Semua Bab Mencari Selingkuhan Suamiku: Bab 71 - Bab 80
299 Bab
Bab 71 Lebih Memilih Rumah Tangga Hancur
Fanny menatapku, sementara aku juga memandangnya. Kemudian, kita saling memberikan kode lewat tatapan. Fanny berusaha meleraikan kami dengan berkata, "Maya, kamu jangan marah lagi. Karena sudah seperti ini, kalian harus melewati kesulitan bersama."Sementara itu, aku langsung berlari ke toilet dengan mata yang memerah. Kemudian, aku mengeluarkan ponselku untuk mengirim pesan WA kepada James, lalu keluar dari toilet setelahnya. Begitu keluar, aku langsung bertanya, "Jadi, apa yang harus kulakukan? Katakan saja. Aku ... sudah nggak peduli lagi." Air mataku kembali mengalir dan ekspresiku terlihat sangat sedih.Tiba-tiba, ponsel Harry berbunyi. Dia bergegas melihatnya dan buru-buru mengangkat. Entah apa yang dikatakan di telepon, tetapi wajah suamiku tiba-tiba memucat. Tak lama kemudian, dia berkata dengan nada dingin, "Baiklah!"Usai menutup telepon, Harry menundukkan kepala dengan ekspresi tertekan. Fanny diam-diam memberikan tatapan tajam kepadaku, sementara aku merespons dengan mengan
Baca selengkapnya
Bab 72 Pemihakan secara Terang-Terangan
"Bruk!" Jasmine mendorong pintu kantorku dengan keras dan bergegas masuk. Dia berteriak padaku dengan kesal, "Maya, kamu enak sekali, ya. Beraninya kamu berpura-pura menjadi bos di sini! Kamu nggak layak!"Aku duduk di kursi dan memandang Jasmine dengan tenang. James segera masuk dan maju untuk membujuk, "Nona, apa yang Anda lakukan? Kalau ada masalah, selesaikan saja di rumah. Ada begitu banyak orang yang sedang menonton di sini! Pengaruhnya kurang baik!" "Pengaruh apaan? Kenapa harus peduli dengan hal itu waktu bicara dengannya? Dia nggak layak dihormati olehku!" timpal Jasmine dengan mulut yang pedas. Melalui jendela kaca, aku samar-samar melihat orang di luar kantor yang berdiri dan melihat ke sini. Aku pun berkata pada James, "Biarkan mereka pulang kerja lebih awal sekarang, segera!" James bergegas keluar dan membubarkan staf yang sedang menonton. Para staf berberes dengan lambat dan meninggalkan kantor dengan enggan. Sebelumnya, jangankan dua jam lebih awal, mereka pasti akan
Baca selengkapnya
Bab 73 Menindas Bersama-Sama
"Sudah, diam!" teriak Harry padaku lagi. "Benar saja, kamu memihak padanya. Kamu sungguh kakak yang baik. Tiap hari, kamu memeluknya dan membiarkan segala urusanmu dicampuri olehnya. Kok aku merasa dia bukan adikmu? Kalau dilihat dari situasi ini, kayaknya dia barulah istrimu. Kamu selalu menuruti perkataannya!" "Maya … apa yang kamu sedang bicarakan? Kamu nggak punya rasa tanggung jawab, ya? Kamu nggak bisa mempertimbangkan kepentingan umum?" Raut wajah Harry berubah drastis. Dia mendorongku menjauh hingga membuatku limbung. James pun berseru kaget dan langsung memapahku. "Kak Maya …." Aku berusaha menjaga keseimbanganku dan menatap lurus ke arah Harry. "Kak, kamu sudah melihat sikapnya, 'kan? Dia sama sekali nggak mementingkan keluarganya sendiri. Waktu terjadi masalah, dia cuma memikirkan dirinya saja. Pernahkah dia peduli dengan urusanmu?" Jasmine yang berdiri di belakang Harry terus memanas-manasi keadaan. "Maya, ingatlah, Aurous Construction adalah perusahaan Keluarga Sinjay
Baca selengkapnya
Bab 74 Pria Misterius
