Semua Bab Terjerat Gairah Suami Kontrak: Bab 51 - Bab 60
111 Bab
51. Masa Lalu Sega
Dokter menjelaskan banyak hal pada Alvaro dan semua yang berada di dalam kamar. Saat ini yang bisa dilakukan adalah mengobservasi kondisi Alvaro beberapa waktu ke depan. Bisa beberapa hari, minggu ataupun bulan.Alvaro mendengarkan dengan mata terpejam. Dia tak ingin melihat tatapan mereka semua kepadanya karena semua menatapnya dengan sorot mata kasihan. Alvaro benci dikasihani. Seumur hidupnya, tak pernah ada orang yang memandangnya dengan pandangan seperti itu. Dulu semua memandangnya dengan kagum. Semua ingin menjadi dirinya. Namun sekarang dia hanyalah seonggok daging yang bernapas. Setelah dokter keluar, suasana menjadi cukup hening. Alvaro berpikir, bagaimana keadaan istrinya? Apa yang dilakukannya bersama adiknya sekarang?"Aku akan tinggal di sini bersama Al," kata Orlando yang sedang berdiskusi dengan Sega. Wiji bermain dengan ponselnya sendiri di sofa."Bagaimana kita akan memberitahu Dewan Komisaris?" Sega menyuarakan apa yang ada di pikirannya. "Pak Zul akan mengurusnya
Baca selengkapnya
52. Bisikan Andry
Alvaro membuka mata karena ada yang mengetuk pintu kamar rawat inapnya. Wiji bangkit lalu membuka pintu. Dua orang berseragam polisi masuk ke dalam ruangan. Satu orang berbicara dalam bahasa Inggris dengan Orlando sedangkan satunya hanya diam sambil mengamati sekeliling. Matanya yang sipit dan tajam menatap Alvaro.Orlando mempersilakan keduanya duduk di sofa. Polisi yang berbicara itu menanyakan keadaan Alvaro. Dia juga berkata bahwa Plat nomor kendaraan yang menabrak Alvaro telah diketahui. Polisi menanyakan apakah pihak keluarga Alvaro hendak memperkarakan kasus ini ke jalur hukum. Orlando bertukar pandang dengan Sega. Keduanya bertanya dalam hati, dari mana Polisi China memperoleh Data Alvaro sedemikian cepat? Atau memang respon Polisi China sangat cepat? Baik Orlando maupun Sega belum pernah berurusan dengan Polisi negeri Tirai Bambu sehingga mereka tidak tahu.Orlando meminta waktu untuk berdiskusi kepada kedua polisi itu. Orlando dan Sega menjauh, pindah ke dekat jendela yang
Baca selengkapnya
53. Pembicaraan Yang Menyakitkan
Hanifah melihat Saskia berada di gendongan Andry. Wanita cantik itu meronta hendak turun."An, apa yang kamu lakukan? Aku mau turun!" seru Saskia.Andry menyeringai lebar. Diturunkannya Saskia dengan pelan."Kukira kamu ketiduran, soalnya matamu tertutup dan kamu diam saja," kata Andry, nadanya santai dan tak bersalah."Aku sedang berdoa dalam hati," tukas Saskia sambil merapikan bajunya yang menjadi sedikit berantakan."Oohh." Andry berucap santai lalu berbalik kembali ke sofa. Tatapannya berganti pada Hanifah dan dia bertanya,"Nggak bawa makanan?""Maaf, Tuan. Ada makanan di apartemen. Kami tidak membawanya," jawab Hanifah. Hanifah cuma membawa beberapa buah Jeruk Mandarin."Belikan aku dim sum. Aku lapar." Andry menyodorkan selembar uang nominal 1000 yuan kepada Hanifah yang berdiri tak jauh darinya. Hanifah memandang Saskia untuk meminta persetujuan. Saskia mengangguk. Hanifah mengambil uang itu."Dim sum rasa apa, Tuan? Di mana?" tanya Hanifah sopan."Udang, cumi dan ayam. Kali
Baca selengkapnya
54. Kecewa Lagi
