All Chapters of Pesona Istri Desa sang Bupati: Chapter 31 - Chapter 40
135 Chapters
BAB 31
Tubuh Anggoro semakin bergetar. Selama ini dia selalu mengabaikan amplop itu. Menganggap sesuatu hal yang sama sekali tidak penting. Dan ternyata apa yang dilihatnya? Kebersamaan Sera bersama dengan Bima?Amplop itu berisi beberapa foto Bima saat bersama Sera ketika bersekolah. Bahkan, saat Sera tertidur di pundak Bima dengan mesra. Keduanya memang tampak seperti seorang kekasih dulunya."Mereka berhubungan sejak lama? Bima keparat!" teriaknya keras. Anggoro memukul kemudi mobil hingga klakson berbunyi keras."Berani sekali budak sialan itu membohongiku?!"Anggoro memejamkan kedua matanya, mengingat saat dia menuju hotel itu. Anggoro tanpa berbicara memukul Bima sampai babak belur. Dia masuk ke dalam kamar itu dan berteriak memanggil Sera."Sera!" Anggoro memasuki semua ruangan di dalam kamar itu. Sebuah kamar tipe suite dan termahal di sana. Sangat luas, bahkan ada kolam pribadi di dalamnya."Sera, kau jangan sembunyi wanita murahan!" Anggoro tidak menyerah. Dia tetap mencari keberad
Read more
BAB 32
Pamela, wanita sangat berkelas dan kaya raya. Bahkan kekayaan keluarganya menyaingi Simbah. Dia sangat senang ketika Anggoro menerima cintanya dan mengajaknya menikah. Merasa menjadi wanita paling hebat. Menikahi lelaki impian semua wanita.Simbah tidak senang dan menolak, walaupun nantinya akan mengakhiri perjanjian bisnis sangat besar dengan keluarga Pamela yang sangat sombong dan arogan. Sosok Pamela tidak akan pernah puas dengan apa pun. Dia hanya ingin kekuasaannya bertambah. Bersatunya keluarga mereka, semakin membuat Pamela semena-mena.Sesuai dugaan Simbah. Keberadaan Pamela di rumah membuat suasana sangat mengerikan. Memerintah dengan seenaknya. Anggoro pun sangat frustasi. Pertengkaran hebat selalu saja terjadi. Sifat mendominasi Pamela membuat Anggoro tidak tahan dan menamparnya sangat keras. Bahkan Anggoro meninggalkan Pamela beberapa hari untuk menenangkan diri. Wanita itu tidak terima. Menganggap itu adalah sebuah penghinaan. Dia membalas Anggoro dengan menjalin hubungan
Read more
BAB 33
Sera mendekati Anggoro dan melewati Pamela begitu saja. Mengambil tas hitam yang berada di genggaman Bupati. Entah kenapa Anggoro hanya terdiam. Padahal, dia sangat marah dengan istrinya. Simbah pun juga tidak menyangka saat melihat anaknya. Sosok Anggoro selalu saja meluapkan emosi ketika dikhianati. Namun, kenapa sekarang diam?"Sangat percaya diri sekali," balas Pamela dengan terkekeh pelan. Dia mengusap kepala Satria dengan tersenyum, lalu berjalan mendekati Sera. Sambil berkacak pinggang dia berkata, "Apa yang bisa dilakukan wanita murahan seperti dirimu? Pendidikan rendah. Gadis desa yang tidak memiliki apa pun." Suara itu pelan, disertai senyuman mengejek.Sera hanya memandang suaminya yang juga membalas tatapannya. Rasa cemburu seketika menyelimuti hati Pamela. Dia bergelayut manja di lengan kekar suaminya, karena tidak mau terlihat kalah."Aku masih istrinya," ucapnya sekali lagi dengan tersenyum. "Sayang, dia sudah bersama Bima. Ingatlah itu."Anggoro melepaskan jemari Pamel
Read more
BAB 34
