All Chapters of Benih Satu Milyar: Chapter 51 - Chapter 60
86 Chapters
Keputusan Akhir
Pagi ini kusambut hari dengan wajah penuh keceriaan. Sibuk di dapur menyiapkan sarapan, layaknya seorang istri melayani suami. Nasi goreng cornet telah tersedia di meja, aromanya menguar menggugah selera. Dua gelas jus jeruk juga telah tersedia, menemani lezatnya nasi goreng kesukaan Azlan.Sesaat ingatanku kembali saat Azlan empat hari bersamaku. Hampir tiap pagi minta dibuatkan nasi goreng yang sama. Kebersamaan yang kuanggap penuh cinta, meskipun pada kenyataannya hanyalah palsu belaka.Kutarik kursi, lalu duduk dan menghela napas. Masih terngiang permintaan Azlan semalam. Meskipun aku hanya diam tak menjawab, tetapi otakku berpikir keras. Apakah aku mampu hidup sebagai istri yang disembunyikan?Azlan mencintaiku, bahkan tidak ingin melepasku walaupun bayi ini telah lahir. Namun, apa aku tidak akan tersiksa saat melihat anak yang kulahirkan harus memanggil 'Mama' pada wanita lain?Mungkin saja aku terlalu overthinking akan masa depan. Hanya saja, kurasa ini wajar bagi seorang ibu.
Read more
Terbongkar
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.17, tetapi kabar dari Azlan tak juga ada. Kontak Flora hanya centang satu saat kukirim pesan, nomor seluler pun tak bisa dihubungi. Kekhawatiranku semakin bertambah saat kontak Azlan juga tidak aktif. Beberapa kali mencoba menghubungi, tapi tidak terhubung sejak sore tadi.Kaki ini mulai lelah karena sejak tadi bolak balik mengecek ke halaman depan, berharap mobil Azlan muncul dari balik pagar besi. Nyatanya, penantian yang sangat lama malah membuatku semakin tidak karuan rasanya."Non Nara menunggu Den Azlan?" tanya Bik Lastri yang melihatku sejak tadi mondar-mandir."Iya," sahutku singkat."Mungkin Den Azlan nggak datang, Non.""Dia dah janji mau datang," jawabku tanpa melepas pandangan dari pagar."Non Nara istirahat saja dulu, nanti biar saya yang membukakan pintu Den Azlan."Aku abaikan saran dari Bik Lastri. Pikiranku masih terlampau sibuk menduga. Apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka? Cemas melanda akibat kekhawatiran yang berlebih.Kembal
Read more
Serangan Brutal
Bulan ini kehamilanku dinyatakan genap 28 minggu atau tepat tujuh bulan. Perut semakin membulat besar, kaki juga semakin bengkak. Ditambah pinggang rasanya sering panas, membuat tidurku juga gelisah setiap malam.Biasanya Azlan seminggu dua atau tiga kali datang untuk menjenguk keadaanku. Dia terkadang menyempatkan waktu saat jam makan siang atau sepulang dari kantor. Perhatian Azlan semakin bertambah, dia dengan telaten mengompres kakiku yang bengkak.Kedatangan Azlan membuktikan bahwa perasaannya kepadaku benar-benar tulus, bukan sandiwara lagi. Bahkan ketika dia bersamaku, ponsel akan selalu dimatikan. Bayi dalam kandungan juga seolah turut bahagia, apalagi ketika Azlan mengelus dan mengajaknya bicara.Aku pun sudah tidak merasa cemburu dengan Elina lagi. Bagiku, perhatian Azlan selama masa kehamilan itu sudah lebih dari cukup. Yaach ... walaupun pernah hampir lima bulan menjauh dari Azlan, tetapi nyatanya hubungan kami malah jauh lebih baik.Baru saja Azlan memberi kabar, dia akan
Read more
Koma
