Semua Bab Gadis Pengantar Makanan Vs Mafia Kejam: Bab 111 - Bab 120
169 Bab
110. Di mana Deon?
 “Aahhh, Kalian datang bersama – sama , itu sesuatu hal yang baik. Saya bisa mencium bahwa dintara kalian ada sesuatu hubungan yang special sepertinya. Apakah ada yang boleh menceritakannya kepada Saya?” tanya PICSarah tersipu malu,”Saya permisi dulu mengecek persiapan acara. Luca akan menemani Anda,” ucap Sarah kemudian meninggalkan mereka menuju ke bagian inti dimana anggota team sedang bekerja mempersiapkan acara.Pengasuh Deon menemani Deon berkeliling melihat pakaian – pakaian dan asesoris yang akan dipakai oleh para model.“Jangan cepat – cepat Nak, Nenek sudah tua, kecapekan lho,” teriak Pengasuh Deon.Deon berhenti kemudian berbalik menggandeng tangan neneknya baru berjalan dengan lambat menuju ruangan para model.Sementara Luca terlibat percakapan serius dengan PIC. Luca menceritakan beberapa hal bahwa pada kenyataannya Sarah adalah istrinya. Dan Deon adalah anaknya.Awalny
Baca selengkapnya
111. Melamar Sarah
”Sepertinya membahas bisnis, dari matanya juga tidak nampak genit,” ucap Pengasuh Sarah sambil memegang dagunya sendiri.“Aku terlalu banyak berpikir,” gumamnya sesaat kemudian melirik ke arah Sarah yang masih sibuk memberikan arahan untuk setiap model yang akan keluar catwalk.Sesaat baru tersadar, “Eh.., dimana Deon?” dengan gelisah Pengasuh Sarah berkeliling mencari Deon.“Apakah Kamu melihat Deon?” tanyanya kepada beberapa model yang sedang beristirahat dan memperbaiki riasannya. Namun mereka hanya menggelengkan kepalanyaAkhirnya Pengasuh Sarah memutuskan keluar dari ruang ganti para model.“Deon …, Deon… , dimana kamu Deon…,” teriak Pengasuh Sarah setengah berlari kecil kea rah toilet.Sementara di tempat parkir, Deon yang sudah pingsan dikeluarkan dari koper dan diletakkan di belakang tempat duduk. Mobil sudah bergerak keluar dari gedung tempat acara Fash
Baca selengkapnya
112. Ada yang tidak beres
 “Terima kasih,” ucap Luca kemudian kembali mencium bibir Sarah dengan lembut dan penuh dengan kasih sayang.Para tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah, moment langka seperti ini jarang terjadi. Kisah cinta yang sungguh mengharukan.Acara tersebut mendapatkan top trending dan viral di beberapa media social saat itu juga.Di rumah Kakek, Kakek hanya tersenyum dengan sinis. Menyaksikan acara yang sedang berlangsung dan beberapa pernyataan yang menjengkelkan hatinya.Dengan kesal ia menghubungi bawahannya.“Apakah kamu berhasil menangkapnya?”“Ya Pak, Kami sudah hampir sampai di bandara. Akan segera melakukan penerbangan dalam waktu singkat.”“Baik, lakukan sesuai dengan rencana. Jangan ada yang salah. Apakah ada dokter anak yang ikut?”“Sudah Pak, semua sudah disediakan Lili.”Lili adalah wanita yang ikut serta dalam komplotan yang menculik Deon.
Baca selengkapnya
113. Panik
 “Permisi sebentar ya sayang. Lanjutkan saja dulu makan malamnya, Luca mengurus sesuatu dulu,” ucap Luca sambil mencium kening Sarah.Luca bergerak ke arah pengawal tadi kemudian mereka bersama – sama berjalan keluar dari ruangan pesta.“Katakan,” ucap Luca setelah agak jauh dari pintu ruangan pesta.“Kami…,Kami tidak dapat menemukan mereka. Lucy, pengawal wanita yang kami utus sudah memeriksa ke dalam ruang ganti para model. Mereka terakhir diketahui bergerak ke kamar mandi namun tidak pernah ada jejak keluar.”“Ke ruang cctv sekarang,” teriak Luca dengan nada gusar.“Oh ya, tempatkan dua… eh tidak,… lima orang pengawal di sisi Sarah sekarang juga.”“Baik,” sahut pengawal sambil menghubungi seseorang untuk menambah pasukan pengawal.Mereka berlari kecil menuju ruangan cctv.Luca melihat cctv dengan teliti. “Terakhir te
Baca selengkapnya
114. Pengasuh Deon ditemukan dalam lemari.
“Si tua itu sudah seharusnya pensiun. Mengapa masih juga tidak mau sadar.” Kembali Bram merasa kesal.“Apakah kamu bisa menyusupkan mata – mata lagi ke Kakek?” tanya Luca.“Tidak, Kakek penuh dengan bawahan yang seumuran dengan dia dan setia. Pengawal di sekeliling dia juga adalah anak atau keturunan pengawal yang setia. Mata – mata terakhir dari kita sudah menjadi makanan buaya.”“Hmm..., bagaimanapun kita harus mengetahui keberadaan Deon.”“Deon? Nama anakmu-kah itu?“Ya.”“Kirimkan foto dan datanya, akan kuturunkan instruksi di New  York. Disini mencari seseorang masih ada dalam kendali kita.”“Sebenarnya ada yang harus kusampaikan. Ada sedikit masalah di sini.”“Katakanlah.”“Melya hamil anak Wisnu, tapi berhubung mereka belum mengetahui tentang Wisnu adalah gadungan, maka mereka semua berbahag
