All Chapters of Pesona Istri Desa sang Bupati: Chapter 41 - Chapter 50
135 Chapters
Bab 41
Sera benar-benar tidak bisa berpikir jernih. Anggoro menariknya, lalu menatap dengan sangat dekat. Tubuhnya masih sangat terasa panas. Hal ini tidak bisa Sera biarkan. Dia harus mencegah Anggoro marah, karena tidak baik untuk kesehatannya."Tuan lebih baik beristirahat dulu. Jangan berkata apa pun," ucapnya kemudian menarik selimut itu karena kembali terlepas dari tubuh Anggoro."Jadi kau tidak mau membahasnya? Kamu tidak membenarkan ucapanku? Sera, aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri. Kau berada di jalanan bersama dengan Bima. Apa yang sebenarnya kau rencanakan?" balas Anggoro masih dengan suara yang sangat serak."Kau merencanakan sesuatu untuk membunuhku bukan? Kau memberikan racun itu di dalam gelas ku. Kenapa kau melakukan itu?"Spontan Sera melepaskan tangannya yang semula mencengkeram selimut. Dia menggelengkan kepala. Jelas-jelas akan membantah apa yang sudah dituduhkan oleh Anggoro kepadanya."Untuk apa saya melakukan itu, Tuan? Berada di rumah ini dan menikahi Tuan ..
Read more
Bab 42
Sungguh biadab! Itulah rencana Pamela. Apa pun akan dia lakukan untuk memuaskan dirinya. Padahal dia sudah jelas-jelas meninggalkan Anggoro begitu saja dengan lelaki lain. Tapi karena dia merasa tersaingi, dia memutuskan untuk kembali dan melawan. Pamela selalu ingin menjadi wanita satu-satunya yang akan mendampingi Anggoro. Sera hanya bisa menahan napas karena bubuk itu sudah masuk ke dalam tubuhnya. Rasa mual itu semakin hebat dia rasakan. Hingga akhirnya dia memuntahkan semua yang berada dalam perutnya, sampai mengenai tubuh Pamela. "Apa-apaan ini? Kau dasar tidak tahu malu. Wanita miskin pasti selalu seperti ini. Gara-gara kau aku sangat kotor. Kurang ajar!" teriak Pamela segera menjauh dari Sera yang semakin lemah. "Kau ..." Pandangannya pun kabur. "Aku sangat ..." Sera tidak kuat lagi menahan tubuhnya. Mendadak dia terjatuh bersama dengan kursi yang didudukinya. "Hentikan! Sudah hentikan, Nyonya Pamela. Aku mohon hentikan." Tukang kebun itu pun iba melihat Sera. Wajahnya sem
Read more
Bab 43
Mbok semakin terguncang. Pamela tentu saja akan mengetahui semua yang berada di sana. Walaupun dengan sangat manis dia menyembunyikan hal itu, apa yang tidak bisa dilakukan Pamela? Dulu ketika Mbok diam-diam tidak melakukan perintah Pamela yang tidak sesuai hatinya, wanita itu segera mengetahuinya. Bahkan tidak segan-segan untuk menampar Mbok. Sejak saat itu Mbok sangat membenci Pamela. Berharap wanita itu pergi dari sana. Seketika Mbok sangat senang melihat kepergian Pamela. Namun, ternyata dia sekarang harus bersedih kembali. Pamela mendadak datang dan membuat keributan untuk kesekian kalinya."Aku melihatmu bersama dengan lelaki Belanda itu. Ah ... tentu saja namanya Willem bukan?" ucapnya membuat Anggoro kini menolehkan pandangan ke arahnya dan memandang tajam. "Apa?" Anggoro sangat terkejut. Sang sahabat yang sudah putus dengannya sejak pertemuan bersama Sera ketika itu, muncul diam-diam di rumahnya? Sebenarnya ada apa ini?"Apa yang kau katakan Pamela? Ingatlah, kedatanganmu
Read more
Bab 44
