All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 91 - Chapter 100
269 Chapters
Mendadak Dilamar
Deu secara serius menjepit dua kabel tembaga menjadi satu kesatuan dengan pola melingkar yang pas—sangat terukur. Kemudian dari ujung ke ujung kabel direkatkan; disolder untuk kemudian menyatu secara sempurna. Selesai. Deu beranjak bangkit. Sungguh – sungguh telah mempertimbangkan keputusannya matang menyeluruh.Langkahnya mantap mendatangi Howard yang tersibuk mengumpulkan beberapa peralatan ke dalam tas jinjing. Mereka tak perlu ragu untuk sama – sama memberi isyarat. Sekarang sudah saatnya. Mobil melaju kencang menuju satu tempat paling penting, sesuai kesepakatan; Deu dan Howard akan berpencar. Masing – masing mengatur tempo. Howard diberhentikan di satu tempat tersembunyi, sementara Deu kembali menyetir, memastikan mobil yang dipakai khusus akan terparkir baik di jalan yang sepi. Dia perlu sedikit berjalan kaki untuk mencapai titik di mana semua akan dimulai di sini. Dengan satu hentakan berbeda. Di sisi lainnya; Harger tidak tahan hanya duduk berdiam diri terlalu lam
Read more
Menikah
“Apa kau yakin mereka tidak akan tahu kalau kita melarikan diri?” tanya Harger di tengah pemikiran yang menggantung hebat. Beberapa kali tubuhnya terguncang di kursi penumpang. Mobil melesat terlalu cepat, sehingga itu pula yang menjadi desakan mengapa jari – jari tangan Harger mengetat di antara jok yang diduduki.“Mereka pasti akan tahu.”Satu ungkapan seakan membuat keadaan semakin tidak berdaya. Harger meninggalkan perhatian lurus ke depan, merasa dunia seakan berubah bentuk di sekelilingnya. Terlalu buruk membayangkan Direktur Oscar akan melakukan segala cara. Pria itu telah mewarnai bahaya dengan pelbagai bentuk yang lain. Jejak kengeriannya masih begitu nyata. Harger tidak tahu persis jika setelah ini dia dan sang hakim akan menghadapi satu peristiwa tak terduga.“Sekarang apa yang akan kita lakukan?”Tindakan paling bijak adalah menghadapi, tetapi bagaimana jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan? Benak Harger diliputi propaganda menakutkan. Dia bisa merasakan tubuhnya merin
Read more
Kalah Telak
Semuanya benar. Harger tercekat. Merasa sangat membutuhkan pasokan udara saat sementara di dadanya tertimbun desakan yang begitu sesak. Harger tidak pernah mau menyakiti sang hakim. Di depan matanya, sudah menunjukkan bagaimana pilihan ini terlalu berbahaya. Cengkeraman tangan Harger mengendur. Jarak antara dia dan sang hakim terlalu dekat. Terlalu mudah untuk melakukan sesuatu yang buruk. Harger sudah siap akan meninggalkan pria yang baru saja menjadi suaminya. Setelah satu keinginan akan berbalik badan, tiba – tiba lengannya dicekal. “Hargerie Warrance Halker tidak akan pergi ke mana pun, Direktur.” Suara berat sang hakim mantap menegaskan dengan penekanan tinggi. Harger masih berada dalam genggamannya. Erat, tetapi tidak menyakiti. Wajah tampan sang hakim tidak pernah meninggalkan satu titip di mana pria itu menatap. “Aku yakin kau sudah tahu siapa yang menyeludup ke kediamanmu, Direktur.” “Jika kau ingin membicarakan kontrak kerja sama. Kau bisa b
Read more
Dijemput Howard