"Kurang ajar!" Andry merangsek maju penuh emosi. Tangan kanannya terangkat tinggi. Jelas dia akan memukul Alvaro yang hanya menatapnya dengan sorot menantang."Jangan, An! Kumohon jangan!" jerit Saskia histeris. Saskia segera berlari ke sisi ranjang Alvaro dan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng. "Pergi!" Andry mendorong Saskia ke samping hingga terjajar ke kaki ranjang dan langsung menghantam pipi Alvaro sekuat tenaga. "Jangan! Tolong! Tolong!" Saskia berlari ke pintu sambil berteriak-teriak ke lorong rumah sakit. Karena kamar Alvaro adalah kamar VVIP, maka respon petugas rumah sakit pun sangat cepat. Seorang perawat dan petugas keamanan segera berlari menghampiri.Petugas keamanan berbadan besar itu merangkul Andry dengan erat dari belakang. Seorang petugas keamanan lagi muncul setelah perawat juga berteriak minta tolong. Petugas keamanan yang baru datang membantu rekannya menarik Andry yang terus berontak untuk menjauh dari Alvaro. Akhirnya kedua petugas berhasil menyeret A
Baca selengkapnya
55. Kacau
"Begitulah informasi yang saya terima, Tuan," kata Sega mengakhiri laporannya pada Orlando yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Sega baru saja menceritakan apa yang dialaminya di kantor polisi."Kurang ajar! Berani-beraninya mereka mencelakai cucuku!" teriak Orlando marah. Wajahnya merah padam. "Sega! Kontak orang kita untuk menyelidiki mobil brengsek itu! Aku minta laporan segera!""Baik, Tuan," sahut Sega lalu sibuk dengan ponselnya. Sega melihat rekaman CCTV jalan raya di kantor polisi dan mengambil kesimpulan kalau kecelakaan itu disengaja. Sega mengambil kesimpulan itu karena melihat mobil seperti sengaja Oleng untuk memyerempet Alvaro yang sedang berjalan di pinggir jalan. Polisi menanyakan apakah keluarga Alvaro ingin membuat laporan. Sesuai perintah Orlando, Sega mengiyakan. Mereka akan menunggu kehadiran Pak Zul untuk mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum.Pintu diketuk lalu Hanifah masuk dengan takut-takut. Dilihatnya wajah Orlando yang sedang geram. Hani
Baca selengkapnya
56. Akan Bercerai
Hanifah segera berbalik. Saskia berdiri di belakangnya lengkap dengan mantel, topi dan syal."Nyonya! Alhamdulillah, saya mencari Nyonya kemana-mana!" seru Hanifah kegirangan. Dipegangnya kedua tangan Saskia. Hanifah ingin memeluk tapi tidak berani."Maaf Han, aku membuat kamu bingung, ya?" ucap Saskia perlahan. "Tidak apa-apa, Nyonya. Yang penting Nyonya sudah ketemu sekarang. Ayo kita kembali," ajak Hanifah.Saskia hanya mengangguk. Sejujurnya Saskia segan kembali bertemu Alvaro. Tingkah Alvaro yang seakan memusuhinya membuatnya tak tahan untuk menangis.Saskia mengikuti langkah Hanifah menuju kamar Alvaro. Sambil menghela napas dalam, Saskia masuk dan mengucapkan salam. Mata Alvaro yang dingin menyambutnya. Saskia langsung mengkeret.Alvaro di ranjangnya dengan posisi setengah duduk. Dia nampak sibuk dengan Sega. Alvaro berkomunikasi dengan menulis. Saskia mendengar Sega berkata akan membeli sebuah papan tulis kecil untuk Alvaro."Han, coba cek keadaan Tuan Orlando. Barangkali Wiji
Baca selengkapnya
57. Doktrin Sakit Hati
Beberapa minggu kemudian ....Hari-hari Saskia dilaluinya dengan mengurus Alvaro dalam diam. Alvaro bersikap dingin kepadanya. Alvaro mau disuapi dan diurus oleh Saskia karena tak ada lagi yang bisa mengurusnya. Semua orang sudah kembali ke Indonesia dengan keperluan masing-masing. Sega harus mengurus perusahaan sedangkan Orlando mempunyai jadwal kontrol ke dokter yang tak boleh dilewatkannya. Hanya tinggal Saskia dan Hanifah yang bergantian menjaga Alvaro.Polisi belum berhasil menangkap orang yang menabrak Alvaro. Mobil penabrak ditemukan di dasar sebuah danau, sepertinya sengaja ditenggelamkan untuk menghilangkan jejak. Plat nomor kendaraan merujuk pada seorang pria tua yang sudah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Pihak keluarganya tak tahu menahu tentang mobil itu. Mereka hanya tahu kalau sang pria tua hidup sendiri di apartemen setelah istrinya meninggal lebih dulu. Pasangan suami istri itu tak memiliki anak.Saskia menyuapi Alvaro dalam diam seperti biasanya. Alvaro selal
