All Chapters of Jerat Pesona Ayah Anakku: Chapter 61 - Chapter 70
119 Chapters
Mengorbankan Semuanya
"Barra?"Avaline terkejut melihat kedatangan anaknya yang sangat tiba-tiba. Tak ada angin dan tak ada hujan, seketika saja Barra menginjakkan kaki kembali ke hadapannya setelah beberapa waktu yang lalu menuduh dirinya yang berbuat tidak-tidak pada Arka."Langsung to the point saja, Mom. Apa yang Mommy mau, agar Mommy tidak lagi mengusik hidup Arka dan Kara?" ucap Barra yang kian membuat Avaline tak mengerti.Tanpa sapaan dan tanpa di awali oleh percakapan ringan, tiba-tiba saja Barra seperti ini. Entah apa yang telah dipikirkan oleh anak lelakinya tersebut, tetapi yang jelas sepertinya saat ini sosok itu sedang sangat lelah."Kalau Mommy bilang padamu untuk jangan pernah dekati mereka berdua lagi, itu pasti tidak akan kau turuti juga 'kan? Lalu, untuk apa kau bertanya seperti itu?" sahut Avaline seraya duduk di sebuah kursi besar kesayangannya.Avaline akhirnya memilih mengikuti drama yang telah anaknya sore ini buat. Meski tak tahu apa yang melatarbelakangi kedatangan Barra ke sini,
Read more
Hilang Tanpa Kabar
"Baiklah, kalau begitu besok aku akan datang kembali dengan membawa surat perjanjian. Dan setelah itu, Mommy dan Clarissa tidak boleh lagi mengganggu hidupku, dan juga Kara dan Arka!"Barra beranjak ingin segera pergi dari rumah yang sebenarnya tak pernah dianggapnya sebagai rumah tersebut. Namun sayang, langkahnya tiba-tiba saja terhenti ketika sang ibu yang kembali memanggil dirinya."Apalagi, Mom?" tanya pria itu tak mengerti.Avaline tersenyum seraya beranjak mendekat. Ia kembali melihat anaknya dari atas sampai bawah, hingga bergerak menciptakan sedikit jarak."Kenapa harus dengan Clarissa? Mommy tidak bisa menjamin orang lain," tuturnya dengan tatapan yang semakin sulit diartikan.Oh, astaga! Ada apa lagi ini? Kenapa Barra selalu tak bisa berbicara sesaat pada ibunya? Barra benar-benar lelah dengan sikap Avaline yang sangat tak bisa ditebak seperti ini. Entah apalagi yang akan dimau olehnya, sehingga kini terlihat mengulur-ulur wakt
Read more
Serahkan Padaku Sebuah Bukti!
"Langsung saja, aku tidak bisa meninggalkan Arka lama-lama," ucap Kara sambil sesekali melirik orang-orang yang ada di sekitarnya.Saat ini, ibu satu anak itu memang berada di keramaian pusat perbelanjaan. Ia terpaksa menitipkan Arka di tempat penitipan anak, karena Jack tak mau percakapannya nanti terganggu atau pun terputus.Entah apa yang akan dibicarakan pria itu padanya, Kara tak bisa menebak karena semalam Jack hanya bilang ingin bertemu saja tanpa menanggapi rasa penasarannya yang sudah sangat membuncah akan keberadaan Barra."Jack? Kenapa diam saja? Kau bilang semalam ingin berbicara denganku secara langsung 'kan? Jadi sekarang bicaralah," lanjut wanita itu kembali mendesak.Jack menghela napas sesaat, seraya mengambil segelas kopi yang ada di hadapannya. Sepertinya saat ini Kara benar-benar tak bisa bersabar, karena wanita itu sangat mengkhawatirkan kekasihnya yang sedang menghilang tanpa kabar selama beberapa hari ini.Ternyata
Read more
Sakit Ditinggalkan
