All Chapters of Pesona Istri Desa sang Bupati: Chapter 111 - Chapter 120
135 Chapters
Bab 111
Anggoro masih mengamati Sera. Hati wanita itu malah berdetak kencang. "Aku masih ingin bermain dengan budakku. Aku masih ingin memperoleh hiburan di sini. Siapa lagi jika tidak dirimu?" ucapnya kemudian melepaskan Sera. Lalu dia menunjuk ranjang. "Cepat kau tidur saja di situ dan biarkan aku bekerja untuk memikirkan semua masalah yang sudah kau sebabkan."Anggoro mendekati ponselnya. Dia membuka layanan berita dan tentu saja berisi semua berita tentangnya. Semua warga masih saja berdemo di beberapa jalanan, menginginkan dia untuk turun dari jabatan itu dan yang lebih mengejutkan, semua warga besok akan menuju kediamannya dan meminta dia mengundurkan diri dengan terhormat. Anggoro mematikan ponsel itu dengan emosi. Dia kemudian mengacak-ngacak rambut dia sendiri. Menutup ponsel dan melemparkan di atas meja. Lalu dia memejamkan kedua matanya dan terus berpikir.Sera merasa khawatir. Dia perlahan melangkah mendekati meja kerja Anggoro. Namun, langkahnya terhenti ketika kepala Anggoro tib
Read more
Bab 112
Satria masih saja mengamati neneknya. Ternyata sebuah kenyataan dia ketahui sekarang. Dan itu sesuatu yang sama sekali tidak pernah dia duga."Katakan kepadaku apa yang tidak aku ketahui, Nenek!" ucapnya dengan berteriak. "Cepat bawa dia pergi ke kamarnya. Dia tidak boleh keluar sampai aku yang memutuskan."Satria meronta bahkan dia menekan kursi roda itu dan memutar-mutarnya. Para pelayan pun kebingungan."Satria, tugasmu hanya belajar dan kau tidak bisa mengetahui apa pun yang berada di rumah ini. Kau itu masih kecil. kalau kau tidak menurut, Nenek akan memasukkannya ke dalam asrama. Tidak peduli kau akan dibuli atau tidak di sana!" Simbah menunjuk Satria dengan tegas."Aku tidak peduli apakah Nenek akan memasukkan ke sana atau tidak. Aku tidak percaya ternyata Nenek sangat kejam. Aku pikir ibuku yang sangat kejam berada di sini. Ternyata Nenek lah aktor utama di dalam semua drama ini.""Kenapa diam saja? Cepat bawa dia masuk ke dalam kamar."Mbok yang dari tadi hanya mengamati, be
Read more
Bab 113
Sera sangat terpukul dengan apa yang didengarnya. Dia segera bersembunyi di balik tirai ketika Gubernur dengan sangat marah keluar dari sana. Willem membuang semua barang yang berada di hadapannya, prang!!"Anggoro! Kau!" teriak Willem sambil mengajak-ngajak rambutnya. Namun, kedua matanya melotot saat melihat kehadiran wanita yang selama ini sangat dia rindukan. "Sera ...," ucapnya pelan dengan tersenyum."Ya ... aku di sini," balas Sera lalu mendekati Willem kemudian memeluknya. "Aku akan bersamamu. Selesaikan semua masalah ini dengan damai. Aku berjanji akan bersamamu, Tuan," bisik Sera masih saja mengelus-elus punggung Willem dan seketika membuat lelaki Belanda itu kembali tenang. "Sera, aku sangat tersiksa. Apa kau tahu itu?" Willem mengangkat wajahnya dan memandang Sera dengan tersenyum. "Kau mengingatkanku kepada seseorang yang sangat aku cintai di masa lalu."Willem memeluk Sera dengan sangat erat. Dia pun menangis di dalam pelukan itu. Willem lalu kembali memandang wajah S
Read more
Bab 114
