Semua Bab Istri Kedua Tuan Elvan: Bab 51 - Bab 60
84 Bab
Sang Pewaris
"Calon penerus, Ma?" gumam Aileen lirih."Ya, dia calon penerus keluarga ini. Jadi, kalian jangan pernah coba-coba buat sakitin dia. Mengerti!""Ma, kenapa Mama lakuin ini? Bukannya Mas Elvan satu-satunya anak Mama? Kenapa harus anak kecil ini yang bukan siapa-siapa malah jadi penerus keluarga, Ma?""CUKUP AILEEN!" bentak Elvan, laki-laki itu pun berniat menarik istrinya untuk masuk ke kamar mereka. Namun, Aileen menolak."Mas, kok kamu malah bentak aku sih? Harusnya kamu mempertahankan apa yang seharusnya jadi hak kamu. Bukan anak kecil nggak jelas itu. Kamu sebenarnya kenapa sih? Kok jadi lembek gini, Mas?""PERGI KALIAN! teriak Vera yang kian tersulut emosi, sembari menatap tajam pada Aileen dan juga Elvan."Ma, kenapa Mama malah usir kami? Keputusan yang Papa sama Mama ambil itu di luar logika."Vera kian sinis menatap Aileen, menahan emosi yang kali ini benar-benar sudah memuncak. "Elvan tolong bawa pergi istrimu dari sini! Mama sedang tidak ingin berdebat sama orang yang nggak t
Baca selengkapnya
Anak Dewa
Elvan diam terpaku melihat wanita yang kini duduk di samping Ilham. Wanita berparas ayu itu, tampak begitu berbeda dengan sosok yang dia kenal dulu. Neya, satu nama yang saat ini masih ada di dalam hatinya dengan segenap amarah dan kebencian. Namun, saat melihat wanita itu sekarang, Elvan bahkan tak bisa mengartikan perasaannya.Amarah itu seakan mengendap begitu saja, berganti dengan berbagai tanda tanya dalam benaknya. Lima tahun telah Elvan lalui dengan penuh amarah dan kebencian pada wanita itu. Dan sekarang, dia hadir kembali, dalam sosok yang terlihat berbeda.Kepolosan dalam dirinya seakan hilang. Neya, kini menjelma menjadi sosok yang begitu anggun dan elegan, hampir saja Elvan tak mengenalinya. Dan semua yang terjadi beberapa waktu terakhir ini, menjadi kejutan tersendiri bagaikan sebuah bom waktu. Belum lagi, identitas Hazel sebagai sang pewaris, semua itu membuat kepala Elvan seakan hampir saja pecah."Semuanya silahkan duduk!" perintah Ilham pada seluruh dewan direksi yang
Baca selengkapnya
Rhesus Negatif
Neya masih duduk di kursi kerjanya sembari mengetukkan jemari ke meja. Pertemuannya dengan Elvan kali ini, seakan menguras energi. Bahkan fokusnya saat ini hanya tertuju pada laki-laki itu."Sial!" gumam Neya sembari menyugar rambutnya, hingga tiba-tiba suara dering ponsel membuat wanita itu, mau tak mau harus menjawab panggilan yang ternyata berasal dari Vera. Neya menempelkan ponsel itu ke telinga dan hal yang pertama dia dengar adalah tangisan mertuanya. Seketika, dia pun merasa begitu cemas.[Ma, ada apa? Kenapa Mama nangis?][Hazel, Ney.] jawab Vera yang langsung membuat Neya termenung. Tubuh itu menegang, menunggu detik demi detik jawaban dari mertuanya di ujung sambungan telepon.[Ma, ada apa?] Wanita itu pun kembali bertanya diantara gemuruh di dalam dada.[Ney, Hazel jatuh dari tangga lantai 2.][Nggak ....]Tubuh Neya melemas, diiringi detak jantung yang berdegup begitu kencang. Wanita itu hanya diam sembari menekan ponsel itu agar lebih menempel di telinganya, mencoba mence
Baca selengkapnya
Maafkan Aku