Baca selengkapnya
115. Jaga mulutmu!
“Kalian pulanglah ke New  York dahulu. Wisnu, selesaikan masalah Melya. Sudah saatnya mereka tahu kamu adalah gadungan.”“Tapi ...” jawab Bram tapi dipotong pembicaraannya oleh Luca.“Tidak ada tapi lagi, seharusnya kamu masih bisa bekerja. Sayang sekali kamu tidak berkuasa menjaga juniormu. Tidak ada gunanya kamu memerankanku lagi. Selesaikanlah dengan baik!”“Dan Bram ...”“Ya?” sahut Bram.“Jelaskanlah ke Kakek semuanya dan bila ia ingin bernegosiasi, maka saya akan kembali.”“Maaf tapi saya merasa tindakanmu tidak tepat Luca.”“Maksudmu?”“Bagaimana bila Kakek memang belum tahu mengenai keberadaan Wisnu?”“Terus?”“Bukankah Wisnu masih tetap bisa berada di sampingnya untuk mendapat informasi mengenai keberadaan Deon?”“Wisnu akan menjadi hasil negosiasi. Kakek se
Baca selengkapnya
116. Ke Rumah Sakit!
“Perbaiki hidung jelekmu,” jawab Bram dengan ketus.“Sungguh saya sangat membencimu, kamu adalah versi Luca yang sangat menyebalkan,” ucap Bram setelah mereka berada di dalam mobil menuju rumah sakit.“Kamu yang merasa kalah karena Melya mengandung anakku sekarang,” sela Wisnu tidak mau kalah.Bram kembali memukul Wisnu dengan sikutnya.“Aduhhh!” seru Wisnu yang kemudian membalas mencekik Bram.Pak Supir hanya menggelengkan kepalanya melihat perkelahian kedua pria besar itu di dalam mobil yang sempit.“Kamu kalah perkasa. Akuilah, kamu cemburu karena dia mencintaiku sekarang.”“Yang dicintainya itu Luca. Kamu hanya seseorang yang bermuka sama.”“Tapi Melya mencintai semua sisi tubuhku, dan dia selalu menjadi nakhoda saat pada saat kami bersatu.”Perkataan Wisnu kembali memancing amarah Bram sehingga ia memukul wajah Wisnu sekali lagi.
Baca selengkapnya
117. Mama, tolong Deon!
“Ya, tapi dia melecehkan Melya.”“Dia hanya menceritakan kenyataan. Melya memang pernah menggodaku juga. Tapi karena aku hanya menyukai bau dan aroma Sarah maka aku tidak pernah menyentuhnya.“Dia memang lebih berani,” lanjut Luca.Bram terdiam berusaha mengingat Melya yang memang sering meminta duluan untuk berhubungan.“Kamu masih disana?” tanya Luca karena Bram terdiam cukup lama.“Ya, Apa yang harus kulakukan?” giliran Bram yang bingung.“Sesuai dengan kemauan Kakek saja. Bawa Wisnu pulang ke New  York. Pastikan dia mencari informasi tentang keberadaan Deon juga setelah dia bisa mengambil hati Kakek sesuai dengan apa yang kita bahas.”“Baiklah.”Mereka memutuskan hubungan percakapannya.“Pasien harus menginap dua hari karena pemulihannya,” ucap seorang perawat.Bram menganggukkan kepalanya.“Lakukanlah y
Baca selengkapnya
118. Bunga teratai
“Saya tidak tahu, Mama, sepertinya sebuah pulau. Deon melihat laut.”Luca buru – buru mengambil alih ponsel Sarah dan menekan tombol speaker sehingga suara dapat didengar dengan jelas, ia juga merekam supaya lebih jelas.“Katakan kepada Papa, apa yang kelihatan di depan jendela,” ujar Luca.“Ada pantai dan laut…, ada pepohonan. Dan ada sebuah kapal kecil,” jawab Deon.Selain itu ada apa lagi? Sesuatu tulisan atau apapun.”“Tidak ada apa – apa. Ohya, Papa... Deon melihat logo teratai di kapal.”“Teratai?”“Ya..., Aduh,…” Suara Deon terdengar terkejut dan terdengar suara seperti barang jatuh.“Deon…,Deon…?”Hubungan telepon sudah dimatikan. Deon dipukul di tengkuknya sehingga ia tidak sadar.“Gawat,” seru Lily, pengasuh yang diutus oleh Kakek untuk menjaga Deon kemudian menghu
Baca selengkapnya
119. Rahasia Wisnu
Dengan kesal Bram menutup handphonenya. Berpikir sejenak.“Robert, Kamu pergi sendiri saja. Laporkan semua yang kamu dapatkan. Anak itu harus ditemukan. Buru mereka yang menculiknya. Yakinlah Saya akan membayarmu lebih dari yang kamu pernah dapatkan,” ujar Bram kemudian melangkah pergi kembali ke mobil untuk diarahkan ke Rumah sakit..Robert terbengong sendiri karena harus naik pesawat pribadi sendirian saat itu.“Astaga, mendadak Sultan,” guman Robert sesaat setelah masuk ke dalam pesawat yang mewah. Tapi Robert sadar akan hal besar yang ditugaskan kepadanya.Robert pun menghubungi semua orang yang dia kenal untuk mencegah kapal berlogo teratai melarikan diri.Sementara Bram menghubungi Luca dan menceritakan segalanya.“Kita bersama semua bergerak ke Thailand saat ini juga,” ucap Luca.“Bagaimana dengan Wisnu?”“Tarik saja. Hanya hidungnya yang terluka, bukan masalah besar.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status