Semua Bab Suami Muda Nyonya Ines : Bab 31 - Bab 40
88 Bab
Sisi Mengejutkan Ines
Ines memang terkejut melihat pria berbalut jaket tebal mengekspresikan api dendam juga amarah terhadapnya. Namun, wanita yang menatap ujung lancip benda tajam terarah ke perutnya itu, berubah tenang Daan menarik tinggi ujung bibir kanan."Aku tidak pernah membiarkan siapa pun menyentuhku dengan sangat mudah," ucap Ines tenang. Akan tetapi, itu mampu menyulut api kemarahan berlebih pada lawan di depannya."Ketenanganmu sangat menjijikkan, Ines Walter! Bawalah semua itu ke neraka!" berang pria bertubuh sedikit berisi tersebut, menggerakkan tangan berisi pisau untuk menghujam Ines.Tidak, Ines tidak membiarkan tubuhnya tersentuh oleh ujung runcing benda tajam mengarah ke perut kirinya. Wanita itu mencegah cepat, memegang pergelangan tangan pria ingin melenyapkan dirinya dengan tangan kiri, lalu memelintir tangan ke sisi kiri dan berhasil menjatuhkan pisau ke jalanan. Pria itu memekik kesakitan, ada pula suara retakan tulang. Namun, Ines justru menghadiahkan bogem mentah bertenaga tepat p
Baca selengkapnya
Ketakutan dan Kebahagiaan
Damian mendengar, namun bersikap acuh dan terus menapaki anak tangga. Ines mengembuskan napas kasar, meletakkan kedua tangan pada pinggang, kemudian pergi menuju elevator dalam rumahnya untuk sampai ke kamar. Alex mendengarkan teriakan, dari dalam kamar ia tersenyum seorang diri.Ines sudah tiba di kamar, memasuki kamar mandi untuk membasuh wajah dan menanggalkan pakaian kotornya. Sesaat ia menatap cermin besar melengkapi wastafel, membongkar ikat rambut dan menggulung tinggi. Ines keluar membawa handuk kecil untuk mengeringkan wajah, berniat ke ruang ganti untuk mengambil pakaian, namun justru dibuat terkejut oleh suara seseorang.“Oh, Tuhan!” seru Damian kaget, begitu pula dengan wanita tengah menepuk-nepuk lembut wajahnya. Damian menoleh ke pintu, juga segala sisi kamar. “Bu—bukankah kamu di bawah?!” Damian membuka lebar-lebar mata, menunjuk sang istri berjarak tak jauh darinya.“Kamu tidak tahu fungsi lift di rumah?” sahut Ines, lawan bicaranya kembali menelusuri pintu dengan mata
Baca selengkapnya
Selalu Mengawasi
Damian cukup lama menyegarkan diri, membaluri tubuh dengan sabun berulang dan menggunakan shampo berkali-kali, sekadar ingin menuntaskan aroma darah tertinggal, dari pada harus tidur di luar malam ini.Sengaja lelaki itu membiarkan rambutnya sedikit basah, meski biasanya juga selalu menggunakan alat pengering rambut lebih dulu sebelum keluar kamar mandi.Kali ini, Damian sengaja menggosok-gosok rambutnya dengan handuk kecil abu tua, seraya berjalan ke ruang ganti dan mengambil kaus untuk langsung ditempelkan pada tubuh indahnya.Damian berganti langkah menuju ruang tidur, dan kakinya pun terhenti ketika menyaksikan istrinya lelap dalam posisi duduk. Ines bahkan masih mengenakan bathrobe sama, memangku iPad dengan tangan kanan memegangi lemas.“Dia memintaku mandi, tapi sendirinya malah tidur tanpa mandi?” tutur Damian lirih, kemudian menggeleng.Tapi, pada akhirnya lelaki berwajah segar itu tersenyum, melemparkan handuk asal dan mendekati istrinya. Lembut ibu jari kanan Damian mengusa
Baca selengkapnya
Jejak Pemantauan Ines