"Apa kau bersungguh-sungguh mengatakannya?" Willem menatap Sera dengan sangat serius. Ini adalah sebuah hal yang dia tunggu sejak lama. Apalagi sekarang dia mendengarkan sendiri dari mulut Sera."Jangan pernah bermain api denganku. Jika kau tidak benar-benar serius mengatakan hal itu, lebih baik kau tidak akan pernah meminta hal itu kepadaku selamanya." Willem masih saja tidak mengalihkan pandangannya sama sekali ke arah Sera. Yang membuat dia semakin senang, Sera menganggukkan kepala walaupun ekspresi Saya rasa sangat tegang."Baiklah, kita akan menikah besok. Aku akan meminta beberapa orang untuk menjemput ayahmu."Perkataan Willem yang benar-benar tidak dipercaya. Dia mengetahui tentang ayahnya."Apakah kau memang lebih berkuasa daripada si mbah?""Seperti yang kau lihat. Anggoro berada di tanganku. Bahkan wanita tua itu sama sekali tidak bisa menyentuhku." Willem mendekati Sera kemudian memeluknya. "Kau tahu, aku sangat bahagia sekali hari ini. Tadi aku memang berdebat dengan Gub
Read more
Bab 115
Dor!! Suara letusan terdengar dengan cukup hebat di sana. Semua orang yang melempar sampah bercampur batu ke arah Sera dan Bupati pun terhenti. Spontan mereka menolehkan kepala ke arah Parman yang ternyata melakukan hal itu. "Minggir semua!" teriak Parman. Pengawal setia Anggoro berjalan cepat menerabas semua orang masih berteriak, "Minggir semua! Karena aku akan melakukan hal yang tidak pernah kalian sangka kalau menghalangi aku!" Hingga akhirnya dia berhenti tepat di depan Anggoro dan Sera. "Tuan, ikuti aku!" ucapnya lantang. Para pengawal Anggoro yang semula berhenti di tempat dan tidak melakukan apa pun, akhirnya mendekati Parman. Mereka segera menarik sang Bupati, lalu Sera untuk masuk ke dalam mobil. Sementara Parman masih saja mengulurkan senjatanya ke arah semua orang yang masih terpaku. "Aku sudah bilang kepadamu. Kau itu jangan bodoh. Apa yang kau lakukan?!" teriak Anggoro kepada Sera yang sudah tergeletak lemas di dalam mobil. Anggoro mengambil beberapa tisu dan m
Read more
Bab 116
Anggoro benar-benar tidak menyangka. Dia menatap Sera dan tidak bisa berbicara apa pun. Dia terus berpikir, kenapa wanita itu sangat ngotot untuk berpisah dengannya? "Kau tahu sendiri kan, aku tidak akan pernah mengijinkanmu bersama dengan lelaki itu. Dia tidak baik, Sera." Anggoro masih saja memberikan saran. Entah kenapa dia tidak ingin berpisah dengan Sera. Perasaannya sangat panas. Namun, seperti biasa dia gengsi untuk menunjukkan itu di depan Sera. Sobar lalu berdiri dan mendekati sang menantu. Dia berkata, "apa pun yang dikatakan oleh anak saya adalah keputusan yang sudah dia pikirkan baik-baik. Saya tahu sifatnya. Kamu tidak bisa melarang anak saya. Karena kalau kamu melakukan itu, maka kamu harus melewati saya dulu." Sera tersenyum melihat sang ayah berkata dengan tegas. Kini ada seseorang yang melindunginya. Sebenarnya Sibar ingin sekali melindungi anaknya setiap kali dia melihat berita tentang Sera berada di televisi. Namun, pekerjaannya yang hanya sebagai PNS, tidak
Read more
Bab 117
Sera sangat lemas. Dia tidak bisa lagi menumpu tubuhnya. Sobar dengan cepat menangkap tubuh Sera dan membawanya kembali ke ranjang, kemudian membantu Sera untuk merebahkan tubuh itu. "Aku sangat mencintainya Pak, dan aku yang membuat dia sengsara. Hanya dengan cara seperti ini aku bisa membalas semua yang sudah dia lakukan untukku. Jika bukan karena dia menikahiku, aku sudah masuk ke dalam penjara. Entah apa yang bisa aku lakukan ketika mendapatkan hukuman bertahun-tahun di sana." Sobar kembali memeluk Sera. Bahkan dia meneteskan air mata ketika mengingat masa di mana Sera sebelum bertemu dengan Anggoro. Saat itu Sera sangat terpukul ketika Bima menolaknya. Kemudian dia berlari hingga menyebabkan Anggoro membanting kemudi dan menyebabkan kecelakaan. Apalagi Satria menjadi lumpuh karena dirinya. "Apa pun yang sudah kau putuskan, Bapak menyetujui semuanya. Yang terpenting kau bisa hidup tenang. Sekarang, di sisimu ada Bapak. Tidak perlu khawatir. Bapak tidak akan pernah meningg
