All Chapters of Fargo & Carol: Chapter 31 - Chapter 40
49 Chapters
Bab 31. Stop Pretending!
“Akh—” Carol meringis kala cengkraman di tangan Fargo akhirnya terlepas. Ya, kini Carol bersama dengan Fargo berada di kamar mereka. Terlihat pergelangan tangan Carol memerah akibat cengkraman kuat Fargo.“Apa kau sudah gila, Carol! Kenapa kau membiarkan Adrik mengantarmu pulang, Hah?! Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padamu dan kandunganmu?!” bentak Fargo menggelegar. Kali ini Fargo meluapkan amarahnya. Fargo tak habis pikir dengan cara berpikir Carol yang mau saja diantar pulang Adrik.Carol menatap dingin dan tajam Fargo. “Apa salahnya aku diantar oleh Adrik? Dia sudah berubah. Dia tidak lagi jahat, Fargo.”Fargo mengumpat dalam hati. “Carol, kita belum bisa memastikan! Adrik itu baru saja keluar dari rumah sakit jiwa! Bagaimana kalau tadi sampai dia melukaimu, Hah! Kenapa kau sama sekali tidak berpikir panjang!”Carol melangkah mendekat pada Fargo, dan kian memberikan tatapan dingin pada suaminya itu. “Semua orang bisa berubah. Aku percaya waktu telah mengajarkan Adrik banya
Read more
Bab 32. The Real DNA Test Results
Fargo melebarkan matanya menatap Damian yang berdiri di ambang pintu. Raut wajah Fargo nampak jelas terlihat di kala Damian datang. Pun Carol yang ada di depan Fargo, dikejutkan dengan kedatangan Damian. Ya, baik Fargo atau Carol sama-sama tak mengira kalau Damian tiba. Terlebih perkataan Damian telah terngiang-ngiang di benak Fargo dan Carol.Debora bergeming di tempatnya, tak sama sekali bergerak. Sepasang iris mata Debora menatap lekat Damian. Tatapan yang seakan memiliki makna khusus. Debora tenang seolah tak terjadi apa pun. Kata-kata Damian yang menyudutkannya, memang telah berhasil membuat kecemasan dalam diri Debora, namun Debora berusaha untuk mengendalikan diri agar tak panik.“Paman, apa maksud ucapanmu?” Fargo menatap lekat dan tegas Damian yang ada di hadapannya, tatapan tersirat menuntut Damian menjelaskan padanya.Damian mendekat pada Fargo menatap seksama Fargo. “Kenapa kau mudah percaya pada sesuatu, Fargo? Sekalipun hasil test DNA membuktikan Andrew Tansy adalah anak
Read more
Bab 33. A Plan
Ketegangan menyelimuti sebuah ruang kerja megah. Tampak sepasang iris mata Fargo berkilat tajam, menatap Debora yang begitu pucat. Raut wajah Fargo menunjukan jelas rasa marah tertahan. Rahang Fargo mengetat penuh emosi.“Apa maksud semua ini, Debora?” Fargo kian mendekat pada Debora. Sorot pandangnya begitu penuh tuntutan.Raut wajah Debora memucat terkejut, namun Debora berusaha untuk tenang. Manik mata Debora memancarkan jelas kepedihan yang dalam. Harusnya Fargo bisa melihat kepedihan dan luka di mata Debora, tapi sayang kemarahan Fargo membuat pria itu tak bisa melihat bahwa mata Debora memancarkan kepedihan mendalam.“Asistenmu berbohong! Dia tidak tahu apa pun!” bentak Debora dengan air mata yang mulai berlinang deras.“Kau pikir kali ini aku akan percaya padamu, Hah?!” geram Fargo menunjukan kelas kemarahannya.Debora menatap lirih pada Fargo. “Aku tidak berbohong! Asistenmu ataupun Pamanmu tidak tahu apa pun!” isaknya sesegukan.Emosi Fargo semakin tersulut. Pria itu menangku
