Semua Bab CEO Brondong itu Kekasihku: Bab 41 - Bab 50
122 Bab
Bab 41. Bilang Saja
Sampai mobil berhenti, perkataannya masih terngiang di telinga ini."Bilang saja kamu calon istriku, dan sebentar lagi menikah." Terdengar sekadar candaan, sih. Namun, bagi aku wanita yang umurnya sudah di batas ambang ini terasa beda. Langkahku seperti tidak menapak, antara mimpi dan nyata. Wajah inipun menghangat seiring pemikiran yang meletakkan harapan lebih.Calon istri? Menikah? Pacaran belum lama sudah berandai-andai terlalu jauh.Namun, isi kepala dan hatiku sekan tidak mendengarkan. Mereka justru disibukkan dengan pertanyaan, laki-laki inikah yang akan menemani hidupku? Sudah turun dari mobil pun, pikiran masih berkutat dengan hal yang sama. Mata ini menatap punggung kokoh berbalut jaket biru ini. Gerakan tubuhnya seperti menawarkan kehangatan untuk bersama, memberi perlindungan dan penghiburan di saat suka dan duka. Aku mengembungkan pipi, menahan napas dan menghembuskan untuk mengusir pikiran aneh ini.“Ayo, Raya!” ucapnya sambil mengulurkan tangan.Jarinya digerakkan me
Baca selengkapnya
Bab 42. Menang Kalah
“Alex. Pelan-pelan.”“Tenang saja. Aku akan melakukannya dengan lembut. Tidak kasar, kok. Kecuali khilaf,” bisiknya sambil tersenyum. Lebih tepatnya menyeringai.Aku mendengkus berusaha menghindar. Melihat ekspresinya, sudah aku bayangkan rasa sakit sebagai pembalasan perlakuanku.“Kamu tega, ya. Menodai aku. Katanya sayang. Tapi gitu. Please ….”“Enak saja. Ini hukuman dariku.”Mata ini aku kerjapkan, meminta pengampunan. Alih-alih mendapatkan keinginan, dia justru tertawa.“Ini kali pertama untukmu, kan? Dengan senang hati aku akan melakukannya. Sini!”Tangan yang masih tergenggam, ditariknya dengan paksa. Terpaksa, aku menyodorkan wajah sambil memejamkan mata bersiap menerima perlakuannya.Pletak!“Aduh!” teriakku sambil menangkup dahi. Katanya pelan, tapi sentilannya lumayan sakit. Belum sempat membuka mata.Sreeet!Rasa dingin terasa melintang di wajahku.“Alex! Kamu balas dendam!” teriakku sambil menelengkan kepala ke arah cermin. Noda bedak dicampur air melintang di wajahku.Me
Baca selengkapnya
Bab 43. Keamanan
“Harus masuk kerja?”Aku menoleh ke belakang. Alex yang sudah berpakaian rapi, berdiri bersandar di pintu dengan tangan berlipat di dada. Kedua kakinya bersilang, dengan mata mengamatiku yang sedang melipat baju bekas aku pakai itu.“Haruslah. Mbak Leni masih belum masuk. Kalau aku tidak datang, bisa jadi pos di atas kosong.”“Gitu, ya?” sahutnya sambil mengangguk-angguk. Namun, dahinya berkerut seperti sedang memikirkan sesuatu.“Bajunya ini aku cuci dulu nanti aku kembalikan.”“Untuk apa. Pakai saja sebagai pengingat. Kalau kamu kangen, bisa peluk baju itu,” sahutnya sambil menaik-naikkan alis mata. “Itu sebelum kamu bisa memelukku semalaman.”“Ck! Pagi-pagi sudah gombal. Ayo berangkat sekarang. Kita kan mampir ke rumahku dulu.” Aku menyambar tas dan melewatinya. Seperti anak kecil, dia mempercepat jalan mengekoriku.Hari masih pagi. Jalanan masih dipenuhi anak-anak yang berangkat sekolah. Beberapa memenuhi angkutan umum, dan banyak juga yang diantar dengan kendaraan pribadi. Tering
Baca selengkapnya
Bab 44. Urusan Laki-laki