POV AzlanEntah sudah berapa lama aku berdiri di depan ruang emergency. Setelah mengurus administrasi dan mencarikan persediaan kantong darah, aku kembali mematung di tempat ini. Kekhawatiran yang belum pernah aku rasakan, bahkan saat Elina angkat rahim pun tak seperti ini kecemasanku.Perasaan takut kehilangan Nara dan bayinya membuatku hampir gila. Bahkan ingin sekali aku timpakan hukuman berat pada Elina, karena dialah Nara sampai seperti sekarang. Kondisi wanita malang itu sedang kritis, banyak darah yang keluar akibat serangan brutal Elina.Entahlah, dari mana wanita itu tahu tempat tinggal Nara. Aku sendiri pun selama ini menolak untuk memberitahu keberadaan Nara. Semua aku lakukan agar semasa kehamilan, Nara terbebas dari berbagai tekanan.Aku sendiri pun tak tahu sejak kapan tumbuh perasaan semacam ini. Semakin ingin menolak, justru perasaan itu semakin kuat. Bukan semata-mata kenikmatan tubuh Nara, bukan pula sekedar kenyamanan saat bersamanya. Namun, ada hal yang lebih dari
Read more
Karma Untuk Elina
POV Azlan"Nara hanyalah istri ....""Karena Nara hanya istri kedua? Terus dianggap pelakor begitu?" sahut Mama memotong kalimat Flora yang tampak ragu-ragu."Apa salahnya Azlan nikah lagi? Bukankah Azlan juga butuh keturunan? Aku jadi curiga, jangan-jangan kehamilan Elina kali ini juga bohong?" ujar Mama dengan ekspresi berpikir, lalu menatapku tajam.Duh, bagaimana aku harus menjaga rahasia kalau begini? Kali ini Elina jelas tak akan terselamatkan posisinya. Mama masti langsung akan memintaku untuk menceraikan wanita yang menemaniku lebih dari delapan tahun, bahkan sejak kami sama-sama masih kuliah.Apa yang harus aku lakukan sekarang? Membiarkan kebohongan terbongkar sama artinya dengan melempar Elina ke dasar jurang kelam."Azlan, jujur ke Mama. Apa kehamilan Elina yang sekarang juga bohong lagi?" Pertanyaan Mama penuh penekanan, bahkan tatapannya seolah hendak menelanku bulat-bulat.Aku masih mematung, tak tahu harus mengambil keputusan apa."Tentu saja bohong, Tante. Karena nia
Read more
Perayaan
POV AzlanDua tahun telah berlalu ....Duka yang pernah ada, tak begitu terlihat. Meskipun sebenarnya mendung kelam belum sepenuhnya sirna, tetapi kehadiran putra pertamaku membawa ribuan kebahagiaan.Mama dan Papa sering menghabiskan waktu bersama cucu pertama dan satu-satunya. Anak yang kuberi nama Azra Putra Wijaya itu, dia berlimpah kasih sayang. Kakek dan neneknya begitu menyayangi dan menjaga, dan semua yang di rumah turut menjaga dengan cinta kasih.Kerinduanku akan Nara sedikit terobati saat melihat wajah Azra. Meskipun anak lelaki, tapi mata dan bibirnya mirip Nara. Saat malam, kutatap wajah putraku lebih dalam, lalu menciuminya.Sering air mata itu menetes di setiap malam. Antara sesal dan kerinduan, menjadi satu dan terus menyiksa.Hari ini genap dua tahun sudah Nara koma di rumah sakit. Hari yang bertepatan dengan hati lahirnya Azra. Seperti tahun sebelumnya, kami tidak menggelar pesta ulang tahun, melainkan menggelar doa bersama. Mendoakan agar Azra tumbuh sehat dan panj
Read more
Ikatan Semu
"Azlan, Nara sudah sadar!" teriak Flora dari depan pintu ruang ICU.Teriakan Flora membuyarkan doa khusyuk yang tengah aku panjatkan. Seketika mata membuka, berharap ini bukan sebuah mimpi.Di depan pintu, wajah Flora tampak begitu bahagia. Bahkan ada tetes bening dari sudut mata, tanda luapan rasa bahagia yang tak terhingga."Apa kamu tidak lagi bohong kan, Flo?"Flora menggeleng, senyum merekah lepas."Tadi, saat aku dan mamamu masuk, nggak sengaja melihat jemari Nara bergerak."Bergerak? Itu artinya yang aku rasakan sebelumnya adalah hal benar, bukan sekedar perasaanku saja. "Nah, aku coba untuk berinteraksi dengannya. Beberapa menit kemudian, dia makin merespon dengan gerakan mata dia yang terpejam. Akhirnya aku tekan nurse call untuk memanggil dokter dan perawat. Dan ternyata, mata Nara beneran mulai terbuka." Nara menyampaikan dengan penuh semangat.Aku terpaku, seolah masih belum percaya. Beberapa kali kutepuk pipi, hanya untuk meyakinkan. Flora yang melihat kelakuanku, segera