Aku mengamati kondisi sekeliling. Tempat ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan memberikan rasa nyaman. "Di mana ini?" tanyaku dengan pelan. "Tempat indah yang mirip seperti surga!" ucap seorang pria dengan suara yang sangat memikat hati. Aku menengadah untuk menatap pria jangkung itu. Tubuhnya yang jangkung memberiku rasa aman. Saat itu juga, jantungku berdetak kencang. Ketika bersama pria ini, aku selalu menuruti pengaturannya seperti boneka tanpa jiwa. Ketika menyadari hal tersebut, aku sendiri pun merasa kaget. Seorang wanita yang begitu sial dan hampir ditinggalkan oleh suaminya malah tergerak hatinya di saat seperti ini, sungguh memalukan. Namun, aku harus mengakui bahwa wajah pria ini terlalu tampan dan memesona. Dia menatapku saraya tersenyum lembut, sementara aku masih menatapnya dengan tatapan lugu. Kemudian, dia mengangkat tangannya dan membelai rambutku dengan pelan. "Baru beberapa hari tidak bertemu, kenapa kamu terlihat kurusan lagi?" Ucapan pria itu san
Baca selengkapnya
Bab 75 Alasan Balas Dendam
Tepat saat aku berbalik, salah satu pergelangan tanganku dipegang erat oleh Taufan. Aku tidak berani menatap mata Taufan lagi dan terpaku saat ditarik olehnya. Aku tidak bisa melepaskan diri darinya dan juga merasa malu untuk tinggal di sana. Kami terdiam untuk waktu yang lama. Setelah itu, Taufan menarikku ke pelukannya dengan lembut dan menekan kepalaku di dadanya. "Tinggalkan dia secepat mungkin!" Ucapan ini seketika melunakkan hatiku yang baru saja mengeras. "Tapi, aku harus membuatnya sengsara dengan kemampuanku sendiri supaya sepadan dengan waktu yang sudah kubuang untuknya. Aku nggak mengizinkan mereka menghinaku. Aku mau mereka menanggung konsekuensi yang sepadan. Aku harus mengambil kembali segalanya yang seharusnya menjadi milikku dan putriku!""Sudah kubilang, aku akan bantu kamu!" Aku tiba-tiba memeluk pinggang Taufan dan bersandar di pelukannya dengan erat untuk menenangkan diri. "Aku harus membalas penghinaan yang mereka berikan padaku, ngerti?" Aku mengangkat kepal
Baca selengkapnya
Bab 76 Terlalu Detail
Aku memikirkan hal ini untuk waktu yang lama, lalu menatapnya sambil bertanya, "Kenapa ... kamu sangat baik padaku?"Taufan tertawa terbahak-bahak dan pindah ke sebelahku. Dia mengulurkan tangan mengelus kepalaku. Kamar ini seketika terasa sangat hangat. Aku tertegun melihat pria ini sangat pandai merayu. Aku merasa seperti dihipnotis. "Karena aku mencintaimu. Apa ini cukup menjawab pertanyaanmu?" balas Taufan. Wajahku sontak memerah. Aku memang sudah bersuami, tetapi aku tetap tidak bisa tahan dengan rayuan ini. Pria yang sangat sempurna ini tanpa ragu mengutarakan perasaan padaku. Dia mengatakan suka padaku! Apa aku bisa memercayainya?Gombalan ini mungkin bisa mempan jika diucapkan kepada gadis yang belum berpengalaman. Anakku bahkan hampir cukup umur untuk mengerti arti cinta. Taufan malah mengatakan dirinya mencintaiku. Apa yang dia sukai dariku?Pernikahan pertamaku akan segera berakhir. Aku akan menjadi seorang janda yang menikah lagi di mata orang-orang. Pria berkelas ini men
Baca selengkapnya
Bab 77 Tidak Tahu Malu
Aku pun tertidur dengan pikiran yang kacau. Aku memimpikan Harry dan Jasmine yang berselingkuh, lalu mereka menindasku dan putriku dengan kejam. Aku yang terbangun menangis, tetapi aku masih tidak bisa melampiaskan emosiku.Saat ini sudah subuh, kicauan burung membuatku perlahan menjadi tenang. Aku bangun, lalu menggosok gigi dan turun ke lantai bawah. Aku belum menikmati pemandangan indah di kawasan ini dan aku tidak ingin melewatkannya begitu saja.Ketika Taufan mencariku, matahari sudah bersinar terang. Saatnya memulai hari yang baru. Taufan yang perhatian bertanya seraya mengamati wajahku, "Apa kamu tidur nyenyak semalam?"Aku tersenyum dan menjawab, "Tentu saja, terima kasih!""Lagi-lagi kamu begitu sungkan kepadaku," ujar Taufan. Dia menggandeng tanganku dan melanjutkan, "Kamu sudah lapar, 'kan? Ayo, kita sarapan."Sarapan di sini sangat lezat, jadi aku makan dengan lahap. Aku membutuhkan tenaga yang cukup untuk menghadapi semua permasalahan. Saat dalam perjalanan pulang, Taufan