Ines terdiam mengingat-ingat apa tadi diperhatikan sebelum tertidur. Terpejam kedua mata indah dimiliki, meyakini bahwa Damian telah mengobrak-abrik isi dalam benda pipih kerap disembunyikan selama ini. Itu kecerobohan terbesar, tapi Ines juga menganggap sebagai jalan Tuhan, di mana seluruh rahasia yang mewarnai hubungannya dengan Damian sudah seharusnya terbuka perlahan. Meski, Ines sendiri tidak tahu apa semua akan mampu diterima satu sama lain, atau malah menjadi awal dari kehancuran.Damian menyisir jalanan dengan kecepatan sangat tinggi, menuju ke apartemen Vivian. Langkah cepat pun dipergunakan olehnya begitu tiba, dan menemukan adanya Leon menyisir lorong sama.Keduanya memasuki apartemen Vivian, sandi telah diketahui. Siapa yang menduga, bahwa di dalam sudah ada Max menenggak minuman seorang diri, sembari menatap layar laptop di atas meja ruang tamu.Max meletakkan telunjuk kiri menempel bibir, mengisyaratkan agar kedua orang baru saja dikejutkan akan keberadaan dirinya i
Baca selengkapnya
Memang Memiliki Tujuan
Ines memilih berdiam diri di dalam mobilnya, meredakan kecemburuan juga amarah. iPad selalu dibiarkan tertinggal di dalam kendaraan, seolah merayu Ines untuk mengambil dan melihat isinya. Tangan bergerak untuk meraih di dalam kantung jok depan, namun urung dilakukan. Terus saja ia berlaku hal sama, hingga akhirnya kemantapan dibentuk dalam jiwa serta pikiran.Sejujurnya, Ines tidak pernah membuka apa pun perihal Damian yang terus dikirimkan oleh orang kepercayaannya, kecuali tentang foto dan panggilan yang dilakukan oleh bodyguard telah ditugaskan khusus mengekori sang suami. Kali ini, Ines sungguh dibuat penasaran akan rahasia suaminya, atas kemarahan ditunjukkan berapi-api, hingga berani menunjukkan wajah ketika bersama Vivian, bahkan menggandeng tangan tanpa bersedia melepaskan."Ya, aku harus mencari sendiri jawabannya. Apa pun itu, aku tidak bisa untuk menjadi buta lagi." Ines meneguhkan hati, membuka folder informasi suaminya.Perlahan-lahan jemari lentik menggulir layar, mengam
Baca selengkapnya
Memiliki Anak
Ines terdiam membuka sedikit mulut ketika mendengar pernyataan sang suami yang dianggapnya sebagai pengakuan. Wanita sempat terkejut tak menyangka itu, pada akhirnya mengulas senyum, tertunduk kilat membasahi bibir.“Luar biasa, Damian. Ternyata selama ini aku sudah memelihara ular.” Ines berucap, mengangkat pandangan pada lelaki di depannya. “Ini mengejutkan, tapi juga membuatku bahagia. Paling tidak, semua yang kamu katakan sudah melindungiku dari bisa mematikan.”Ines menunjukkan ketenangan, mengulas senyum tipis dan berhasil membingungkan lelaki tengah mengerutkan keda alis tebalnya. Ines memindahkan kedua tangan ke depan tubuh, cincin pernikahan dilepaskan olehnya. Damian membuntang, menatap sejenak dengan ulasan senyum terpahat lebih lebar dari sebelumnya.“A—apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melepaskannya?” gagu Damian ketakutan.Ines menatap tenang, tapi juga terpancar ketajaman dari kedua mata indahnya. Lagi-lagi, wanita itu mengulas senyum sembari mengangkat tinggi cincin p
Baca selengkapnya
Pertemuan Damian dan Frans
Ines menatap kedua mata Alex, tanpa ada kata terucap. Namun, lelaki itu sanggup mengartikan dari gurat wajah ditunjukkan oleh wanita tampak terguncang di depannya.Alex tidak berpikir panjang untuk langsung menggendong Ines, meski penolakan pun diberikan atas rasa tak nyaman. “Sekali saja, saya mohon jangan keras kepala,” lirih Alex dibalas senyap oleh wanita sudah bertumpu tangan kanan pada tengkuknya.“Kirimkan semua hasilnya padaku hari ini! Jangan bicarakan apa pun mengenai kondisi nyonya, atau kalian akan menerima akibatnya!” tegas Alex, memberi tatapan penuh peringatan pada tim pemotretan hari ini.“Ba—baik, Tuan.” Juru kamera gagap, sementara lainnya menciut tanpa jawaban.Alex membawa Ines ke elevator, bodyguard telah sigap membukakan dan memberi jalan untuk keduanya masuk. “Hubungi dokter pribadi nyonya dan minta secepatnya ke rumah!” titah Alex.“Baik, Tuan.” Pengawal membungkuk, tanpa ikut bergabung dalam ruang sempit sama.Pengawal lekas menjalankan titah, bergerak cepat m