Neya duduk termenung, sikunya menyangga di pangkuan dengan kedua tangan yang menutup wajah. Dewa baru saja mengobrol dengan salah satu pengurus Komunitas Rhesus Negatif di Sydney, sedangkan Vera saat ini harus mendapatkan perawatan akibat terlalu syok.Ilham juga saat ini sudah di rumah sakit dan menemani istrinya di salah satu ruang perawatan, sambil terus mencari informasi stok darah. Sebenarnya, dia juga memiliki golongan darah rhesus negatif, tapi kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk melakukan donor darah.Mereka berusaha mendapatkan pendonor. Namun, belum ada harapan sama sekali. Dan mereka harus tetap menunggu sembari terus berkomunikasi dengan Komunitas Rhesus Negatif, yang mencoba menghubungi lebih banyak anggota lainnya.Tiba-tiba saja, seorang perawat mendekat, membuat mereka akhirnya mendongak. Di depan mereka saat ini, tampak seorang perawat berdiri sembari memegang satu papan kayu yang menjepit beberapa kertas di atasnya."Keluarga pasien atas nama Hazel Ghavizar
Baca selengkapnya
Ruang Operasi
"Maafkan aku, Ney," ucap Elvan dengan suara parau, menyiratkan rasa penyesalan yang tergambar jelas di wajah.Wanita itu tak menjawab, dadanya begitu sesak mengingat lima tahun terakhir yang dia lalui. Bahkan, setelah kejadian itu, Neya harus dibawa ke rumah sakit akibat kontraksi mendadak yang dia alami. Air ketubannya bahkan pecah tak berapa lama setelah Elvan pergi. Kondisi tersebut, mengharuskan Neya untuk melahirkan secepatnya. Dewa pun menghubungi Vera, dan wanita itulah yang mendampingi Neya saat kontraksi di rumah sakit. Dan untungnya, usia kehamilan Neya sudah memasuki waktu yang cukup untuk melahirkan.Ingatan Neya kembali pada beberapa tahun silam, kala itu suara tangis bayi terdengar nyaring menggema di ruang persalinan. Rasa sakit yang begitu dahsyat, serta rasa lelah seakan semua telah sirna saat Neya melihat seorang bayi mungil yang kini sedang dibersihkan oleh beberapa orang perawat yang turut membantu persalinannya. Vera memeluk erat Neya yang masih terbaring lemah
Baca selengkapnya
Saling Berkaitan
Elvan menoleh pada Neya yang saat ini sedang tersenyum sinis serta menatap ke arah pintu ruang operasi. Elvan pikir, kata maaf yang sudah terucap diantara mereka berdua bisa menghapus segala hal buruk yang pernah terjadi. Namun ternyata, memang tidak semudah itu. Setelah mendengar perkataan Neya, Elvan pun baru menyadari perkataannya beberapa tahun silam, ternyata begitu membekas di hati wanita tersebut. Kata yang terucap dengan segenap emosi dalam diri itu, seakan terpatri dalam relung hati terdalam Neya."Maafkan aku, Ney. Maaf waktu itu aku udah berpikiran buruk sama kamu.""Bukannya aku udah bilang ini semua bukan sepenuhnya salah kamu, Mas? Aku cuma mau mengingatkan kalau Hazel itu adalah anak dari Mas Dewa seperti yang kamu tuduhkan dulu.""Maaf, tapi nggak kaya gitu Ney. Sekarang aku ...." Elvan tak lagi melanjutkan kalimatnya, ketika Neya mulai berjalan menjauhi mereka, wanita itu seolah mengabaikan apa yang dikatakan oleh Elvan."Sudahlah, beri dia waktu. Yang dia butuhkan h
Baca selengkapnya
Pengecut
"Elvan, sebenarnya sejak Neya memegang perusahaan kita, banyak yang tidak menyetujuinya karena dia seorang perempuan. Mereka tidak suka dipimpin oleh wanita. Padahal, papa meminta Neya untuk memegang perusahaan tersebut, bukan hanya karena dia menantu papa ataupun ibu kandung dari Hazel. Namun, karena papa tahu dia punya kemampuan.""Punya kemampuan?" sahut Elvan, keningnya mengernyit, awalnya dia pikir keputusan Ilham menyuruh Neya untuk memegang perusahaan tersebut, karena Neya masih berstatus istrinya, sekaligus ibu kandung dari Hazel. Namun, sepertinya tidak hanya sebatas itu semata."Ya, dia memang punya kemampuan. Awalnya, kami menyuruh Neya melanjutkan kuliah, untuk mewujudkan mimpinya yang ingin memiliki pendidikan tinggi, sekaligus agar pikirannya teralihkan, dan tidak terus-menerus merasa depresi. Namun, ternyata dia sangat menonjol. Bahkan, Neya pun menjadi lulusan terbaik di angkatannya. Ketika papa meminta dia memegang kendali perusahaan, laba perusahaan semakin meningka