Read more
Bab 34. An Incident
Carol membelai lembut pipi Arabella lembut. Segala penat di kepala Carol selalu terobati setiap kali melihat Arabella. Benak Carol memang terus terngiang pada kejadian tadi. Kejadian di mana perdebatan antara Fargo dan Debora.Hati Carol seakan mati. Sekalipun Andrew bukan anak Fargo, tetap tak akan mengubah apa pun. Rasa sakit yang diberikan Fargo teramat dalam. Meninggalkan suatu bekas, yang bahkan tak bisa hilang.“Mommy, apa Daddy sudah tidak menyayangiku lagi?” tanya Arabella pelan. Gadis kecil itu menekuk wajahnya, begitu muram, membendung kesedihan.Carol terdiam mendengar pertanyaan Arabella. Sejak kejadian Fargo lebih memilih Andrew, itu membuat Arabella selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Carol selalu berusaha kuat di depan Arabella, namun tak menampik sekuat apa pun Carol, tetap saja dia lemah. Berjuang kuat dari terpaan masalah yang menghantam, tidaklah mudah. “Daddy selalu menyayangimu, Little Girl. Selamanya, tidak akan pernah berubah.” Fargo masuk ke dalam kamar Ar
Read more
Bab 35. The Real facts
Fargo berdecak kesal di kala tak bisa menghubungi Carol. Sudah berkali-kali dia mencoba menghubungi sang istri, tapi tak kunjung ada jawaban. Pun pesan yang Fargo kirimkan juga belum dibaca oleh Carol.“Ke mana kau, Carol,” geram Fargo penuh emosi. Umpatan tak henti lolos di bibir pria itu. Ya, sejak tadi hati Fargo merasa tak tenang. Bahkan dia sampai menunda meeting, akibat hatinya tak tenang. Padahal Carol hanya pergi dengan Kimberly.Fargo mengembuskan napas kasar seraya memejamkan mata singkat. Detik selanjutnya, sesuatu hal masuk ke dalam benak Fargo. Sesuatu di mana mengingatkannya untuk menghubungi Kimberly. Fargo yakin pasti sekarang Carol sudah bersama dengan Kimberly.Fargo segera mencari nomor Kimberly di dalam list kontak, dan menghubungi istri dari Pamannya tersebut.“Hallo, Fargo?” jawab Kimberly lebih dulu di kala panggilan terhubung. “Kim, kau bersama dengan Carol, Kan?” ujar Fargo cemas.“Fargo, aku sudah satu jam menunggu Carol, tapi dia belum juga muncul. Aku meng
Read more
Bab 36. The Sacrifice
Fargo menyugar rambutnya dengan wajah yang begitu frustrasi. Sudah sepuluh menit Fargo menunggu, tapi Gene dan Freddy belum juga muncul. Pikiran Fargo benar-benar memikirkan keadaan Carol. Kondisi istrinya yang tengah hamil muda, membuat Fargo takut terjadi sesuatu hal buruk menimpa istrinya.“Shit! Kenapa Gene dan Freddy lama sekali!” seru Fargo dengan menahan rasa kesal dalam dirinya. Fargo tak bisa menahan rasa khawatir di dalam dirinya. Fargo ingin segera menemukan keberadaan Carol.“Fargo, tenangkan dirimu.” Damian berusaha menenangkan Fargo. Fargo memejamkan mata singkat. “Bagaimana aku bisa menenangkan diriku, Paman? Istriku hilang. Dia sekarang tengah hamil.”Damian mengangguk mengerti akan apa yang dirasakan oleh Fargo. “Aku mengerti akan rasa cemasmu pada istrimu, tapi kau tidak akan pernah bisa berpikir jernih kalau pikiranmu bercampur dengan kekhawatiran berlebihan. Tenangkan dirimu. Yakinlah bahwa Carol baik-baik saja.” Fargo mengatur napasnya, meredamkan segala rasa k
Read more
Bab 37. Who are You?