Baca selengkapnya
Bab 78 Rekaman Suara
Setelah tujuan mereka tercapai, Harry menyuruh keluarganya pulang. Aku juga tidak keluar untuk mengantar mereka.Aku berpikir pesta hari jadi pernikahan ini memang sesuai dengan kemauanku. Jika Harry ingin membuat pesta yang meriah, aku akan menuruti keinginannya. Lagi pula, aku sudah dipermalukan mereka, apa lagi yang perlu kutakutkan?Setelah Harry membujukku lagi, dia pun pergi ke perusahaan dengan perasaan senang. Aku segera menelepon James untuk menanyakan perkembangan masalahnya.James menjelaskan, "Kak Maya, aku sudah berusaha, tapi dia nggak menunjukkan sikapnya, jadi aku juga nggak berdaya. Aku sudah merekam percakapan yang kamu minta, aku akan mengirimnya kepadamu. Selain itu ... dia tahu kamu bertemu dengan Pak Taufan! Dia bilang ... hais, kamu dengar sendiri saja."Selesai bicara, James mengakhiri panggilan telepon, lalu mengirim rekaman tersebut. Rekaman itu berisi percakapan antara James dan Harry.James berkata, "Bos, malam ini pihak Bright Celestial menghadiri perjamuan
Baca selengkapnya
Bab 79 Pergi Sendirian
Aku menjawab panggilan telepon dari Jasmine. Dia tetap bersikap arogan saat berbicara, "Ada yang mau aku bicarakan denganmu! Kita ketemu sebentar!""Kenapa tadi kamu nggak bilang waktu di rumah?" tanyaku."Ini masalah antara aku dan kamu, jadi aku nggak mau mereka mendengarnya. Kita ketemu di Bar Arandall!" sahut Jasmine.Sebelum aku menjawab, Jasmine sudah mengakhiri panggilan teleponnya. Aku memegang ponsel sambil merenung, entah apa yang direncanakan Jasmine. Aku penasaran dengan hal apa yang dia tutupi dari keluarganya.Saat memikirkan hal ini, aku langsung bangun dan melihat jam. Sekarang sudah hampir siang, jadi bar belum beroperasi sepenuhnya. Aku berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk memakai celana jeans, kaos, dan sepatu hak datar berwarna putih agar lebih aman.Ketika dalam perjalanan, aku menelepon Fanny untuk berjaga-jaga. Namun, kebetulan Fanny pergi ke Kota Linde. Jadi, aku hanya bisa mengurungkan niatku.Aku menggenggam ponselku dengan erat untuk beberapa saat, lalu me
Baca selengkapnya
Bab 80 Rahasia yang Memalukan
Jasmine tersenyum licik saat berbicara, jadi aku yakin pasti ada yang tidak beres dengan ucapannya. Aku tidak menanggapi pertanyaan Jasmine, aku berkata, "Aku merasa nggak ada yang aneh kalau datang ke sini. Kamu bicara terus terang saja, jangan berbelit-belit. Di sini nggak ada keluargamu."Jasmine tersenyum sinis dan berkomentar, "Haha. Kak Maya, kamu itu selalu bersikap angkuh, membosankan sekali. Kak Harry nggak suka dengan sikapmu ini, dia bilang kamu itu selalu berlagak seperti seorang putri. Sebenarnya, kamu sangat monoton, bahkan kamu sangat kaku saat bermanja-manja."Aku benar-benar kesal melihat sikap Jasmine, lalu aku menimpali, "Jasmine, aku nggak pernah bertemu dengan orang yang nggak tahu malu sepertimu!"Jasmine menyahut, "Maya, nggak usah berlagak menjadi senior, bukannya selama ini kamu begitu sabar? Apa kamu nggak menemukan kondom di saku Kak Harry? Aku nggak percaya kamu nggak kaget atau sedih waktu melihat barang itu, Kak Harry bilang kalian nggak pernah pakai itu."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
30
DMCA.com Protection Status