Baca selengkapnya
Hamil
Elvan mengetuk-ngetuk jemarinya ke atas meja, menatap cemas pada Aileen yang saat ini ada di atas brankar, dengan alat USG di atas perutnya. Saat ini, mereka memang sedang berada di ruangan dokter kandungan setelah beberapa saat yang lalu, Aileen menghubunginya, dan meminta menemani ke rumah sakit.Awalnya, Elvan yakin jika hal tersbut, hanya sebatas mencari perhatian sebagai upaya untuk mempertahankan pernikahan dengannya. Karena, Elvan pun yakin jika Aileen pasti sudah tahu dirinya telah bertemu dengan Neya, dan mengetahui siapa Hazel sebenarnya.Akan tetapi, setelah berada di rumah sakit, Elvan khawatir jika dugaan kehamilan yang dirasakan Aileen itu benar. Apalagi, tak ada raut cemas dan takut di wajah wanita cantik itu saat berhadapan dengan dokter yang menanganinya."Lihat Tuan. Titik ini, pertanda adanya janin di dalam rahim Nyonya Aileen."Jantung Elvan seakan berhenti berdetak mendengar penuturan dokter kandungan tersebut. "Ja-jadi, istri saya sedang hamil, Dok?" tanya Elvan
Baca selengkapnya
Lobby Hotel
Aileen berjalan sembari mengamit lengan Elvan. Senyum manis tak pernah lepas di bibirnya sejak pulang dari rumah sakit. Sedangkan Elvan, laki-laki itu tampak begitu tenang, sesekali dia membalas perkataan Aileen sembari melontarkan candaan mesra. Meskipun hal yang dia lakukan sangat berbanding terbalik dengan apa yang dia rasakan di dalam hati.Tentu saja Aileen merasa begitu bahagia. Dalam benaknya, meskipun Elvan sudah bertemu dengan Neya. Namun, laki-laki itu sepertinya masih ada dalam genggamannya. Hal tersebut, dapat terlihat dari sikap lembut Elvan padanya. Laki-laki itu sama sekali tak berubah. Jadi, bukahnkah ini artinya pertemuan itu tak berpengaruh apapun pada Elvan? Apalagi, setelah dokter mengatakan jika dirinya hamil. Aileen yakin, Elvan pasti semakin mencintainya.Saat ini, mereka sedang berjalan dari arah basement hotel tempat mereka menginap, menuju ke lobby. Namun, tiba-tiba langkah keduanya terhenti, manakala melihat sosok wanita yang saat ini sedang duduk di lobby s
Baca selengkapnya
Papa Hazel
Tak ada jawaban dari Neya. Setelah sosok lelaki itu masuk, wanita tersebut hanya memindai pandangannya lagi pada Hazel. Meskipun Elvan mendekat, dan pada akhirnya, pria itu hanya berdiri mematung. Neya memang tak ingin berbicara apapun demi kesehatan pikirannya.Sedangkan Elvan, sepertinya juga tak ingin bicara atau mungkin tidak tahu apa yang harus dia bicarakan saat melihat wanita itu hanya diam di depannya. Neya memang tidak terlalu peduli karena dia sudah tidak berharap banyak pada Elvan.Tak berapa lama, keheningan pun berakhir saat dokter yang menangani Hazel, masuk ke ruangan tersebut, dan membuat keduanya bangkit berdiri untuk menyambut dokter itu.Kini mereka tampak mengamati sang dokter yang sedang memeriksa keadaan Hazel. Entah mengapa, tiba-tiba tubuhnya Neya merasa lemas. Kondisi Hazel yang belum sadarkan diri, tentu saja membuat beban pikiran tersendiri bagi wanita itu, dan membuat tubuh Neya oleng seketika. Wanita itu hampir saja jatuh.Akan tetapi, lagi-lagi Elvan meno
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status