Read more
Ikat Kembali
Pertanyaan Flora terngiang hingga malam hari. Di dalam kamar, kegelisahan ini terus saja menggerus pikiran. Entah sudah beberapa kali kaki ini keluar masuk dari balkon, ke luar kamar, dan kembali lagi ke ranjang.Beberapa kali sudah kuhela napas panjang dan berat, nyatanya kecemasan dan kegelisahan tak jua mereda. Hingga akhirnya aku putuskan untuk keluar dari kamar, menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan.Aku seduh secangkir kopi, lalu menikmatinya di bar kecil. Berharap secangkir kopi mampu menenangkan batin yang terus bergejolak."Kamu belum tidur, Zlan?" Tiba-tiba suara Mama sudah di belakangku, dia memgambil minuman dari lemari pendingin.Cukup kaget dengan kehadiran Mama yang tiba-tiba, atau mungkin karena pikiranku penuh sehingga tidak mendengar langkah kakinya."Iya, Ma.""Kenapa? Bukannya kamu sudah bahagia, karena akhirnya istrimu sudah siuman?""Ma, boleh Azlan bicara dengan Mama?" Akhirnya aku coba beranikan diri untuk bicara dengan Mama."Soal apa?" tanya Mama seray
Read more
Pertemuan
POV AzlanPernikahan kami digelar dengan sangat sederhana. Hanya memgundang kerabat saja. Semua sesuai permintaan Nara, tidak menggelar pesta mewah apalagi sampai diliput media.Alasan Nara adalah agar keberadaan dia tetap aman dari ibunya. Masuk akal, karena aku tahu bagaimana sikap ibunya Nara ke dia. Jika sampai tahu, bahaya juga untuk keluargaku.Bisa saja wanita itu merongrong kekayaanku, atau lebih parahnya semua rahasia yang aku tutupi sudah pasti terbongkar. Mama tentunya akan menolak jika tahu Nara adalah wanita bayaran, sedangkan Papa bisa anfal lagi.Malam pengantin tak dapat kunikmati, mengingat kondisi Nara yang masih belum seratus persen pulih. Bahkan cidera bagian pinggang juga masih membuatnya tak kuat berdiri. Setiap digerakkan, dia masih merasakan nyeri di bagian tulang ekor.Namun, semua itu tak membuat kebahagiaan sirna. Justru pernikahan yang siang tadi digelar, membuat setiap rasa menjadi sempurna. Cinta yang bermula dari kenyamanan, sekarang membuatku tak mampu
Read more
Badan Tanpa Perasaan
POV NaraTubuh yang masih lemah, dan hanya duduk di kursi roda. Itulah kondisiku sekarang. Akibat serangan brutal yang dilakukan Elina, aku mengalami cidera kepala dan tulang belakang.Entah apa yang terjadi denganku, seingatku hanya saat terakhir ketika dokter mengatakan bayi dalam kandungan butuh penanganan. Setelah itu, aku tak mengingat apapun. Hanya ruang gelap tanpa memori.Masih bisa bangun dari tidur panjang--kata Azlan koma selama dua tahun--itu membuatku sangat bersyukur. Siapa sangka, dengan kondisi parah aku masih bisa bertahan. Mungkin ini kehendak Tuhan yang memberi kesempatan kedua.Aku merasa jika kesempatan hidup kembali adalah jawaban dari doaku sebelumnya. Aku telah berjanji, jika selamat maka aku akan merawat bayiku dengan tangan ini. Doa yang terpanjat telah terkabul, dan aku harus menepati.Janji akan menjadi orang yang baik pun mengubah cara pikir yang selama ini aku anut. Tidak ingin lagi menghalalkan banyak cara demi harta. Itu sebabnya aku sampaikan keinginan
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status