya, memandangi baby Reyhan yang dibawa Mbak Susi ke kamar sebelah.'Apa Paman benar-benar serius dengan ucapan pis
Baca selengkapnya
Bab 94. Siapa Pelakunya?
Adipati lalu kembali ke dalam mobil dan meninggalkan Sarah sendiri disana, meratap seorang diri."Selamat pagi, Bu Presdir," sapa seorang dalam kelompok yang tengah berjalan masuk ke dalam gedung. Kemudian mereka pun berbisik, sepertinya melihat kejadian tadi."Pagi," lirih Sarah yang mungkin sudah tidak dapat mereka dengar lagi."Kamu tidak apa-apa?" Suara Arjuna mengejutkan dirinya. Segera Sarah celingak-celinguk memastikan sang suami sudah keluar dari area gedung kantornya.Arjuna menatap iba, dia yakin, telah terjadi sesuatu padanya juga Adipati barusan."Ikut denganku," lirih Sarah kemudian memasuki gedung dengan Arjuna yang mengekor bak pengawal pribadi.Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Sarah segera mengunci pintu dan memburamkan otomatis kaca jendela ruangannya. Arjuna menatap bingung. Dia tidak ingin mengatakan apapun dan menunggu Sarah selesai untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.Setelah puas memastikan semua aman, Sarah langsung menuju kursi kebesarannya. Dia berd
Baca selengkapnya
Bab 95. Mendapatkan Bukti
"Lihat saja nanti!" Ancam Linda.Raut wajah Linda tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Tidak banyak bicara lagi, dia langsung putar balik meninggalkan Layla yang masih berdiri di depan pintu. Layla membuang napas lega, karena biang pembuat onar telah pergi. Kini waktunya Layla kembali bermain dengan cucunya.****Suasana sarapan pagi ini semakin terlihat kaku. Biasanya putrinya dan sang menantu akan saling melempar canda dan bermain bersama bayi mereka pun bersama. Ini malah sebaliknya, mereka tidak bertegur sapa. Tatapan Adipati sangat dingin, begitu juga bahasa tubuhnya. Jika ingin bermain dengan Reyhan, Adipati lebih sering memilih membawa anaknya menjauh dari keberadaan Sarah.Sedangkan Sarah, dia hanya membisu, dan beberapa kali Layla menangkap putrinya melirik ke arah Adipati namun seperti enggan menyapa."Sudah cukup." Layla meletakkan kembali sendok dan garpunya.Beberapa pasang mata yang duduk sarapang pagi bersama menatap sejurus pada Layla."Ada apa Layla?" tanya Ali
Baca selengkapnya
Bab 96. Obat Perangsang
"Bro, kita ke cafe dulu yuk beli kopi. Aku sendirian nih.""Siap."Pria itu melepaskan gagang pintu dan melenggang pergi bersama rekannya. Sarah membuang napas lega. Setelah merasa cukup mengambil bukti, Sarah mengembalikan semua tampilan sistem dan monitor seperti semula agar tidak menimbulkan kecurigaan. Di ruang kerjanya, Sarah berpikir apakah yang akan dilakukan selanjutnya. Apa sebaiknya mengabari suaminya lebih dulu atau langsung saja menegur Arjuna. Tok tok tok.Sarah mengangkat kepalanya. Sarah yakin, orang dibalik pintu itu adalah Arjuna. Jika diingat, selama ini Arjuna sangat sering keruangannya. Selalu saja ada alasan untuk menemuinya.Tok tok tok.Arjuna di luar mengetuk kedua kalinya. Sarah segera menutup ponselnya dan mengembalikan posisi duduknya agar terlihat berwibawa."Masuk." Sarah mempersilahkan.Klek. Arjuna segera masuk. Dia mengulas senyum manisnya kemudian melangkah menghampiri meja Sarah. Sarah hanya membalasnya dengan senyum tipis. Berusaha menahan amarah
Baca selengkapnya
Bab 97. Mencari Roger
