All Chapters of Istri Tuan Muda yang Tak Sempurna : Chapter 11 - Chapter 20
48 Chapters
BAB 11
Tidak keberatan?Mungkin ada yang bermasalah dengan otak Alex?Atau mungkin…Cahaya menelan ludah, mungkin Alex sama tidak normalnya dengan dirinya?“Kau…mau menikah denganku?” pekiknya melengking. Matanya melebar syok.Alex tampak tak terpengaruh dengan reaksi Cahaya. Dia menyampirkan jasnya di lengan kursi kemudian melipat kemejanya sampai di atas siku.“Apa yang gagal kau pahami adalah bahwa Grandpa bisa sangat meyakinkan jika dia mau. Kalau kau menolak—yang menurutku percuma, Grandpa akan menemukan cara untuk membujukmu. Ini.” Alex melempar botol jus jeruk pada Cahaya yang ditangkap wanita itu dengan gelagapan.“Tidak mungkin Kakek Alfred tetap memaksa saat aku menolak gagasan itu ‘kan? Apa tidak ada minuman yang lain?” tanyanya jengkel saat melihat jus jeruk yang diberikan Alex. Lagi.Alex menunjuk dengan wajahnya. “Lihat saja di sana.”Cahaya beringsut dari sofa kemudian mendekati mini bar yang ada di samping Alex. Saat melihat isinya Cahaya memutuskan untuk mengambil diet coke.
Read more
BAB 12
“Jadi, apa yang terjadi sebenarnya? Cahaya setuju menikah? Begitu saja?” Alfred menatap Alex dengan tatapan aku-tahu-terjadi-sesuatu dengan mata hitamnya yang tajam yang terkadang membuat Alex bertanya-tanya, apa mungkin Granpa bisa membaca dirinya?“Padahal sebelumnya dia begitu gigih ingin menolakmu.”Alex memutar matanya. “Menolakku? Itu terdengar berlebihan. Dia tidak menolakku, Grandpa. Dia hanya gadis muda, berubah pikiran biasa terjadi pada kaumnya kan?”Alfred tertawa. “Sepertinya dia berhasil membuatmu kebingungan.”“Merepotkan.”Alex tidak akan mengakui kalau sebenarnya ia juga penasaran alasan Cahaya berubah pikiran begitu cepat. Apa mungkin gadis itu sudah menyadari pengaruh kekuasaan Grandpa-nya? atau…Alex sungguh tidak ingin memikirkannya tapi kemungkinan itu berputar-putar di kepalanya. Apa ini karena ciuman waktu itu?Alex merasa amat sangat bodoh karena dengan mudahnya terkonfrontasi dengan pertanyaan kejam Cahaya. Seharusnya waktu itu ia cukup menjawab, bukannya bers
Read more
BAB 13
“Apa Grandpa serius memilih gadis itu sebagai menantu dari keluarga Hardin? Dia bukan hanya bodoh tapi dari kelas rendahan. Aku tidak percaya, Jonathan setuju menikah dengannya.” Elena berjalan mondari-mandir di ruang kerjanya.Pertemuan keluarga yang baru saja terjadi sukses membuatnya meradang. Kenapa harus gadis itu?“Dia cantik.”Komentar itu menghasilkan tatapan sengit di wajah Elena. “Dia idiot,” tukasnya kejam. “Dia hanya akan jadi bahan ejekan di keluarga ini dan aku berniat melakukannya.” Senyum sinis terukir di wajahnya yang cantik. Bibir yang dipoles dengan lipstrik sewarna darah itu melengkung membentuk senyum yang membuat wajahnya terlihat menakutkan.“Kau cemburu karena akhirnya dia berhasil mendapatkan Jonathan?”Kedua tangannya terkepal di kedua sisi. “Aku tidak mengerti. Apa sih yang dilihat Jonathan dari wanita itu? Kenapa dia mau menikahinya? Seharusnya itu…aku.” Kalimat terakhir diucapkan dengan penuh luka. Ia sudah berhasil menyingkirkan semua wanita yang ada di s
Read more
BAB 14
