Semua Bab Pelakor Itu Sahabatku : Bab 31 - Bab 40
109 Bab
Bab 31. Bos Galau
Langit mondar mandir di ruangannya bagaikan baling-baling rusak, yang membuat Benji pusing melihatnya. "Pak, bisakah bapak duduk? Apa bapak tidak capek mondar-mandir seperti itu dari tadi?" tegur Benji. Kepalanya mendadak pening melihat Langit yang nampak demikian. Dua hari ini mood bosnya tersebut seperti tidak bisa dikendalikan. Di minta untuk fokus pada pekerjaan, tapi pikirannya melayang entah kemana. Sampai membuat Benji kesusahan mengembalikan mood Langit yang berantakan. Meski itu hanya bersama dirinya. "Apakah dia belum kembali bekerja di hotel?" Aha, Benji baru bisa menebak apa yang menjadi pemicunya seperti itu. Ternyata bosnya itu galau karena ditinggal Senja cuti selama dua hari. Benji yang sedang duduk di sofa pun menegakkan tubuhnya. "Ternyata ini yang membuat bapak tidak tenang selama dua hari ini. Bapak galau?" goda Benji lagi. Langit terdiam. Kemudian ia duduk di samping Benji dan meneguk kopi hitamnya. "Mungkin itu yang terjadi pa
Baca selengkapnya
Bab 32. Mantan Mertua
Senja baru menyadari jika mantan mertuanya ada disana bersama Han. Meski begitu, Senja twtap menghormati wanita itu sebagai irang tuanya walau ia dan Han tidak akan kembali bersama. "Mama," ujarnya seraya mencium punggung tangan Riana. Yang di susul juga oleh Bina yang mengikuti gerakan sang mama dengan tetap waspada. "Maaf tadi Senja tidak melihat mama." "Tidak apa-apa, Nja. Ayo duduk, mama ingin melihat kalian berdua. Mama rindu!!" Matanya kembali berkaca melihat dua orang yang amat dirindukan hadir di depan matanya. Tangan Riana terangkat bermaksud untuk meminta Vina untuk mendekat tapi bocah itu hanya diam saja dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan titik senjata dari surat matanya saja pinnya terlihat ketakutan mungkin ya sedikit merasa trauma ketika ditarikan untuk ikut pulang bersamanya. "Sayang," Bina menoleh, mendapati Senja yang tersenyum menatapnya. "Bina takut, Ma," cicit Bina seraya merunduk. Sebuah sentuhan membelai rambutnya, seol
Baca selengkapnya
Bab 33. Bos Arogan
"Hatiku terluka karena cinta. Oleh sebab itu aku tak ingin merasakannya lagi dan membuat hatiku kembali perih. Lebih baik bapak pergi dan mencari wanita yang lebih sempurna, yang mampu mencintaimu setulus hati," kata Senja seraya menundukkan wajahnya. "Aku akan menyembuhkan lukamu dan membalutnya dengan kasih sayangku. Aku memang tak sempurna, tapi aku akan berusaha menjadi orang yang sempurna untukmu dan anakmu," balas Langit tak kalah bersungguh-sungguh. Bahkan di dalam hidupnya, ini kali pertama ia sampai mengemis cinta kepada seorang wanita. Perceraian yang terjadi di hidupnya, membuatnya dingin terhadap pria. Itu semua untuk melindungi dirinya dari godaan pria yang ingin mengetuk hatinya. Setelah kurir itu memberikan paketnya pada Senja, Senja tidak bisa diam begitu saja menerima pemberian orang yang tak dikenal. Wanita itu memaksa kurir untuk mengaku nama pengirimnya. Hingga akhirnya pria itu mengaku jika dimintai tolong oleh Langit. Dan ketika Senja ber
Baca selengkapnya
Baba 34. Merasa Kehilangan
