All Chapters of Terbelenggu Cinta CEO Kaya: Chapter 41 - Chapter 50
108 Chapters
BAB 41 Tak Mampu Melawan
Keesokan paginya, Varisha duduk dengan sikap yang canggung di depan Arshaka, yang duduk di seberang meja dengan pandangan penuh perhatian. Arshaka tersenyum dengan bangga saat Varisha dengan canggung menghabiskan telur omelet yang baru saja ia buatkan. Setelahnya, pria itu menyiapkan segelas jus segar untuk Varisha.Varisha hanya diam, menerima perlakuan Arshaka tanpa banyak bicara. Ia merasa masih asing dengan semua perhatian pria itu, namun, dalam hatinya, Varisha sudah membuat keputusan. Ia akan mengikuti permainan Arshaka, setidaknya sampai ia menemukan peluang untuk melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.Arshaka melanjutkan untuk menunjukkan perhatiannya dengan menyodorkan segelas jus di hadapan Varisha. "Minumlah, itu akan membantumu merasa lebih baik," katanya.Varisha meraih gelas dengan gemetar, menundukkan pandangannya ke dalam cairan berwarna cerah di depannya. Dia meminum jus itu dengan ragu, mencoba mengabaikan rasa manisnya yang menyelinap ke kerongkongannya, sement
Read more
BAB 42 Satu Ciuman
Arshaka yang baru saja selesai mandi menemukan Varisha sibuk di dapur, menggantung gaun hijau gelap yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Dalam sekejap, Varisha tampak seperti seorang koki yang piawai, memasak dengan percaya diri dan penuh semangat. Aroma makanan yang sedang dimasak memenuhi ruangan, menambah kehangatan di dalam apartemen itu.Kesibukan Varisha terputus saat langkah-langkah berat terdengar di belakangnya. Arshaka, dengan tatapan dinginnya yang melekat padanya, mendekati Varisha dengan langkah mantap. Ketika Arshaka berada di dekatnya, dia dengan tegas menghentikan Varisha, matanya memancarkan ketegasan dan otoritas.“Apa kamu tidak mendengar perintah saya? tanya Arshaka dengan nada tegas.Varisha menatap Arshaka dengan tenang, matanya mencoba membaca ekspresi dingin di wajah pria itu. "Kamu terlalu berlebihan," ujarnya dengan suara yang tenang namun tegas. "Saya tidak selemah itu kalau hanya untuk memasak. Lagipula saya bosan tidak melakukan apa pun beberapa hari ini."
Read more
BAB 43 Pendekatan Emosional
Hari berlalu, dan mereka terus menjalani rutinitas mereka bersama. Meskipun Arshaka masih sering bepergian untuk pekerjaannya, ia selalu menghabiskan waktu dengan Varisha saat ia ada di apartemen. Mereka bahkan mulai pergi bersama ke berbagai tempat di London, menjelajahi museum dan restoran-restoran eksklusif di kota itu. Arshaka berusaha sebaik mungkin untuk menjadikan pengalaman tersebut sebagai peluang untuk lebih dekat dengan Varisha.Namun, tak bisa dipungkiri bahwa ada momen-momen ketegangan antara mereka. Terkadang, Varisha masih merasa tidak nyaman dengan pendekatan fisik Arshaka, terutama ketika pria itu mencoba untuk mendekatinya. Perasaannya begitu rumit, dan ia terus berjuang untuk memahaminya.Hari itu, Malam telah turun di atas kota London, dan suasana damai membungkus kota megah itu dengan gemerlap cahaya dari jendela-jendela tinggi pencakar langit, memantulkan cahaya kunang-kunang kota yang terhampar luas di bawahnya. Di antara keramaian dan gemuruh kota besar, Arshak
Read more
BAB 44 Menumpahkan Kekesalan