Kara berbicara dengan sudut mata yang tak mampu menahan tangisnya lagi. Meski saat ini dirinya sudah mencoba kuat agar tak terlihat lemah di hadapan Jack, akan tetapi entah kenapa ia tetap gagal.Kara gagal, berkat rasa sakit dan kecewa yang seketika sangat menyesakkan dirinya!Barra Piterson, apakah pria itu pada akhirnya memilih meninggalkan dirinya? Kara berusaha untuk tak mempercayai kata-kata Jack, tetapi sayang beberapa detik setelahnya mantan kakak tingkatnya tersebut malah menunjukkan sebuah bukti yang tak bisa dirinya tampil lagi."Kenapa harus menghindar sampai sejauh ini?" Kara bertanya dengan satu tetes air mata yang membasahi pipinya.Sebuah negeri yang terkenal dengan suasana romantisnya, menjadi tempat pelarian Barra. Entah kenapa harus tempat itu, yang jelas Kara tak dapat menyusulnya meski telah mengumpulkan semua uang yang ia punya."Awalnya aku menebak Barra akan menjenguk ayahnya, tetapi ternyata dugaanku salah! Aku sendiri juga sama sekali tidak menyangka kalau d
Read more
Masih Tak Percaya
Dengan menatap sebuah cincin yang ada di hadapannya, Kara terdiam dengan perasaannya yang seperti tengah diobrak-abrik. Entah kenapa ia merasa semuanya berjalan begitu cepat hingga semuanya saling bertubrukan, dan membuatnya sulit percaya."Ya Tuhan, kenapa harus seperti ini?" Kara bergumam sambil menaruh kembali cincin yang baru saja diberikan oleh Jack padanya.Sekarang, Kara memang sudah kembali ke rumah kontrakannya. Saat ini sudah larut malam, tetapi sayang dirinya sama sekali tak kunjung merasakan kantuk meski tadi telah berusaha tertidur mengikuti Arka.Apa ini karena dirinya yang masih sangat kepikiran dengan Barra? Ya, Kara memang mengakui penyebab itu. Namun kali ini dirinya juga memikirkan masalah lain yang menambah beban pikirannya, karena kini dirinya bingung harus bersikap seperti apa pada Jack jika bertemu nanti.Jackson Xavier, kakak tingkat yang dulu sebenarnya sempat dikaguminya dalam diam baru saja melamar dirinya? Sempat Kara tak percaya, tetapi memang kenyataanny
Read more
Tuduhan Tak Berdasar
"Bunda! Arka tadi dikasih ini sama Bibi yang jualan di pasar!" adu Arka seraya memamerkan permen lolipop yang ada di genggaman jari mungilnya.Pagi ini, Kara dan Arka memang kembali rutin menjalani hari-harinya seperti awal berbelanja ke pasar. Setelah sempat berhenti beberapa hari karena merasa sangat terpuruk dan sulit sekali membagi konsentrasinya, akhirnya kini ia bisa memulai lagi dengan Arka yang tentunya selalu menemani dirinya di setiap langkah.Ya, untuk saat ini Kara memang hanya mempunyai anak lelaki itu saja. Ia tak lagi mempunyai penguat lain seperti yang lalu, karena sampai saat ini Barra masih benar-benar menghilang tanpa kabar. Sementara Jack, entah kenapa pria itu tak lagi memunculkan diri semenjak menyatakan perasaan dan memberikannya sebuah cincin. Sebenarnya Kara tak terlalu mempermasalahkannya juga karena dengan begitu dirinya tak harus bingung berinteraksi seperti apa, akan tetapi tetap saja pada akhirnya dirinya merasa semakin kesepian berkat semua orang yang d
Read more
Pusingnya Avaline
"Aku sungguh tidak main-main, Bu! Semua yang aku katakan benar adanya! Barra sempat pamit pergi padaku, lalu menghilang tanpa bisa aku hubungi setelahnya! Aku tidak berbohong, Bu! Sungguh!"Tangis Kara pecah setelah mencoba menyakinkan Avaline dengan semua ucapannya. Wanita muda itu tampak begitu panik dengan ancaman sosok tersebut, dan bahkan benar-benar takut jika nanti Arka akan dibawa jauh dari jangkauannya.Entah ini semua berhasil membuat Avaline percaya atau tidak, tetapi yang jelas Kara memang sudah mengatakannya secara betul-betul. Dirinya sama sekali tak mengarang atau pun menutupi kenyataan yang ada. Ia sungguh tak tahu keberadaan Barra di mana sekarang, dan tak tahu kabar pria tersebut seperti apa."Aku masih belum bisa percaya! Kau bisa menutupi hubunganmu dengan Barra selama ini di belakangku, dan itu berarti bisa saja kau melakukan hal yang serupa sekarang!" tutur Avaline seraya menatap tajam wanita lemah yang ada di hadapannya.Tangis Kara semakin tumpah tak tertahanka