Baca selengkapnya
Keras Kepala
Malam hari, Damian tampak sangat gusar, mondar-mandir di teras rumah pribadinya, mengurungkan niat berulang kali untuk pergi dan mencari tahu sendiri akan kebenaran ucapan Adrian. Ya, nyatanya apa disampaikan oleh pengagum berat Ines itu sudah berhasil membuat Damian tak karuan seharian ini. Fokus pun tidak dimiliki, lebih banyak melamun ketika harus menemani Vivian dan Amanda berbelanja.Sampai-sampai, Damian tidak diperbolehkan mengemudi oleh Leon, rela menggantikan dan menyerahkan mobilnya pada Vivian untuk kembali pulang bersama Amanda, sementara Max harus melesat ke kantor atas sebuah urusan penting dan mendesak harus diselesaikan tangannya.Leon tidak sekalipun meninggalkan Damian, bahkan sampai detik ini lelaki itu tetap berada di dekat kawan baiknya. Ya, meski harus menahan pusing akibat tubuh Damian yang tiba-tiba menjelma seperti setrikaan, Leon tetap setia duduk pada kursi di teras rumah sembari memainkan telepon genggam.“Beri aku solusi!” bentak Damian, mengejutkan Leon.
Baca selengkapnya
Menekan Luka
Arthur, pria yang berhasil mengejutkan Damian dan Leon sampai keduanya berdiri. Paman Ines itu mendengar kabar tentang keponakannya, dan memutuskan datang setelah kembali dari rumah sakit untuk melihat kondisi putrinya lebih dulu. “Kenapa kalian tidak masuk?” tanya Arthur bingung.“Bisakah aku meminta tolong padamu?” tutur Damian, berkerut kedua alis Arthur menatap dirinya. “Mintalah Ines untuk berhati-hati dengan Adrian, aku memiliki firasat buruk tentangnya. Aku merasa, dia sengaja datang untuk mendapatkan sesuatu, dan itu bukan hanya diri Ines saja. Ada dendam yang ingin dilancarkan pada Ines. Jadi, bisakah kau meminta untuk Ines menjauhinya?”Arthur mengembuskan napas panjang, memajukan langkah mendekati Damian. “Kau benar, aku juga bisa melihat hal itu. Tapi, Ines dan Adrian memiliki kerja sama, itu tidak akan mudah untuk diakhiri sekarang.” “Aku akan melakukan apa pun untuk membuat kerja sama ini berhenti,” ucap Damian tanpa berpikir.“Tidak, Damian. Bukan kerja sama mereka ya
Baca selengkapnya
Ikuti Rencaku
Detik waktu menggiring menit dan jam bergulir selepas apa diucapkan oleh Ines dalam bibir bergetar. Nyatanya, wanita itu tidak bermain dengan apa sudah diputuskan, dan Alex hanya bisa menuruti tanpa perlawanan. Meski, pada dasarnya Alex ingin sekali menolak dan memberi sedikit nasihat pada Ines untuk mempertimbangkan. Akan tetapi, semua urung dilakukan dan lebih memilih untuk menjalankan titah bersama pengacara terpilih.Ines sendiri menyerahkan seluruh masalah perceraian pada Alex dan pengacara, tanpa bersedia berhadapan dengan Damian. Bahkan, wanita itu memutuskan pergi dari kota juga ditinggali oleh suaminya, sekadar mencari ketenangan dan kedamaian jiwa. Keputusan singkat tersebut, juga didasari oleh laporan rumah sakit yang membuatnya kembali mengurai air mata.Ines pergi tanpa membiarkan Alex mengekori seperti hari-hari biasa. Ines pun meminta agar orang kepercayaannya itu tidak mengabarkan pada siapa-siapa akan kepergiannya, begitu pula dengan Arthur.Sekitar malam hari, Alex b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status