Sera masuk ke dalam kamar Bupati. Meninggalkan Pamela yang masih memendam amarah. Namun, langkahnya terhenti. Tatapan tajam sudah menyambutnya. Ingin sekali menusuknya tanpa ampun. "Tuan, saya akan--""Jangan pikir kau ke sini karena aku menginginkannya." Anggoro membalikkan tubuhnya. Berjalan mendekati jendela, lalu mengambil satu gelas air dan meminumnya. Lelaki itu diam saja. Tidak berbicara apa pun, atau membahas sesuatu yang sebenarnya ingin sekali Sera jelaskan.Sera masih menunggu. Sampai beberapa menit, dia akhirnya gelisah dan hanya menunggu sambil berdiri.Sera ingin sekali menolong suaminya. Dia hanya bisa mengandalkan Bima. Dengan nekat, Sera ketika itu melakukan permintaan Bima. Dia juga tidak menyangka akan melihat Bima di depan vila milik Anggoro. Ketika itu Sera tidak bisa berpikir jernih dan hanya ingin Bima membantunya menyelesaikan masalah Bupati. Wanita itu sangat berani masuk ke sana dan mengikuti Bima."Hmm, apa kau ingat vila itu?" tanya Bima terkekeh sambil me
Read more
BAB 35
Sera semakin melotot tajam. Dia tak menyangka Bupati ..."Kenapa kau membuatku seperti ini? Hah ...""Apakah dia ..."Sera masih saja mendengarkan suara yang semakin membuatnya menelan ludah dengan susah payah. Dia memang sangat polos dan tidak mengetahui apa pun tentang seks. Tapi ... ini semakin membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana bisa, Bupati yang sangat dingin itu bisa melakukan hal itu?"Kenapa dia tidak memintanya? Apakah dia memang tidak mau menunjukkan--"Brak!Saat Sera masih saja menempelkan telinganya, tanpa dia duga pintu itu terbuka dan membuat dia akan terjatuh. Sera memejamkan kedua matanya dengan sangat ketakutan. Namun, ternyata dia tidak menyangka berada di dalam dekapan Bupati. Apalagi sang Bupati hanya mengenakan handuk yang menutup tubuhnya bagian bawah."Tuan, maafkan--""Apa yang kau lakukan!" bentak Anggoro. "Kenapa kau bangun tengah malam?" Bupati segera menarik Sera menuju ke ranjang. "Sekarang kau cepat tidur saja. Jangan pernah melihat aku," uc
Read more
Bab 36
Pamela tidak menyangka ketika mendengar sang anak mengatakan hal yang sangat luar biasa mengejutkan. Wanita itu tetap terlihat tenang dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan."Satria anakku. Apa yang kau katakan? Tentu saja Ibu ke sini karena dirimu. Ibu merindukan kamu. Ibu akan membalas dendam apa yang sudah dia lakukan kepadamu." Pamela semakin mendekati Satria, kemudian menundukkan tubuhnya dan menatap dengan tajam. Dia lanjut, berkata, "Aku akan melakukan apa pun untuk membalas wanita itu. Bukankah kau ingin menjadi pemain sepak bola? Satria, dia sudah menghancurkan cita-citamu. Ibu berjanji akan membuat dia lumpuh seperti dirimu.""Bukankah saat di mobil Ibu mengancam ayahku? Membuat ayahku sangat marah sampai kalian bertengkar hebat. Hingga ayahku tidak melihat seorang wanita melintas di jalanan." Satria kini mengusap rambut Pamela yang sedikit berantakan. Kemudian lanjut berkata, "Aku juga pernah melihat Ibu akan meracuni Ayah. Apa yang sebenarnya Ibu akan lakukan? Aku ragu
Read more
Bab 37
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kau menembaknya? Apa kau sudah gila!" teriak Bima. Dia ingin sekali menyentuh tubuh Sera. Tapi Anggoro segera menamparnya dengan sangat keras.Plak!!"Dia adalah istriku. Hanya aku yang bisa menyentuhnya." Tidak peduli semua orang menatapnya, Anggoro segera menggendong tubuh istrinya. Namun, dia terkejut tidak ada darah yang keluar dari tubuh Sera. Dia melihat kalung berlian berwarna biru itu dan ternyata peluru kayu kecil yang seharusnya mengenai dada Sera, tertancap di sana. Sera pun perlahan membuka kedua matanya. Kemudian segera turun dari gendongan Anggoro. Kembali menatap tajam semua warga."Aku tidak akan pernah mati," ucapnya sambil menepuk-nepuk dadanya yang masih sangat sesak. Dia terus memaksakan dirinya, walaupun pandangannya semakin kabur.Peluru itu untung saja bukan peluru api yang biasanya digunakan untuk menembak musuh. Sebuah peluru kecil yang biasanya digunakan untuk melumpuhkan binatang yang terbuat dari kayu. Namun, tetap saja jant