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kau membuat wanita ini sangat menderita. Camkan itu, Anggoro."Willem masih saja membenarkan posisi Sera dengan sangat baik. Tidak peduli Anggoro berdiri di belakangnya dan siap untuk mencabik-cabiknya karena marah!"Bahkan kau memarahi istrimu saat dia sangat lemah seperti itu?!" teriak Willem dengan keras sambil menunjuk Sera yang sudah terbaring dengan sangat lemah. "Kau ini sebenarnya binatang atau manusia? Tingkah lakumu tidak seperti seorang Bupati!""Willem, kalau kau dengan nekat membawanya, aku akan menghubungi polisi!" Anggoro mendorong tubuh Willem dengan sangat keras. Untung saja lelaki itu dengan kuat menahan. Tubuhnya terkena tubuh mobilnya. Jika tidak, pasti dia sudah tersungkur ke tanah. Anggoro segera masuk ke dalam mobil itu dan kembali mengangkat tubuh Sera."Bagaimanapun juga dia adalah istriku. Sedangkan kau, bukan siapa-siapa!" Lelaki Belanda itu ingin sekali menarik Sera dan kembali membawanya. "Sialan!" Willem menghenti
Read more
Bab 45
Satria mendekati ayahnya yang masih terpaku mendengar perkataannya barusan. Dia berkata, "Ayah, aku bersungguh-sungguh. Jika kau ingin dia selamat, dia sebaiknya segera pergi dari sini saja. Ayah kembali saja kepada Ibu Pamela.""Kau tidur saja dan jangan mengurusi masalah orang dewasa.""Aku harus mengurusi masalah ini. Aku tidak ingin hal apa pun terjadi dengan Ibu keduaku. Aku sudah mengusirnya. Dia harus pergi."Anggoro kemudian mendekati sang istri yang masih terlelap dengan wajah yang pucat. Dia juga tidak pernah menyangka Sera akan menelan obat terlarang itu."Ayah sebaiknya istirahat saja. Bukankah Ayah juga terkena racun? Kira-kira siapa yang sudah meracuni Ayah? sebaiknya Ayah pikirkan semuanya.""Satria," ucap Anggoro sambil menolehkan pandangan ke anaknya. "Biarkan Ayah sendiri dan memikirkan ini semua. Ayah besok banyak pekerjaan. Kau tahu sendiri. Ayah harus menemui Gubernur.""Gubernur yang menginginkan bertemu dengan istri ayah?""Satria jaga ucapanmu. Cepat pergi saja
Read more
Bab 46
Anggoro merasakan sesuatu yang sangat sensasional dalam tubuhnya. Bagaimanapun juga, dia lelaki yang sangat normal. Terkadang membutuhkan sesuatu yang sangat liar untuk memuaskan hasratnya yang sudah dia pendam selama ini."Ah ...," desah Pamela.Kedua matanya melirik ke bawah, melihat Pamela dengan sangat liar melakukan aksinya. Membuat dia akhirnya tidak bisa menahan itu semua. Namun, Anggoro berusaha untuk kuat menahan. Bukan ini yang dia mau. Tapi ... Pamela memang memuaskan dirinya."Sangat ... nikmat. Aku sangat ... merindukanmu, sayang."Pamela kini melepaskan bibirnya yang sebelumnya sudah menikmati milik Anggoro di bawah. Dia kembali berdiri, meraba wajah Anggoro yang sedikit berkeringat, lalu tersenyum dengan menggoda."Hanya aku yang bisa memuaskan kamu. Bahkan saat bersamaku, kau selalu saja memintanya setiap hari bukan?" Dia kembali tersenyum, lalu melumat bibir Anggoro dengan sangat liar. Tidak lupa, jemarinya pun merayapi semua tubuh kekar Anggoro."Jangan pernah menola
Read more
Bab 47
Anggoro masih saja terpaku melihat sang ibu dengan sangat marah meninggalkannya begitu saja. Dia kembali terkejut saat seseorang menepuk pundaknya sebelah kanan dari belakang."Apa yang kau inginkan, Pamela? Kau sudah menjebakku," ucapnya lalu pergi meninggalkan wanita itu.Tentu saja Pamela tidak akan pernah menyerah. Kakinya melangkah dengan cepat mendahului Anggoro saat akan masuk ke dalam kamarnya."Apa yang harus aku lakukan di sini? Sayang, aku benar-benar merindukanmu," balas Pamela dengan sangat manja."Tidak usah bersandiwara. Aku tidak menyukainya. Kau pergi saja. Kita lupakan kejadian tadi.""Hahaha, melupakan?" Pamela kembali mendekat Bupati, memeluknya erat. Kemudian menyandarkan kepalanya di dada kekar Anggoro."Tolong jangan lepaskan. Anggoro, aku sangat kesepian. Bukankah aku sudah memuaskanmu tadi?"Anggoro menarik napas dengan panjang. Dia berusaha untuk tidak mengingat kejadian itu. Benar-benar sangat memalukan sekali. Bagaimana mungkin dia dengan liar melayani Pame