Carol menjerit dan menangis melihat Adrik jatuh bersamaan dengan Debora. Tubuh Carol bergetar ketakutan. Fargo segera membenamkan kepala Carol ke dada bidangnya, tak membiarkan Carol melihat ke bawah. Fargo mengecupi puncak kepala Carol, membawa sang istri jauh dari tepi gedung.Damian berhasil melumpuhkan anak buah Debora dengan mudah. Pria itu segera mendekat ke arah tepi gedung di kala Fargo membawa Carol menjauh dari tepi gedung. Seketika tatapan Damian menatap penuh arti Adrik dan Debora yang berlinang darah di bawah sana.Damian menatap Fargo yang tengah menenangkan Carol. Ya, Carol memang tidak henti menangis. Tentu Damian mengerti, apa yang telah terjadi pada Carol, pasti meninggalkan trauma yang berat untuk Carol.Gene dan Freddy naik ke atas gedung, menghampiri Fargo dan Damian. Sebelumnya, Gene dan Freddy membereskan anak buah Debora yang ada di lantai bawah. Itu kenapa Gene dan Freddy tidak langsung naik ke atas. Fargo mengalihkan pandangannya pada Gene dengan sorot mata
Read more
Bab 38. The Miracle
Dua hari setelah kejadian penculikan, Carol menjaga Adrik bersama dengan Kimberly. Carol belum sama sekali memberi tahu ibu Adrik tentang keadaan Adrik yang kini berada di rumah sakit. Ya, Carol tidak mau membuat ibu Adrik menjadi panik. Itu kenapa Carol menunggu sampai Adrik siuman.“Carol, aku keluar sebentar, ya? Aku ingin menelepon pengasuh anak-anakku,” ucap Kimberly pelan seraya menatap Carol.Carol mengangguk. “Kim, kalau kau mau pulang tidak apa-apa. Anak-anakmu pasti membutuhkanmu.” Kimberly mengusap lengan Carol. “Kau tenang saja, Carol. Aku sudah meminta pengasuh menjaga dengan baik anak-anakku. Aku hanya ingin menelepon anak-anakku untuk memastikan keadaan mereka.”Carol tersenyum merespon ucapan Kimberly. Detik selanjutnya, Kimberly melangkah meninggalkan ruang rawat Adrik. Carol memang selalu ditemani oleh Kimberly. Fargo juga kerap datang, namun belakangan ini Fargo harus mengurus berita di media. Kekacauan yang terjadi telah tercium oleh media. Fargo tak hanya sendiri
Read more
Bab 39. Separation is the Best Way
Carol menatap sebuah kertas yang baru saja diantar oleh sang asisten. Sebuah kertas yang harus Fargo tanda tangani. Kertas itu adalah surat permintaan untuk berpisah. Ya, setelah apa yang telah terjadi, Carol tetap tak menghentikan proses perceraiannya dengan Fargo. Satu minggu telah berlalu. Carol sudah mendengar kabar kini Debora telah siuman. Hanya saja, Carol sudah tak lagi bertemu dengan Debora. Andrew lebih banyak diurus oleh Delano dan pengasuhnya. Sesekali, Carol mengirimkan mainan untuk Andrew agar Andrew tak merasa kesepian.Kabar masalah rumah tangganya, telah terdengar di telinga keluarga besarnya dan keluarga besar Fargo. Puncaknya kemarin, Fargo dihajar habis oleh ayahnya serta ayah sang suami. Tentu Fargo sama sekali tak melakukan perlawanan, karena memang apa yang telah Fargo lakukan salah. Para keluarga, sudah mendengar tentang Carol yang ingin bercerai dengan Fargo, tapi mereka semua meminta Carol untuk berpikir jernih sebelum bertindak. Karena bagaimanapun kondisi
Read more
Bab 40. Desperate
Carol berdiri di balkon kamar, menatap langit malam yang nampak mendung. Tak ada bulan dan bintang sebagai penghias langit. Yang ada hanyalah awan gelap seolah memendung air yang sebentar lagi tumpah ke bumi. Langit seakan menggambarkan kondisi hati dan pikiran Carol saat ini. Kondisi yang mana telah benar-benar kacau layaknya piring pecah tak lagi bisa utuh seperti sedia kala.Mata Carol menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang jauh. Kemuraman melingkupi wanita itu. Sekeras apa pun, Carol untuk tegar, tapi tetap saja hatinya hancur dan rapuh. Carol bahkan sengaja meminta ibunya menjaga baik Arabella. Karena dia tak ingin Arabella melihatnya sedih. Carol tidak akan pernah menjadikan anak-anaknya sebagai alasan agar hubungannya dengam Fargo bertahan. Air mata Carol menetes jatuh membasahi pipinya, namun buru-buru Carol menyeka air matanya. Wanita itu tak mau tenggelam dalam kesesakan yang menyiksa dirinya. Sekeras apa pun, Carol berjuang tetap tidak akan mengubah apa ya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status