“Permintaan?”Cahaya mengangguk tidak kentara. “Ini tentang pernikahan.”Tangan Alex yang hendak meraih gelas berhenti di udara. “Ada apa dengan pernikahan?” Apa dia berubah pikiran? Apa dia menyesali keputusannya? Alex menyilang kakinya, meletakkan kedua tangannya di atas lutut, menunggu Cahaya melanjutkan.Cahaya menarik napas panjang, terlihat seperti orang yang sedang mengumpulkan tekad. “Setelah menikah aku tetap ingin bekerja.”“Kenapa?” tanya Alex lebih kepada heran daripada keberatan. “Tentunya kau tahu kalau aku akan menjamin semua kebutuhanmu kan? Kau tidak perlu bekerja untuk mencari uang. Apa kau sudah memeriksa rekening bank-mu hari ini?”Cahaya terlihat kebingungan. “Kenapa aku harus melakukannya?”“Karena aku sudah memasukkan sejumlah uang untuk kau gunakan. Apa jumlahnya kurang?”Pertanyaan Alex membuat Cahaya memasukkan tangan ke dalam tasnya dan mengeluarkan ponselnya. Sekali lagi Cahaya melirik Alex sebelum membuka akun bank-nya. Kerutan di kening Cahaya melebar saa
Read more
BAB 15
Elena adalah impian yang terwujud bagai para lelaki. Tubuh tinggi proporsional, wajah cantik dan memiliki kulit putih yang membuat iri. Cahaya berusaha menelan perasaan rendah diri yang perlahan menyusup dalam dadanya saat melihat Elena melenggok dengan keanggunan yang membuat Cahaya merasa seperti preman.Wanita itu jelas cantik.“Elena, ada apa? Aku tidak tahu kita punya janji hari ini?”Elena masuk dengan senyum yang bisa membuat pertahanan para pria runtuh. Dia mendekat dan memeluk Alex.“Ada yang ingin kubicarakan mengenai pembukaan hotel yang ada di Guapisima. Menurutmu kita perlu mengundang walikota? Aku yakin ini akan membuat media tertarik.”Elena duduk tanpa menoleh pada Cahaya seolah mereka tidak berada dalam ruangan yang sama.Bah!Alex melirik Cahaya sekilas.“Kurasa kita bisa membicarakannya lain waktu, saat ini aku punya urusan yang lebih penting.”Urusan yang lebih penting?Whoa.Bunga kemenangan mekar dalam tubuhnya. Cahaya menunduk, berusaha menyembunyikan senyumnya.
Read more
BAB 16
Waktu bergulir tanpa terasa. Musim panas tetap bertahan meski pergantian hari dan bulan terus berjalan. Pernikahan yang sudah ada di ujung mata kini terasa semakin nyata saat setiap majalah, media dan orang-orang mulai membicarakannya secara aktif. Lonceng pernikahan menggema memenuhi penjuru negeri.Undangan telah disebar dan jalan-jalan dipenuhi dengan hiasan yang menarik perhatian para tamu. Satu-satunya masalah adalah panik yang tiba-tiba melanda Cahaya. Gadis itu tengah berjalan mondar-mandir di salah satu kamar mewah keluarga Hardin yang disediakan untuknya.“Tarik napas dalam-dalam, setelah itu keluarkan secara perlahan. Aku selalu bilang panik tidak menyelesaikan masalah, Cahaya.”Cahaya mengabaikan nasihat sahabatnya. Ia berjalan mondar-mandir, mengigit kuku tangannya yang sudah diwarnai.“Hentikan itu!” dengan lembut Flo menarik tangan Cahaya. “Kau membuat kukumu yang cantik berantakan padahal pernikahanmu akan terjadi dalam hitungan jam.”Ucapan Flo menimbulkan riak kepanik
Read more
BAB 17
Ada yang salah. Alex mengamati wajah Cahaya yang tersenyum. Gadis itu mungkin saja tersenyum tapi Alex bisa mengatakan kalau Cahaya menyembunyikan sesuatu. Senyum itu tidak menyentuh matanya yang cokelat keemasan. Ia mengedarkan pandangan, menatap para tamu yang sedang menikmati jamuan. Ia tidak mungkin menanyakannya di sini, di tengah-tengah pesta dengan ratusan pasang mata yang mengamati.“Aku tidak tahu apa yang membuatmu jengkel, atau kalau kau tiba-tiba berubah pikiran, tapi jika tidak ingin menarik perhatian para tamu sebaiknya perbaiki sikapmu sebelum mereka menyadarinya dan wajahmu muncul di halaman depan surat kabar.” Alex tersenyum, mengangkat gelasnya saat melihat salah satu rekan kerjanya tersenyum padanya. Ia menoleh pada Cahaya yang sekarang menatapnya dengan mata berkedip.“Apa maksudmu?”Satu alis Alex terangkat. “Ada yang membuatmu jengkel dan meski aku tidak tertarik mengetahuinya kurasa kau harus tahu kalau semua orang memperhatikan kita saat ini.”Cahaya melirik p