Tiga bulan sudah sejak kejadian malam itu, Senja maupun Langit tak bertegur sapa. Mereka selayaknya bos dan juga pekerja ketika ditempat kerja. Ada rasa berbeda. Senja merasakan perbedaan sikap Langit padanya. Tiada lagi pria yang tiba-tiba mengirimkan makanan untuknya. Tiada lagi pria yang tiba-tiba datang ke kosan hanya untuk sekedar ingin berjumpa. Pria yang gemar menebar senyuman saat bersamanya. Seharusnya Senja bersyukur karena Langit menjauh sesuai dengan keinginannya. Bohong jika Senja tidak merasakan kehilangan saat ini. "Hey, kenapa malah melamun?" Sisil mengagetkan Senja ketika istirahat makan siang. Senja yang terkejut lantas menoleh. "Sisil." "Apa? Kenapa malah melamun? Mikirin pacar ya?" goda Sisil. Karena Sisil sedikit banyak mengetahui status Senja yang seorang janda. Tapi tak serta merta ia mencap Senja dengan sebutan yang hina. Karena semua itu sudah digariskan sama pemberi hidup. "Pacar apaan? Tidak ada," elak Senja. "Eh, tau tidak. Tadi
Baca selengkapnya
Bab 35. Tamu Misterius
"Arght, sial!!!" teriak Langit frustasi saat melihat motor Senja mulai bergerak ke jalan raya. Ia sudah berusaha mengejar, tapi tetap ia kalah. Tangannya mencengkram rambutnya untuk meluapkan rasa kesal di hatinya. Akibat kesibukannya, ia kehilangan kesempatan untuk mendekati Senja. Padahal, sebentar lagi Senja sudah dalam genggamannya. Bibir tipis Langit tak hentinya memaki kebodohannya sendiri. Hingga sebuah suara mengalihkan rasa kesalnya. "Pak." Vivi tiba-tiba sudah berada di belakangnya dengan tatapan iba. Ia kasihan dengan bosnya tersebut yang sangat sulit mendapatkan Senja. Sudah dekat, malah sang bos kedapatan bersama wanita lain. Hati wanita mana yang tidak goyah? Dan mungkin itu yang dirasakan Senja sekarang. Vivi tahu bagaimana sepak terjang Langit yang mencoba mendekati Senja. Padahal Senja dengan perlahan sudah membuka hatinya, tapi kenyataan berbicara berbeda. Langit menoleh sekilas. Kemudian membuang pandangannya ke depan menatap k
Baca selengkapnya
Bab 36. Bertemu Calon Mertua
"Senja? Iya, dia ada di dalam. Mari silahkan masuk!" Fatimah membuka lebar pintu dan mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam. Setelah itu Fatimah masuk ke dalam berniat untuk memanggil Senja. Tapi saat berniat beranjak, Senja tiba-tiba keluar. Tubuhnya kaku bagaikan tidak teraliri darah ketika melihat sosok yang dikenalnya ada di rumahnya. Matanya mengerjap beberapa kali untuk menyakinkan apa yang ia lihat saat ini. Tapi sialnya itu nyata dan bukan halusinasi. "Pak Langit?" lirihnya dengan meyakinkan diri. Pria itu tersenyum lebar saat Senja berhasil mengenali dirinya. "Hai, Senja. Bagaimana kabarmu?" Langit melambaikan tangannya dengan wajah tengil. Wajah yang sempat ia rindukan beberapa bulan belakangan. Senja sempat kehilangan, tapi seolah wajah itu kembali pulang. "Dia siapa, Nja?" Pertanyaan sang ibu membuatnya tersentak dari lamunan. Ia menoleh ke arah sang ibu dengan senyum pelik. "Dia_" "Saya calon suami Senja, Bu," potong Langit ce
Baca selengkapnya
Bab 37. Mengungkap Rasa
"Sudah saya bilang jangan bercanda, Pak. Saya tidak ingin terluka lagi untuk yang kedua kalinya karena seorang pria." "Siapa yang bercanda. Saya serius, Nja. Aku cinta sama kamu makanya aku ingin kamu jadi istriku." Senja menggeleng. "Saya tidak sesempurna yang bapak pikirkan. Saya seorang janda yang penuh dengan kekurangan, makanya suami saya sampai meninggalkanku dan memilih selingkuhannya." "Bukan kamu yang kurang, tapi mantan kamu yang kurang ajar dan tidak pandai untuk bersyukur." Langit menyangkal. Karena jika dilihat, Senja sungguh sempurna menjadi seorang wanita. Bukan hanya paras yang cantik, tapi juga hatinya. Sebagai lelaki, tentu Langit mencari sosok istri seperti Senja yang notabene adalah wanita idamannya. "Meski sejuta kali kamu menjelekkan dirimu sendiri, sejuta kali juga aku akan tetap menunggumu menjawab penantianku, Nja." Senja terdiam. Bukan hanya arogan, tapi bos-nya ini juga pemaksa. Tentu Langit tidak ingin rugi. Pengorbanannya ini tentu ia jadikan ajang u