Baru kali ini, Varisha merasa seolah seluruh energinya telah terkuras habis. Setelah momen kehangatan dan gairah yang memenuhi kamar, ia merasakan kelelahan yang menyelubungi setiap serat ototnya. Tubuhnya serasa menjadi lumpur hangat yang begitu sulit untuk digerakkan, dan matanya seakan-akan tertutup rapat oleh kelambu kenangan-kenangan yang baru saja berlalu."Varisha," bisik Arshaka dengan lembut, sementara tangannya masih melingkar di sekitar tubuh wanita itu. Namun, Varisha tak bisa membalasnya. Matanya terasa berat, dan kepalanya terasa kosong.Kenangan tentang gaun yang merosot dari tubuhnya seperti daun yang gugur dari dahan. Ciuman-ciuman yang tak henti-hentinya dari Arshaka, membawanya ke puncak kenikmatan yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun, kenikmatan itu juga membawanya ke titik lelah yang tak terelakkan. Seketika, Varisha merasakan sensasi penuh yang mencapai setiap ujung sarafnya, dan ia tak mampu lagi menahan diri.Dalam kelelahan itu, Varisha bisa merasakan Arsha
Read more
BAB 45 Gelombang Gairah
Arshaka menutup telepon dengan ekspresi masam, meletakkan ponselnya di meja dengan gerakan tegas. Wajahnya terlihat tegang, dan ia merasa beban berat di pundaknya. Cakra kembali mendesaknya untuk segera pulang ke Indonesia secepatnya. Semua rencana dan masa depannya kini seolah-olah berada di bawah bayang-bayang perintah keras ayahnya.Dalam hatinya, Arshaka merasa begitu resah dan tidak siap. Bagaimana ia bisa membatalkan rencana pernikahannya dengan Adelia, membawa Varisha kembali sebagai istrinya, dan menghadapi Cakra yang pasti tidak akan menerima keputusannya. Semua pikiran ini berputar dalam kepalanya, meninggalkan rasa bingung yang sangat besar.Arshaka terduduk di kursi kulitnya, merenung tentang apa yang harus dilakukannya. Ancaman Cakra yang ingin menceraikan ibunya kembali mengusik pikirannya. Arshaka sudah sangat mengenal Cakra, ayahnya itu selalu menepati apa yang sudah ia katakan. Seandainya saja ibunya tidak begitu mencintai Cakra, mungkin dia tidak akan terlalu ambil
Read more
BAB 46 Konsekuensi dan Tanggung Jawab
Langit Jakarta terasa berat di atas gedung-gedung pencakar langit yang menjulang. Arshaka memasuki ruangan kantor Cakra dengan langkah mantap. Sementara Cakra duduk di balik meja besarnya, melihat putranya masuk. Tatapannya tajam, seolah-olah mencoba memahami rencana apa yang sedang terlintas di pikiran Arshaka.“Saya tidak akan melanjutkan rencana pernikahan itu. Saya mencintai wanita lain," ucap Arshaka dengan nada yang tak tergoyahkan dan tanpa basa-basi.Sejenak, suasana hening memenuhi ruangan. Cakra menatap putranya tanpa sepatah kata. Detik itu seolah berjalan sangat lambat, dan kemudian Cakra akhirnya membuka mulutnya. "Siapa wanita itu?"Arshaka tersenyum, bukan senyuman penuh keceriaan, melainkan senyuman yang mengandung kepastian dan keputusan. "Saya akan segera memperkenalkannya. Tapi sebelum itu, saya ingin membuat semuanya jelas. Kali ini, Papa tidak akan bisa memisahkan saya dari wanita yang saya cintai."Cakra tetap tenang, mata tajamnya tetap menatap Arshaka. "Apa ka
Read more
BAB 47 Terimalah Kenyataan
Ruangan mewah itu dihiasi dengan cahaya lembut dan aroma harum dari lilin yang menyala. Ornamen-ornamen seni menjadikan suasana semakin elegan. Tertata rapi di sekeliling meja makan besar yang sudah disiapkan untuk acara keluarga Diaksara dan keluarga Hirawan.Semua anggota keluarga, yang sebelumnya hanya bersama dalam berbagai pertemuan formal, kini berkumpul dalam acara makan malam yang diadakan oleh Cakra. Wajah-wajah yang akrab namun jauh dari kebersamaan tampak tersenyum, menunjukkan kehangatan di antara kerabat yang sudah lama tidak bersua. Selain makan malam bersama, acara malam itu juga berlangsung untuk merayakan ulang tahun Cakra ke 60 tahun. Acara akan dimulai, dan semuanya telah duduk di tempat masing-masing. Namun, Anindya, menghentikan semua kegiatan dan tersenyum dengan penuh misteri. "Maafkan saya, namun ada satu anggota keluarga lagi yang seharusnya ikut hadir malam ini. Seorang yang mungkin sudah sangat dinantikan."Semua orang memandang satu sama lain, bingung deng
