All Chapters of Istri Tuan Muda yang Tak Sempurna : Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
BAB 31
“Bagaimana rasanya menjadi wanita cacat? Pasti menyedihkan?”Wanita cacat?Itu penghinaan yang menyakitkan, terutama ketika yang mengatakannya seseorang yang kau hormati, tapi Cahaya tidak akan menunjukkannya. Menunjukkan kalau kata-kata itu melukainya hanya akan membuatnya terlihat lemah dan Cahaya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Sebagai respon Cahaya menarik sudut mulutnya ke atas.Alex memiliki jenis tatapan hangat yang menenangkan sementara pria di depannya memiliki tatapan seperti harimau. Waspada dan mengintimidasi.“Tidak menyedihkan, Ayah, karena aku dikelilingi orang-orang baik.”David menyentuh dagunya sementara tatapannya tidak pernah beralih dari Cahaya.“Ouh ya? Setahuku disleksia membuatmu menjadi bodoh. Tidak bisa membaca, tidak bisa berhitung angka sederhana dan bahkan menentukan arah. Kurasa kau jauh lebih bodoh dari anak 7 tahun.”Sabar, sabar.Bunga tersenyum. “Tidak bodoh. Kami disleksia tetap bisa menjadi manusia normal seperti yang lainnya. Kami bekerja da
Read more
BAB 32
“Apa?” wajah Alex menunjukkan kalau pertanyaan itu benar-benar mengejutkannya. Setidaknya misi untuk mengalihkan pembicaraan berhasil meski sekarang Cahaya benar-benar penasaran setelah melihat ekspresi terkejut Alex.“Kenapa kau terkajut?”Alex menggerakkan kepalanya ke satu sisi. “Itu bukan pertanyaan yang kupikir akan kau tanyakan. Kenapa kau penasaran? Apa ini berhubungan dengan ucapan pria itu?”Pria itu? Padahal itu ayahnya.“Bukan,” kilahnya, mengutuk dirinya sendiri karena hampir saja pembicaraan yang dimaksudkan untuk meringankan suasana terancam gagal dilakukan karena ia tidak bisa menahan mulut.“Aku hanya penasaran. Kau tahu? dalam film-film yang kutonton biasanya pria kaya dengan kedudukan sepertimu selalu dikelilingi banyak wanita cantik.”“Kau cemburu?” goda Alex, matanya berkilat geli.“Apa? tentu saja tidak!” bantah Cahaya. “’Aku hanya ingin membuktikan teoriku.”“Teorimu?”“Bahwa pria kaya selalu dikelilingi banyak wanita.”Bibir Alex melengkung ke bawah. “Kurasa kau
Read more
BAB 33
Secepat sentuhan itu datang secepat itu juga menghilangnya. Alex bahkan belum benar-benar menyadari apa yang terjadi saat Cahaya membuat jarak di antara mereka. Saat ia menatap Cahaya, gadis itu terlihat luar biasa malu dan juga salah tingkah.Alex menyembunyikan senyumnya. “Kau sesenang itu ya?” Kalau tahu Cahaya begitu menyukai apa yang ia berikan seharusnya ia memberikannya lebih cepat.Cahaya mengangguk, tampak malu. “Itu impianku sejak dulu, memiliki studio sendiri.”Well, itu menjelaskan senyum bodoh dan juga tindakan yang menyertainya itu. Alex membuka mulut hendak mengatakan sesuatu. Namun, getar ponselnya menghentikan niatnya. Saat ia meraih ponsel dari saku celana nama Viona muncul di layar ponselnya.“Ya, ada apa, Viona?”“Sir, gaun untuk istri Anda sudah sampai. Saya hanya ingin menyampaikan hal itu. Seperti yang Anda instruksikan saya menyediakan beberapa gaun sebagai pilihan alternatif.”Oh, gaun untuk peresmian hotel baru mereka. Alex melirik Cahaya yang sekarang sedang
Read more
BAB 34