Read more
Bab 38
Anggoro semakin tidak mengerti. Gubernur mendadak ingin menemuinya? Pasti kabar para warga yang berdemo sudah sampai di sana. Namun, kenapa Sera harus ikut andil dengan semua pekerjaan yang harus dilakukannya? Anggoro sangat cemas dengan hal ini."Apa kau tidak sadar juga, Bupati yang terhormat? Istrimu sudah mempesona semua orang ... termasuk Gubernur. Pasti berita kau diselamatkan istrimu itu sudah tersebar sampai kepala pemerintahan itu." Willem mendekati Bupati yang kini hanya bergeming kaku dan memikirkan semuanya."Mungkin Bima yang pantas menggantikanmu. Kau sama sekali tidak pantas menjadi seorang pemimpin," ejek Willem dengan terkekeh pelan."Katakan saja apa yang kau inginkan? Ya, terserah kau mau berkata apa. Yang jelas aku tidak akan pernah mau melihatmu berada di sini. Apalagi mendekati istriku. Seharusnya kau malu. Banyak sekali wanita di luar sana. Untuk apa menjadi lelaki perebut istri orang?""Dia budakmu. Dia bukan istrimu. Jika dia istrimu, dia tidak akan pernah kau
Read more
BAB 39
Sera hanya bisa menundukkan kepala. Tamparan itu semakin membuatnya bergetar. Namun, apa yang bisa dia lakukan? Anggoro pun hanya terdiam lalu meninggalkan semuanya dan masuk ke dalam kamarnya. Pamela semakin tersenyum sambil bersedekap. Dia sangat puas menatap Sera akhirnya kalah mutlak di hadapannya."Aku yang membantumu ketika itu. Aku bisa saja membiarkanmu di sana bersama Bima. Bagaimana jadinya jika anakku menemukanmu di kamar itu?" Simbah semakin mendekati Sera dan mengangkat tongkatnya. Menunjuk tepat di wajah Sera yang masih saja menundukkan kapala."Kau berjanji akan menolong anakku. Jangan pernah membuatnya celaka. Waktumu bertahan hanya satu bulan. Ingat itu."Pamela mendekati Sera setelah Simbah meninggalkan ruangan. "Kau tidak tahu apa pun, budak. Ah, mana mungkin kau mengerti. Seorang budak tanpa pendidikan. Yang diketahuinya hanya melayani karena memang tugasnya adalah pembantu.""Selain pembantu, dia adalah pengkhianat. Mana mungkin istri Bupati bisa menemui calon su
Read more
BAB 40
Sera menatap anak itu. Satria pun membalas dengan tatapan tegang. Simbah menarik napas panjang, dan terus berpikir. Memang sejak kehadiran Sera, masalah datang bertubi-tubi. Wanita desa yang kumuh dan sangat berantakan datang ketika itu, yang dianggapnya bisa menurut seperti robot, justru kebalikannya. Sangat pintar dan membahayakan."Waktu saya hanya satu bulan saja bukan?" sela Sera mengejutkan Simbah. Dia berjalan mendekati wanita itu yang masih menatap tegang. "Apa yang bisa seorang budak lakukan? Apalagi malam-malam masuk ke dalam ruangan suaminya. Mencuri? Ya, itulah yang dituduhkan dan aku tidak menyangkal. Untuk apa aku membela diriku sendiri. Seorang budak pasti akan selamanya menjadi maling.""Mengakui diri sendiri. Baguslah, kalau begitu. Sekarang kemasi semua barangmu dan enyahlah--""Cukup, Pamela!" balas Simbah keras. "Tidak akan ada yang pergi dari sini.""Mbok!" teriak Simbah. "Bagaimana dengan dokternya?""Simbah, dokter sudah berada di depan.""Cepat suruh masuk."Mb
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status