Read more
BAB 48 Siksaan dan Keinginan
Arshaka menarik tubuh Varisha mendekat, dan suara langkah-langkah yang lirih memenuhi ruangan saat mereka berdua semakin tenggelam dalam ketegangan yang memayungi mereka. Setiap langkah kecil, getaran yang menusuk antara keduanya, menyulut bara gairah yang terus berkobar."Sudah terlambat, Varisha. Kita sudah lebih dulu menikah daripada kenyataan sialan yang kamu sebutkan itu," bisik Arshaka dengan suara yang penuh nafsu. Ia menahan wajah Varisha di antara kedua tangannya, matanya tetap terkunci pada sosok wanita di depannya.Varisha mencoba menahan detak jantungnya yang terus berdetak kencang. "Tidak, kita tidak bisa..."Sebelum Varisha bisa menyelesaikan kalimatnya, bibir Arshaka menyatu dengan bibirnya. Semua kata-kata yang hendak diucapkannya lenyap, terhisap oleh gairah yang tiba-tiba memenuhi setiap senti dari dirinya. Varisha merasa kehilangan kendali, terperangkap dalam sentuhan yang merayapi tubuhnya seperti api yang melibas kering.Lengan Arshaka memeluknya dengan erat, mema
Read more
BAB 49 Serangan Tak Terduga
Arini berdiri di ambang pintu, menyaksikan adegan yang tak patut dilihat oleh mata seseorang yang di dalamnya terangkum begitu banyak kebencian. Ruangan itu seketika terasa terlalu sempit, napas Varisha dan Arshaka terengah-engah terdengar jelas, menciptakan ketegangan yang tak tertahankan. Matanya membesar saat menyaksikan dua sosok yang seharusnya tak pernah bersatu.Varisha, masih terkejut dan terengah-engah, menatap Arini dengan mata yang dipenuhi rasa malu dan rasa bersalah. Sebelum ia bisa berkata apa pun, Arini melancarkan tamparan yang keras ke pipi Varisha, suara benturan tangan dengan pipi itu menggema di seluruh ruangan. Varisha merasakan sakit yang menusuk, bukan hanya dari tamparan fisik, tetapi juga dari penghinaan yang tajam."Kamu benar-benar tidak tahu diri, ya?" bentak Arini, suaranya terpenuhi kemarahan dan kejijikan. "Apa kamu pikir kamu bisa menghancurkan keluarga kami begitu saja?"Mata Arini memancarkan kemarahan, dan tangannya yang baru saja melepaskan tamparan
Read more
BAB 50 Cinta dan Obsesi
“Puas kamu telah menghancurkan semuanya?” tanya Cakra setelah semua tamu undangan meninggalkan ruangan.“Puas kamu telah mempermalukan Papa?” tuntut Cakra sambil melayangkan tamparannya ke wajah Arshaka, menambah sederetan luka yang telah diperolehnya. Bukannya menunjukkan raut penyesalan, Arshaka malah menatap ayahnya dengan senyum penuh kemenangan. “Inilah akhirnya, Pa. Jangan salahkan saya karena sudah memperingatkan Papa.”“Sadarkah kamu, Arshaka? Saat ini kamu sedang menghancurkan hidupmu.” Cakra berkata dengan tajam sambil menarik kerah kemeja Arshaka dan menghempaskannya dengan kasar hingga pria itu terhuyung ke belakang.“Kalau dengan kehancuran ini saya bisa mengalahkan Papa. Saya tidak akan menyesal, Pa.” Arshaka menatap Cakra dengan tatapan menantang, membuat kobaran amaran di mata Cakra semakin membara. “Hentikan, Arshaka!” seru Anindya dengan berlinang air mata dan juga tatapan penuh kekecewaan. “Hormati Papamu dan minta maaflah,” lanjut Anindya dengan lirih.“Untuk ap
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status