Read more
Permainan Drama
"Apa? Jadi dia tahu keberadaanku? Bagaimana mungkin?"Sosok yang masih terlihat lemah di atas ranjang rumah sakit itu terlihat begitu terkejut dengan laporan salah satu anak buahnya. Ia ingin beranjak duduk, tetapi sayang saat ini hampir seluruh tubuhnya masih sulit untuk digerakkan."Iya, Tuan! Maaf, saya belum tahu persis dari mana dia mengetahui semua ini. Akan tetapi, saya akan tetap berusaha mencari tahunya dan berusaha mengecohnya sebelum akhirnya dia berhasil menemukan keberadaan Tuan Dimas di sini," jelas sosok itu yang langsung dijawab oleh sebuah anggukan lawan bicaranya.Setelahnya, sosok tersebut berpamitan pergi. Dimas pun akhirnya termenung sendiri, sambil berusaha berpikir langkah apa yang harus ditempuhnya saat ini.Sungguh, rasanya ia benar-benar tak bisa menghindar dari berbagai masalah. Baru saja pekan lalu dirinya dihajar oleh orang-orang tak dikenal sampai lama tak sadarkah diri, dan kini ia malah mendapatkan berita kalau Bella sudah mengetahui tempat persembunyia
Read more
Terkecoh
"Jack, please sudahlah! Jangan terus menghasutku seperti ini. Kita tidak pernah tahu alasan Barra sampai menghilang saat ini, Jack. Jadi aku mohon, jangan terlalu buruk sangka padanya dulu," ucap Kara yang segera mengusap wajah lelahnya.Sementara Jack, pria itu hanya tersenyum singkat saja menanggapinya. "Jadi setelah semua ini kau masih membelanya, Kara? Ingat, Tante Avaline pasti akan terus menekanmu kalau dia masih tetap kabur dan bersembunyi seperti ini!""Aku tahu, Jack. Tapi—""Sudahlah, Kara. Mungkin bagimu, saat ini terlalu sulit melepaskan perasaanmu padanya. Namun menurutku, kau harus tetap memakai pikiranmu di saat-saat seperti ini, Kara. Ingat! Kini bukan hanya keselamatan dan ketenangan dirimu yang terancam, tetapi keselamatan anakmu juga!" potong Jack langsung yang membuat lawan bicaranya ini terdiam."Mungkin untuk saat ini Tante Avaline masih berbaik hati hanya mengancammu, tetapi untuk nanti? Kita tidak pernah tahu apa yang akan dilakukannya pada Arka, Kara. Aku berb
Read more
Melewatkan yang Berharga
"Bagaimana?"Barra bertanya, sambil berusaha mengubah posisi menjadi terduduk. Meski begitu sulit, akan tetapi ia tetap mengupayakannya. Ia tentu tak mau terus tergeletak di atas ranjang rumah sakit dengan lemah, karena masih ada banyak masalah yang harus diselesaikannya."Beruntungnya semua berhasil, Tuan. Nona Clarissa telah kembali ke hotel, dan sepertinya dia juga sudah percaya kalau perusahaan itu milik orang lain," jawab sang anak buah seraya sedikit menunduk hormat."Bagus! Kalau begitu berarti ada untungnya aku membeli perusahaan keluarga yang sempat ingin bangkrut itu, karena dengan begitu Clarissa pasti akan mudah terkecoh, ditambah dengan penjelasan beberapa artikel yang masih belum merubah nama kepemilikannya!" tutur Barra yang kini mulai terlihat sedikit mengembangkan senyumnya.Akhirnya setelah sekian lama, Barra memang bisa merasa lebih baik. Tubuhnya tak lagi terasa selemah yang lalu, meski pada kenyataannya dirinya masih belum bisa bergerak dengan bebas."Iya, Tuan. D
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status