“Ini bukan hanya tentang uang, Jonathan, saham perusahaan bisa bermasalah jika rencana musim panas yang sudah dirancang sedemikian rupa terancam gagal.” Ayahnya yang menjabat sebagai direktur pemasaran mulai melancarkan serangannya, tapi Alex sekuat tenaga menahan emosinya. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk kehilangan kendali. Yang dibutuhkannya saat ini adalah otak dingin dan pemikiran tajam yang selalu bisa ia andalkan.Alex memandang semua orang yang duduk memenuhi setiap kursi yang ada. Wajah-wajah gelisah, waswas, takut memenuhi ruangan, membuat suasana di dalam ruangan terasa sesak mencekik. Alex melonggarkan dasinya. Ia berdiri dan menarik napas panjang.“Tidak ada yang berubah. Kita tetap pada rencana awal,” tukas Alex tenang, membuat ruangan kini dipenuhi dengan bisik-bisik seperti dengungan lebah. Alex sudah menduga hal ini akan terjadi, mengingat kebakaran yang terjadi cukup besar ia tahu kata-katanya terdengar tidak masuk akal. “Itu tidak mungkin, Alex.” Ken, selaku d
Read more
BAB 35
Tarik napas dalam-dalam kemudian keluarkan secara perlahan. Ya, lakukan terus menerus sampai kau tenang dan bisa bernapas dengan normal.Itu kata-kata yang selalu diucapkan pelatih public speaking-nya kapanpun ia mulai merasa gugup.Cahaya sudah melakukannya selama beberapa menit terakhir dan bukannya tenang tingkat kegelisahannya justru semakin meningkat tajam. Cahaya kembali melakukan teknis pernapasan diafragma seperti yang diajarkan trainernya. Setelah merasa sedikit lebih tenang Cahaya berdiri di depan cermin besar dalam kamar suite-nya.“Baiklah, ucapkan dengan perlahan dan lakukan dengan cepat,” ucap Cahaya pada bayangannya sendiri. Cahaya bisa melihat seorang wanita muda yang kelihatannya seperti ingin pingsan.Kata-kata pelatihnya kembali menari-nari di kepalanya.“Yang penting bukan kata-kata yang ingin kau ucapkan, tapi bagaimana bahasa tubuh dan suaramu saat mengucapkan kata-kata itu. Ingat, kalimat positif sekalipun bisa berubah maknanya jika diucapkan dengan nada yang sa
Read more
BAB 36
“Kau menjadi besar kepala hanya karena Alex menunjukmu mewakilinya berbicara di depan semua orang. Lagakmu seperti nyonya besar, kau tahu kau itu menjijikkan?”Inilah tepatnya yang sangat Cahaya hindari. Ia lelah harus menghadapi orang-orang yang selalu berpikiran buruk tentangnya. Cahaya mengibas rambutnya ke balik bahunya berusaha tidak terlihat terintimidasi saat membalas ucapan Elena.“Sebenarnya itu bukan urusanmu, Elena, kalau kau tidak setuju bicarakan saja dengan Alex, jangan mengeluh padaku karena kau tahu dengan jelas itu tidak ada gunanya.”“Dasar jalang! Kau pikir menikah dengannya akan membuka jalanmu untuk menguasai harta keluarga Hardin!” mata Elena melebar marah. Jari telunjuknya yang teracung mengarah tepat ke wajah Cahaya.“Kau boleh bangga karena suamimu memimpin perusahaan ini, Jalang, tapi yang harus kau ingat adalah kalau semua ini akan segera berakhir. Kau seperti biasa akan kembali kejalanan, ke tempatmu yang menyedihkan itu.”Cahaya menyapu pandangan, memastik
Read more
BAB 37
Cahaya mendongak, menatap Alex dengan mata cokelatnya yang jernih, menunggu pria itu menjawab pertanyaannya. Ia sudah penasaran dan ingin menanyakannya sejak hari pertama mereka menikah, tapi Cahaya tidak punya keberanian. Malam ini akhirnya ia bisa mengumpulkan segenap keberaniannya dan mengutarakan kegelisahannya—setelah kejadian memalukan yang tak sengaja ia lihat.Siapa yang tidak cemas jika suamimu tidak tertarik padamu? Bayangan saat ia melihat ayah mertuanya sendiri bergumul panas dengan mantan kekasih putranya sudah cukup membuat Cahaya membayangkan hal-hal aneh yang akhirnya mengusik ketenangannya.“Kenapa tiba-tiba menanyakannya?” lengkungan alis Alex yang sempun meninggi.Nah!“Hari ini…aku melihat sesuatu,” akunya, sekarang tidak berani menatap Alex.“Melihat apa?”Sekaranglah saatnya, usul dewi batinnya yang sedang siaga. Cahaya memejamkan matanya, mengumpulkan kepingan keberaniannya yang mulai berserakan. Ia mendongak, menatap alngusng ke dalam gelapnya mata hitam Alex.