“Jangan berhenti!”Tanganku memegang lengannya. Seakan tidak mendengarkan ucapanku, kecepatan mobil justru melamban.Masih ada dua mobil di depanku. Kalau melihat gelagatnya, Arman tidak mengetahui aku di mobil ini. Dia terlihat menghentikan semua mobil, kemudian seperti mengajukan pertanyaan.“Alex! Dengarkan aku!” teriakku lebih keras.“Kenapa, Raya? Kamu pikir aku tidak berani dengan laki-laki kecil itu?” ucap Alex dengan mendengkus. Jari-jarinya terlihat mencengkeram erat kemudi dan mata tajamnya tidak teralihkan ke arah depan.“Aku tidak suka keributan.”“Siapa yang akan ribut? Dia yang memancingku untuk melawannya. Laki-laki manapun tidak terima kalau kekasihnya dikejar sampai seperti ini. Ini urusan laki-laki, Raya. Kamu tidak perlu__”“Alex!” seruku kesal sambil menampik keras dirinya.Kemudian dia menghembuskan napas keras. Terlihat sekali kalau sebenarnya dia tidak mau mendengarkan aku.“Baiklah.”Dia menekan klakson mobil. Si Arman itu menoleh ke arah Alex. Benar dugaanku,
Baca selengkapnya
Bab 45.  Tidak Mengira
“Korban sudah dilarikan ke rumah sakit, sedangkan para pelaku sudah diamankan pihak berwajib.”Tubuhku terhuyun mendengar keterangan pegawai itu. Beruntung Jaka dengan sigap memapahku.“Kita ke rumah sakit sekarang!” seruku menolak untuk duduk.Pikiranku bergulir liar. Alex dilarikan ke rumah sakit yang menandakan dia terluka parah. Sedangkan kata para pelaku, aku asumsikan ini pengroyokan. Jantung ini seperti terlepas dari tempatnya membayangkan apa yang terjadi.“Selamat siang. Saya pegawainya Pak Alexander. Dengan Ibu Raya?”Kami menoleh bersamaan ke arah suara itu. Lelaki muda dan gagah berpenampilan rapi-setelan jas hitam berdasi- mengangguk hormat kepadaku.“Saya Tomo. Tuan Dominic memerintahkan untuk mengantar Ibu Raya ke rumah sakit.”Aku menatap Jaka dan Pak Wira meminta pertimbangan. Dalam keadaan seperti ini, aku harus tetap waspada. Apalagi seperti lelaki yang aku pun belum kenal. Siapapun bisa mengaku karyawan atau kenalan kekasihku, Alexander Dominic.“Aku akan ikut den
Baca selengkapnya
Bab 46.  Tidak Terima
Nanar menatap dia yang di hadapanku. Kepala dibalut perban, wajah yang lebam dan bibir pecah, kaki terluka, dan bagian perut yang terlihat memar. Tidak hanya itu, lengannya juga mendapat jahitan.“Mereka sekitar berlima, Ray. Kalau satu lawan satu, aku pasti menang, Mereka curang, membawa senjata sedangkan aku tangan kosong," ucapnya tadi.Kemudian dia menunjukkan lengannya. “Ini saja dijahit sepuluh karena menahan sabetan benda tajam. Entah yang dibawa apa, tiba-tiba sudah perih dan berdarah.”Tadi dia bercerita dengan bersemangat seakan baru saja menjalani petualangan. Berbanding terbalik denganku yang menekan rasa miris, kesal, dan geregetan. Mungkin yang dilakukan karena ingin meredam kekawatiranku. “Mereka seperti orang profesional. Aku yang sedang menelpon kamu, langsung ditarik dan semua terjadi begitu cepat.”“Tidak ada yang menolong?”Kenapa di tempat umum seperti itu, tidak ada orang yang membantu? Sampai dia mengalami luka seperti ini. Masih ingat di media sosial, saat ad
Baca selengkapnya
Bab 47. Manja
Kedua tangan ini mencengkeram pinggiran meja wastafel. Aku berusaha mengatur napas yang masih tersengal karena amarah yang tadi memuncak. Aliran air yang aku biarkan mengucur, tidak mampu memunculkan ketenangan. Sempat tadi mulut ini meluncurkan sumpah serapah yang tertahan sejak lama. Aku seperti mendapat panggung untuk mengatakan betapa orang itu menghancurkan keluargaku. Beruntung Eyang Jaya-orang tua ibu-datang. Hatiku yang terlanjur terbakar, akhirnya disurutkan. “Sudah, Nduk. Biarkan eyang yang menangani di sini. Kamu konsentrasi urusan di sana saja,” ucap Eyang Jaya menyudahi pembicaraan tadi. Kalau tidak ada Eyang Jaya, aku tidak tahu bagaimana akhir perdebatan ini. Kakekku itu selalu menjadi penengah di setiap gejolak di keluargaku, seperti saat bapak meninggal. Ibu begitu terpuruk bahkan dia mengajukan pensiun dini. Eyang Jaya lah yang menjemput Ibu untuk bersama mereka di kampung. Aku tidak tahu kenapa, hanya kepada kakekku lah Pak Sanjaya terlihat segan. Bahkan dia tid