"Maaf Nyonya atas ketidaknyamanannya. Berikut tanda pengenalnya, Anda bisa langsung masuk ke lantai 45 dimana Tuan Adipati berada." Teman resepsionis lain yang tadinya hanya acuh dan bermain ponsel pun seketika berdiri dan menyambut."Terima kasih." Sarah langsung mengambil tanda pengenal tamu untuk naik ke ruangan suaminya.Glek."Selamat siang, Nyonya," sapa Romi.Sarah tidak menjawab dan langsung menghampiri suaminya. "Paman, aku benar-benar membawa buktinya. Lihatlah."Sarah memberikan sebuah ponsel yang digunakan untuk merekam masing-masing video dari seluruh bukti. Adipati mengambilnya, lalu melihat video tersebut. "Paman. Lihatlah, Paman Roger sengaja menjebakku. Aku tidak mengada-ngada. Dan untuk foto itu, dia sudah merencanakannya."Adipati masih bergeming. Dia mengamati setiap potongan rekaman cctv itu dengan teliti. Kejadian demi kejadian dianalisis dengan mata telanjangnya. Sampai pada akhirnya, Adipati percaya pada sang istri."Apa kamu tahu dimana kasino Roger?" tanya
Baca selengkapnya
Bab 98. Mengarungi Nirwana Dunia
"HAHAHA."Tawa Roger menggema di seluruh ruangannya. Pria itu malah semakin congkak. Menurut Roger, Adipati masihlah anak kemarin sore yang belum mampu menghadapi kegilaannya."Jadi, kau ingin berurusan denganku?" tanya Roger angkuh.Adipat menyeringai. "Tentu tidak."Roger tersenyum puas. Mengira nyali Adipati menciut."Melainkan, aku akan langsung menghabisimu agar tidak ada hama sepertimu lagi di dunia ini."Roger menatap Adipati dengan tatapan nyalang. Dia menepis tangan Adipati yang mencengkraman kerah kemeja mahalnya. Mereka masih saling menatap tajam. Seolah suara genderang peperangan sedang dimainkan."Hama? Sebaiknya kau lihat dulu istrimu dan keluarganya. Merekalah hama yang sesungguhnya. Jangan sampai dia menikahimu hanya untuk menggerogoti hartamu saja.""Apa kau iri?" balas Adipati santai.Roger menaikkan sebelah alisnya. "Iri? Untuk apa aku iri padamu?"Adipati tersenyum meledek, "Tentu saja karena aku hidup bahagia bersama wanita yang ku cintai. Sedangkan kau, menjadi
Baca selengkapnya
Bab 99. Bulan Madu
Suatu batang yang besar itu menggelepar keluar sarangnya.Sarah tersenyum nakal menatap sang suami yang kemudian Sarah membuka lebar mulut kecilnya, dan melahap semuanya sehingga membuat mulutnya terasa penuh."Argh. Yes baby," lenguh Adipati sembari memejamkan mata dengan mendongak ke atas.Sarah bermain selayaknya profesional. Dulunya Sarah memang polos untuk masalah ranjang. Namun sejak menikah, dia tidak lagi polos. Tuntutan untuk menjaga keutuhan rumah tangganya membuatnya seperti sekarang. Menurutnya, hubungan ranjang adalah salah satu kunci langgengnya rumah tangga.Jika suami puas dengan pelayanan istri di ranjang, Sarah yakin, suaminya akan betah di rumah. Dan jika dia sedang pergi jauh, itu akan membuat para suami merindukan istrinya dan akan bergegas untuk pulang.Lenguhan Adipati kembali berulang. Kali ini Sarah berhasil membuat suaminya memuncak. Namun bukan Adipati namanya jika langsung lemas.Batangnya masih tegak berdiri. Menunggu ronde permainan berikutnya. "Berbari
Baca selengkapnya
Bab 100. Berenang
"Apakah benar, tidak ada sedikitpun rasa cinta yang tersisa di dalam hatimu untukmu?" Kali ini Arjuna hendak memastikan untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.Sarah mengangguk mantab. "Aku tidak punya perasaan seperti itu lagi untukmu, Jun. Kau layak bahagia."Tampak raut kesedihan di wajah Arjuna. Penyesalan memang selalu datang terakhir kali. "Seandainya dulu aku lebih memprioritaskan hubungan kita dan menikahimu lebih cepat. Mungkin saja,""Mungkin ini adalah takdir kita, Jun. Kita harus menerimanya dengan lapang dada. Aku tahu, kau adalah pria baik. Kau pasti menemukan seseorang yang tepat untuk menemani hari-harimu hingga menua nanti."Tatapan lembut Arjuna meneduhkan. Bibir tipisnya mengulas senyum, kemudian dia memohon diri untuk melanjutkan pekerjaannya."Jun," panggil Sarah. Arjuna menghentikan langkahnya yang sudah hampir melewati pintu.Sarah melempar senyum tulusnya. "Kau adalah sahabat terbaikku."Arjuna mengulas senyum. Tanpa menjawab, dia melanjutkan langka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status