Baca selengkapnya
58. Hamil
"Kenapa kamu masih di sini?" tanya Andry heran kepada Roswati yang masih berdiri sambil menunduk di dalam kamarnya. Andry baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk. Rambutnya basah. Tubuh tegapnya memperlihatkan otot perut kotak-kotak yang membuat Roswati selalu terbayang-bayang setiap malam. Bahkan saat bersama dengan Wiji pun, Roswati masih membayangkan Andry yang jauh lebih tampan dan gagah itu.Andry bertanya seperti itu karena biasanya Roswati pergi setelah diberi uang. Gadis muda itu tak pernah menungguinya selesai mandi."Maaf ... maaf, Tuan ... saya ... hamil," jawab Roswati lirih dengan kepala semakin menunduk. DEG!Andry bagai tersambar Petir di siang bolong mendengar ucapan Roswati."Bagaiamana bisa? Aku selalu pakai kon*om!" tukas Andry. Sejak berhubungan dengan beberapa wanita sekaligus, Andry selalu memakai pengaman. Dia tak menginginkan hubungan lebih jauh, tetapi darah mudanya tak sanggup menolak kenikmatan dunia yang ditawarkan oleh tubuh-tubuh
Baca selengkapnya
59. Perjalanan Pulang
Roswati berdiri celingukan di depan pagar sebuah rumah kayu yang tampak suram. Ada papan nama buram terpasang di dekat pintu rumah. Rumah kayu itu bercat hijau pupus yang sudah luntur.Bulu kuduk Roswati berdiri. Kakinya ingin membawanya pergi, akan tetapi otaknya menyuruhnya mengetuk pintu. Maka Roswati pun melakukannya. "Permisi ... ," ucap Roswati dengan suara kecil. Dia tak berharap ada orang di rumah. Semoga saja rumah itu kosong sehingga dia bisa segera pergi.Tak ada sahutan. Jendela berwarna gelap seperti mata hitam yang menatap kepadanya. 'Mungkin tak ada orang,' batin Roswati. Sang gadis belia hendak berbalik ketika pintu dibuka dengan suara derit yang nyaring.Seorang lelaki tua berambut putih berdiri di ambang pintu. Dia memakai baju dan celana hitam. Perawakannya kurus. Bola matanya hitam legam dan besar sehingga hampir seluruh matanya berwarna hitam, membuat Roswati mundur dua langkah saking takutnya. Lelaki tua itu memindai Roswati dari ujung rambut ke ujung kaki."Mmm
Baca selengkapnya
60. Sampai di Rumah
Sepanjang perjalanan hanya ada suara Sega yang menceritakan segala hal ringan di kantor. Sega bahkan bercerita tentang siapa saja yang baru berpasangan. Itu dilakukan Sega hanya untuk mengusir keheningan dan aura sedih di dalam mobil.Mereka pun tiba di kediaman Baroto. Mang Deden menurunkan kursi roda sedangkan Sega menggendong Alvaro ke kursi rodanya. Saskia mendorong Alvaro memasuki rumah besar dan megah itu. Seorang security dengan mata berkaca-kaca membukakan pintu utama. Security itu menundukkan kepala, tak ingin melihat nasib tuannya yang tak terduga.Isak tangis terdengar tertahan ketika Alvaro memasuki ruang tamu rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun. Beberapa pelayan berdiri menyambut kepulangan sang Tuan Muda. Pakde Gito berdiri di sebelah Orlando dan Wiji. Bude Darsi berkumpul bersama pelayan wanita. Semuanya bermata merah, berusaha tak menunjukkan kesedihan. Mereka tahu, Alvaro benci dikasihani.Saskia mengedarkan pandang sejenak. Andry tak terlihat. Entah ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status