Baca selengkapnya
Bab 38. Cinta Dari Langit
Bina sibuk menyeret Langit ke mana dia mau. Langit juga terlihat pasrah dan mengikuti kemanapun Bina pergi. Baginya, ini hal yang positif, yang mampu mendekatkan dirinya dan juga Bina. "Om, Bina mau lihat di sana." "Di mana, Bi?" "Di sana!!" Bina menunjuk menggunakan tangannya sebuah tangga untuk melihat atraksi tong setan. Kening Langit sempat berkerut. Ia melirik Senja yang bersendekap di belakangnya. Tatapan sungguh tak bersahabat dengan bibir manyun yang menggemaskan. "Ayo, Om!!!" Ketika Bina hendak kembali menyeret tangannya, Langit mencegahnya. Bina menoleh ke arah Langit penuh tanya. "Kenapa om? Om takut?" Langit menggeleng. "Bukan takut, Sayang. Lebih takut jika mama marah." Bina melongokkan kepalanya untuk melihat sang mama yang berada di belakang Langit. Ia langsung tersenyum lebar menampilkan gigi yang berjajar rapi saat Senja menatapnya dengan tatapan tajam bak ingin menerkam. "Boleh ya, Ma?" tanya Bina penuh permohonan.
Baca selengkapnya
Bab 39. Membuka Hati
Wajah keduanya nampak terlihat sangat sumringah. Bahkan, Senja sampai menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang merona karena mendengar godaan Langit. "Kenapa kamu menundukkan, Nja?" Langit masih tetap menggoda Senja melalui kaca spion sebelah kiri. Ia sengaja menghadapkan spion itu kebelakang untu melihat wajah Senja. "Apa sih?" tanya Senja tidak bisa menahan senyumnya lagi. Ia sampai membuang muka saking malunya. Entah kenapa perasaannya berbeda. Ia merasa bagaikan anak muda yang tengah jatuh cinta. Ya, Senja menerima cinta dari Langit. Bener kata sang ibu jika ia harus belajar membuka hati untuk orang baru. Tidak mungkin selamanya kita akan terpuruk dalam duka. Setiap pria memiliki karakter yang berbeda. Dan ibunya selalu mendoakan jika Langit ini adalah jodoh terakhirnya. Sebagai seorang ibu, Fatimah bisa melihat ketulusan dari Langit. Dan Senja juga melihat itu ketika Langit bermain dengan Bina. Meski Bina bukan darah dagingnya, tapi terlihat
Baca selengkapnya
Bab 40. Minta Peluk
Setelah subuh Senja dan Langit berangkat ke kota. Dingin dan sejuk menjadi satu. Mata yang tadinya berat, sekarang terbuka dengan lebarnya ketika melihat kecantikan Senja saat ia membuka mata. "Apakah kita sudah menikah?" tanya Langit ketika Senja membangunkannya. "Hust, ngawur!! Ayo bangun. Kita harus berangkat pagi-pagi agar tidak terkena macet," ucap Senja seraya berlalu ketika Langit sudah mulai beranjak bangun. Bina, anaknya sempat menangis ketika mereka berpamitan. Bukan karena Senja, tapi Langit yang sudah merebut posisi Senja di hati Bina. Senja sampai terheran jika mengingat itu. Karena ketika bersama sang papa, Bina hampir tidak pernah seperti. Duhgt!! Helm mereka saling bertabrakan ketika Langit mengerem motornya tiba-tiba. "Aduh!! Kenapa ngerem mendadak sih?" gerutu Senja. Memang tidak sakit, tapi ia sungguh dibuat kaget karena ulah Langit. Langit hanya diam seraya menepikan motornya. Kemudian Ia melepas helmnya dan menaruh di tangki motornya. "Kamu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status