Baca selengkapnya
Bab 48. Rencana
POV Alex“Sebentar saja, Raya,” bisikku tanpa melepaskan tangan ini.Harum tubuhnya menyelusup di penciuman dan menggetarkan syaraf. Tidak hanya itu, nyeri yang sempat terasa sekarang luruh. Ini lebih efektif daripada obat apapun yang diresepkan oleh dokter. Aku semakin gemas rasanya saat dia mengangkat wajah dengan mata mengerjap. “I love you, Raya,” bisikku sambil menangkup wajah dan mencium keningnya dalam.“Love you to. Tapi tanganku lama-lama pegal.”Dahiku sedikit berkerut, kemudian mengikuti arah pandangan matanya. Kedua tangannya menyangga tubuhnya yang berada di atasku.“Aku takut menyakitimu,” ucapnya dengan tatapan kawatir.Dia beringsut dengan sangat hati-hati setelah aku mengurai tangan ini. Ingin tertawa, tapi takut nyeri datang lagi. Sering kali dia bersikap manis, menghidupkan hati yang terbiasa dengan angka dan pekerjaan.Siapa sih yang tidak bahagia kalau wanita yang diinginkan berada di sampingnya? Dan, siapa yang tidak marah kalau ada yang mencoba merebutnya? S
Baca selengkapnya
Bab 49.  Bergulir
Aku mengetatkan selimut, saat mendengar langkahnya yang mendekat. Mata aku pejamkan rapat, dan pura-pura mendengkur.“Akhirnya tertidur juga,” gumamnya sambil merapikan selimutku di bagian kaki.Tanpa membuka mata, aku tahu dia duduk tepat di sebelahku. Beberapa kali terdengar helaan napas darinya. Kepala ini merasakan belaian lembut tangannya, kemudian ciuman di kening. Lama.“Maafkan aku, Alex. Kamu jadi sakit seperti ini karena aku.”Terkesiap diri ini merasakan tetesan air di wajahku. Tidak tahan dengan kesedihannya, perlahan aku membuka mata.“Alex. Aku mengganggumu?” ucapnya sambil menarik tangannya. Buru-buru dia mengusap pipinya, kemudian memunculkan senyuman.Aku tersenyum, mengulurkan tangan dan dia menyambutnya. “Tidak. Kamu tidak mengganggu. Justru aku sekarang mem-visualkan mimpiku. Bertemu kamu yang dulunya hanya dalam mimpi.”“Sakit saja masih gombal.”Semakin gemas melihat dia yang tersipu dan pipinya semburat merah. Seandainya tubuhku bisa bergerak bebas, pasti aku me
Baca selengkapnya
Bab 50. Saya Menolak
Hanya bersekat dinding, aku menunggu dia yang berpacu dengan kemungkinan hidup dan mati. Prosentase keberhasilan memang tinggi, tapi tidak menutup terjadi takdir tidak berpihak kepada kita.Tomo dan beberapa pegawai bersiap di ujung sana. Wajah mereka yang biasanya tanpa ekspresi, sekarang tersirat kegundahan akan keselamatan sang induk semang.Waktu berputar seakan melambat. Semakin menyiksa hati yang penuh dengan kekawatiran. Dengan menangkup kedua tangan, aku memejamkan mata, memohon kepada Tuhan. Bibir ini tidak henti-hentinya merayu untuk keselamatan laki-laki yang menjadi tujuanku kini.BRAK!Pintu terbuka. Mata ini terbuka dan bukan dokter yang berjalan pelan sambil menunjukkan senyuman. Ini justru beberapa perawat hilir mudik berlarian. Aku yang berdiri bersiap melontarkan pertanyaan hanya dijawab lambaian tangan tanda memohon sabar.Kedua alis mata terpaut mendapati wajah-wajah yang jauh dari senyuman lepas. Walaupun mereka tidak menyatakan, tapi ini mengabarkan hal tidak bai
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status