Read more
Bab 118
Seorang Anggoro bersujud di hadapan Pamela? Hal itu merupakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Selama ini lelaki itu selalu saja menjunjung tinggi harkat dan derajatnya. Dia menganggap wanita memiliki derajat yang jauh di bawah seorang lelaki. Karena menurutnya, laki-laki adalah sosok yang akan menjadi pemimpin dan kepala dari segala aspek. Pamela yang saat itu duduk, akhirnya berdiri menatap lelaki yang masih saja bersujud di hadapannya. Lelaki yang selama ini selalu ingin dia kalahkan, ternyata hari ini kalah. Tentu saja drama saat ini adalah hari yang membuat dia bahagia. Dia merasakan kemenangan. "Untuk apa kau bersujud?" tanya Pamela sambil menunjuk Anggoro. Tak lama dia tertawa. "Hahaha. Aku tidak menyangka kau akan seperti itu. Bersujud di hadapan wanita yang selama ini kau kalahkan, adalah hal yang mustahil bagimu. Iya kan?" Pamela kini berkacak pinggang sambil berdiri. Dia masih mengamati Anggoro yang belum saja mengangkat wajahnya. Wanita itu melihat Anggoro dengan
Read more
Bab 119
Pamela tersenyum. Dia berjalan mendekati Anggoro dengan sangat seksi, walaupun dia tidak mengenakan pakaian."Apa yang kau lakukan Pamela!" teriak Anggoro yang sama sekali tidak dihiraukan oleh wanita itu. Dengan sangat seksi, Pamela masih saja terus berjalan mendekatinya. Anggoro menatapnya dengan tajam. Tubuh wanita itu dipenuhi dengan luka yang dibuatnya sendiri. "Anggoro...Anggoro. Mana mungkin kau bisa mengalahkanku dengan mudah? Ini sudah kurencanakan sedari tadi. Aku menikahimu lebih dari 5 tahun dan aku sangat hafal bagaimana sifatmu yang sesungguhnya. Kau sangat bodoh," ucap Pamela dengan tertawa keras, "hahah," kemudian mendadak memeluk Anggoro, membuat tubuh Anggoro dipenuhi dengan darah wanita itu yang keluar dari luka di sekujur tubuhnya. "Apa yang kau lakukan Pamela? Menjauhlah dariku. Aku tidak akan pernah membiarkan kau melakukan hal ini!" teriak Anggoro dengan keras. "Tolong! Tolong aku! Dia sudah menyiksaku berkali-kali. Tolong!" Pamela kembali menyalakan po
Read more
Bab 120
Anggoro dengan sangat berantakan diseret paksa masuk ke dalam kantor polisi. Dia masuk ke dalam penjara sama seperti sebelum-sebelumnya. Namun, kali ini pandangan semua polisi itu berbeda. Biasanya mereka semua yang berada di dalam masih segan dan takut kepada Anggoro. Sekarang, mereka semua berani memberikan tatapan yang sangat tajam. Bahkan dia masuk ke dalam sel yang diisi lima narapidana di sana. "Jadi ini yang melukai istrinya sendiri dengan sangat kejam seperti itu?" ucap salah satu narapidana kemudian mendekati Anggoro dan menamparnya dengan sangat keras, membuat lelaki itu tersungkur. "Ayo berdiri! Jangan jadi banci. Beraninya sama perempuan!" teriak lelaki itu keras. Narapidana lainnya menendang Anggoro yang masih tersungkur di lantai dan tidak memiliki tenaga. "Sudah hentikan!" teriak salah satu polisi yang sedang berjaga di sana. "Kalau kalian membuat keributan lagi, aku akan memberi hukuman kepada kalian. Apa kalian mengerti? Tidak akan pernah ada makanan yang aku ki
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status