Read more
BAB 38
Cahaya menarik tangannya dari atas tubuh kekar yng berbaring bersamanya di atas ranjang. Seulas senyum lebar tergambar di wajahnya yang cantik. Cahaya mengamati wajah Alex yang terlelap. Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang penuh, rahang tegas yang mempertontonkan kekuatan dan juga kekuasaan.Sampai hari ini Cahaya masih tidak mengerti bagaimana takdir akhirnya mempertemukan mereka. Dua orang asing terlibat dalam pernikahan yang direncanakan dan ternyata….kenyataannya tidak seburuk yang dibaca di novel-novel. Alex jelas bukan pria bermulut pedas dan juga angkuh (ini masih diperdebatkan sebenarnya). Alex melindunginya dan selalu bersikap baik padanya. Dan itu sudah cukup untuk saat ini.Cahaya menyingkirkan selimutnya. Alex pasti kelelahan dengan semua pekerjaannya. Tidak biasanya dia tidur sampai jam seperti ini. Cahaya masuk ke kamar mandi dan mulai membersihkan diri. Hari ini dia ingin pergi ke studio. Ia akan membuat sesuatu. Sudah lama ia tidak menggunakan kuas dan Cahaya rindu
Read more
BAB 39
Awan gelap yang menghiasi langit tampak menyembunyikan badai besar dibaliknya. Matahari tidak lagi menunjukkan sinarnya bahkan angin kencang seolah mendukung suramnya hari yang kini menyelimuti arena pemakaman.Mobil-mobil mewah berjejer menghasi area parkir. Wajah-wajah kaku dengan kacamata hitam besar yang menyembunyikan ekspresi dibaliknya mulai meninggalkan area pemakaman. Ada banyak ucapan belasungkawa tapi Cahaya yakin hanya segelintir orang yang benar-benar kehilangan.Cahaya menatap tubuh kaku Alex yang berdiri di sampingnya. Kokoh bagai patung tak bernyawa. Cahaya sudah pernah merasakan bagaimana pedihnya kehilangan orang-orang yang dicintai karena semua orang yang Cahaya sayangi telah meninggalkannya sehingga ia paham seperti apa perasaan Alex sekarang.Pria itu tidak menangis. Sama sekali tidak ada air mta, tapi Cahaya tahu dengan sangat baik kalau Alex kehilangan. Kakek Alfred adalah satu dari sedikit orang yang dikagumi sekaligus dihormati Alex. Cahaya tahu hal itu bahkan
Read more
Bab 40
Seharian ini Alex mengacuhkannya. Pria itu sibuk dengan dunianya sendiri. Begitu tiba di Mykonos, Alex sama sekali tidak membuang waktu. Dia masuk ke dalam kamar yang keberadaannya belum pernah Cahaya masuki dan sampai sekarang belum keluar.Cahaya mondar-mandir di kamarnya—atau kamar mereka lebih tepatnya. Sudah 12 jam berlalu sejak kedatangan mereka ke pulau ini yang berarti sudah selama itu Alex terjebak di sana. Sebenarnya apa yang dia lakukan di kamar itu atau yang lebih membingungkan apa yang mereka lakukan di sini?Cahaya gelisah takut terjadi sesuatu, tapi suasana hati Alex yang gelap menyurutkan keberaniannya untuk mendekati pria itu.“Ayolah, Cahaya, dia suamimu sendiri, memangnya apa yang bisa terjadi?” Cahaya bergumam sendiri saat berdiri di depan kamar tempat Alex mengurung diri.Cahaya menarik napas dalam-dalam kemudian mengetuk.“Alex….”Tidak ada jawaban selain keheningan, Cahaya kembali mengetuk sampai beberapa kali hanya untuk mendapatkan jawaban yang sama. Takut ter
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status