Read more
Bab 48
"Tuan Bupati. Sudah saatnya Anda masuk ke dalam." Parman kembali memberanikan diri untuk membuat Anggoro sadar dengan lamunannya. "Aku ...""Apakah Tuan membutuhkan obat atau sesuatu?" lanjutnya kini mendapatkan perhatian dari Anggoro. Parman segera menundukkan kepalanya. "Tuan, apa Anda baik-baik saja?""Kau juga mendengar bukan? Itu suara budakku. Sangat terdengar sekali kalau dia sudah berada di dalam. Aku menikahi wanita itu karena sebuah perjanjian dan dia sudah menyetujui itu untuk menjadi budakku. Tapi ... dia sudah berani melangkahiku.""Mungkin Tuan bisa memikirkannya nanti. Hari ini adalah hal penting yang harus Tuan lakukan. Pasti ada hal yang sangat serius hingga Gubernur memanggil Anda untuk pergi ke kediamannya." Parman berusaha untuk membuat Anggoro melupakan apa pun yang bisa memicu kemarahannya terhadap Sera. Dia sendiri juga tidak tega melihat Sera selalu mendapat kemarahan Anggoro yang sangat luar biasa."Baiklah, katakan kepada Gubernur jika aku datang."Parman se
Read more
Bab 49
Hati Sera benar-benar sakit. Sangat sakit sekali. Dia harus sadar. Dia tidak bisa mencintai Anggoro. Bayangan bersama dengan lelaki seperti Anggoro, harus dia hilangkan. Yang bisa mendampingi Anggoro adalah Pamela."Jadi kau akan membangun listrik di pedesaan yang sangat tidak memungkinkan kita untuk melakukannya? Bahkan Gubernur pun tidak pernah berpikiran untuk melakukan ini." Anggoro sangat terkejut ketika melihat Sera memberikan ide yang sangat sulit seperti itu."Selama bertahun-tahun aku selalu saja memberikan ide seperti ini dan dia selalu menolak, karena biaya yang dikeluarkan pemerintah itu sangat terbatas. Tapi kau bisa melakukannya?"Anggoro menarik napas panjang, kemudian mengusap wajahnya yang berkeringat. Dia sendiri tidak mengerti dengan keadaannya saat ini.Sera masih saja tidak menanggapi yang dikatakan oleh Anggoro. Dia terus menepuk-nepuk dadanya yang sangat sesak. Bayangan Anggoro bercinta dengan Pamela masih saja terus melintas di pikirannya."Jadi sekarang kamu ti
Read more
Bab 50
Mencintai? Bagaimana mungkin seorang budak berani mencintai majikannya? Walaupun Anggoro sebenarnya juga sedikit ada perasaan kepada Sera. Tapi dia tahu diri. Apalagi sekarang wanita itu sudah mengalahkannya. Bekerja sama dengan ibunya sendiri untuk membuat dia seolah-olah bodoh di mata semua orang!"Kau tidak pantas untuk mencintaiku. Kau tidak pantas bersanding denganku!" ucapnya keras. "Ingatlah perjanjian itu. Aku bersamamu karena sebuah tugas yang harus kau lakukan." Anggoro kini memalingkan wajahnya. Dia sedikit kecewa. Kenapa Sera harus mengutarakan isi hatinya? Siapa yang tidak mencintainya? Semua wanita pasti akan mencintainya."Kau sama seperti wanita lainnya. Menikah denganku dan pasti mencintaiku. Hmm, karena aku adalah lelaki yang kaya raya dan memiliki jabatan. Jangan munafik."Hati Sera semakin sakit. Sangat tertekan. Dia memang wanita bodoh. Apa yang dikatakan Anggoro adalah sebenarnya. Siapa yang tidak mencintai sosok seperti Anggoro? Sangat gagah, kaya raya, lelaki y
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status