Read more
BAB 18
Cahaya mengigit bibirnya keras-keras saat mobil yang membawa mereka berjalan melintasi jalan raya menuju tempat yang tidak ia ketahui. Cahaya sudah menahan diri untuk tidak bertanya karena merasa seharusnya ia yang marah bukan sebaliknya!Akan tetapi suasana di mobil terasa seperti di dalam pemanggang dan Cahaya tidak menyukainya.“Sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Cahaya setelah menyerah untuk tidak bicara sebelum Alex memulainya lebih dahulu, tapi ternyata pria itu menyukai kebisuan sama besarnya dengan pekerjaan.Menyebalkan!“Suatu tempat.”“Kau tidak akan lebih spesifik? Kalau kau lupa aku masih mengenakan ini.” Cahaya menunjuk gaun pengantinnya yang luar biasa merepotkan. Padahal sebelumnya Cahaya amat menyukainya, sekarang gaun putih berkilauan yang ia kenakan membuat geraknya terbatas dan ia benar-benar sudah tidak sabar agar bisa melepaskannya.Alex menatap gaunnya kemudian menatapnya. Ekspresinya tidak terbaca.“Kau kesusahan, ya.”Dan Cahaya pikir pria itu berusaha agar t
Read more
BAB 19
Saat Cahaya yakin kalau ia bisa saja mati karena kehabisan napas Alex tiba-tiba tertawa dan menjitak keningnya.“Alex!” teriak Cahaya, menggosok keningnya yang malang, menatap Alex jengkel.Alex tertawa. “Apa? Kenapa kau terlihat kecewa? Kau punya sesuatu dipikiranmu untukku?” ledek Alex.“Kurasa kau terlalu percaya diri, Mister.”“Benarkah? Kurasa aku baru saja membuatmu tersipu. Percayalah aku mengenali gejala-gejalanya.”Ouh jadi pria ini sengaja menggodanya. Dua orang bisa memainkan permainan ini. Cahaya tersenyum sangat manis saat perlahan berjalan ke arah Alex. Mata pria itu menyipit, memperingatinya, tapi Cahaya tidak peduli.“Menurutku menggoda suami sendiri bukanlah kejahatan.” Cahaya menjalankan tangannya di sepanjang lengan Alex. Sentuhannya ringan, nyaris tidak kentara tapi Cahaya berharap cukup untuk membuat pria itu gugup.“Kau pikir apa yang kau lakukan?”Cahaya tersenyum polos. “Kenapa? Aku hanya menyentuh suamiku. Tidak boleh?”Alex menangkup tangannya, menariknya ke
Read more
BAB 20
Mungkin hanya ia satu-satunya orang di dunia ini yang menghabiskan waktu bulan madunya dengan belajar. Ya, belajar, persis seperti anak sekolahan. Cahaya tidak tahu bagaimana perasaannya tentang ini. Sejak awal respon pertamanya adalah terkejut dan sekarang yang Cahaya rasakan adalah kebingungan.Kenapa Alex bersikeras ingin ia belajar? Apa Alex malu dengan keadaannya? Cahaya tidak ingin mengalami momen itu lagi. Saat orang-orang dewasa yang seharusnya mendukung justru menyudutkan dan membuatnya menjadi di kucilkan.Tapi ia tidak punya pilihan. Dan meski tidak ingin mengakuinya secara terang-terangan, Cahaya sungguh ingin bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi orang normal. Jika ini slaah satu tantangan yang harus ia tempuh, Cahaya akan menjalaninya dengan berani.Cahaya tersenyum memandang pantai Elia yang menawan dan juga menenangkan dari villa milik Alex. Hanya dengan sekali lihat Cahaya tahu kawasan disekitar pantai ini dilingkupi dengan kemewahan. Pantainya menakjubkan dengan g
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status