Suara klakson keras—berulang, mengatur sorot mata Harger dan sang hakim saling berpandangan. Howard telah tiba. Sebagaimana mereka harus bersiap, pria yang sudah rapi dengan setelan jas-nya membungkuk di hadapan Harger. Seakan mengerti apa yang diinginkan sang hakim, sudut bibir Harger langsung melekuk tinggi. Tidak sabaran memanjat naik di punggung lebar, lalu berpegangan erat dengan lengan yang melewati garis bahu sang hakim.“Aku penasaran dari mana kau tahu kalau Direktur Oscar dalang di balik pernikahanku dan Matthew?” tanya Harger ketika akhirnya sang hakim menunjukkan sedikit usaha menjulang tinggi diliputi tubuhnya yang mendekap erat di belakang. Pria itu melangkah hati – hati meninggalkan kamar yang begitu kacau setelah pergulatan panas menggetarkan.“Aku mendengar suaranya di telepon.”Sebuah jawaban membuat Harger mengernyit sesaat. Ingatannya terbawa menuju sambungan telepon dan suara berat sang hakim waktu itu. Dengan ironi Harger harus menyayangkan bahwa ponselnya masih
Read more
Ingin Bicara Serius
Ntah sudah seberapa jauh perjalanan dimulai. Ketika Harger terbangun, matanya mengerjap berulang kali untuk mendapatkan kesadaran secara utuh. Sang hakim tidak di sampingnya, tetapi sangat jelas pria itu ada di kursi kemudi; menyetir, menggantikan posisi Howard yang ada di samping—wajah Howard miring dan menempel di jendela, samar – samar suara mendengkur mengikuti beberapa suara gemerisik lainnya. Betapa nyenyak!Harger segera mengubah posisi duduk lebih tegak. Mulai mengusap wajah kasar, tetapi dia akhirnya menyadari sesuatu yang baru di jari manis, tanpa sadar Harger tersenyum tipis seraya mengelus puncak mata keroppi dengan ujung telunjuk kanan.“Setelah di Italia, kita akan memilih cincin yang sebenarnya.”Suara berat sang hakim tiba – tiba mendesak Harger untuk mengangkat wajah. Sulur – sulur dia menatap bahu lebar; persis di posisi yang sama, meski Deu masih menatap fokus ke jalanan. Hanya sesekali iris gelap itu akan m
Read more
Membeberkan
Taman menjadi tempat paling cocok jika mereka ingin bicara jauh dari sang hakim. Harger mempersilakan Howard duduk; mengamati bagaimana Howard menyangga lengan di atas meja bundar seperti sedang memikirkan sesuatu. Harger hanya menatap sesaat sebelum akhirnya melakukan tindakan yang sama seraya mengatur posisi Sofia di atas pangkuannya. Meskipun dia harus mengambil keputusan membiarkan Deu tidur dengan posisi serupa di awal, di ruang tamu. Pria itu terlihat lelah dan dia tidak ingin mengganggunya.“Sebenarnya apa yang mau kau bicarakan, Howard?” tanya Harger. Beberapa kali mendapati Howard bersikap tidak biasa. Howard mengembuskan napas pelan. Gerakan waspada terus berulang; berpendar ke sekitar ruang bebas sebelum mengajukan satu pertanyaan yang membuat Harger mendadak merasa sangat gelisah.“Kapan kau akan memberitahu Don soal kehamilanmu?”Howard bertanya tanpa perhitungan. Itu belum secara pasti terangkum. Harger menghentikan gerakan kaki yang mengayun tubuh Sofia. Ketegangan sek
Read more
Ambil Dompet
Harger mengamati lengan Howard terulur setengah enggan. Senyumnya semakin jelas memberitahu; pria itu baru saja menyenangkan perasaannya.“Terima kasih, Big’H.”Satu sebutan mendadak muncul, benar – benar tidak pernah Harger pikirkan akan terucap. Dia melihat Howard mengangkat sebelah alis menanggapi panggilan baru itu.“Dan kau adalah Lil’H, begitu?”Tepat sekali. Harger menyelam ke dalam kepandaian Howard sekadar memecahkan sesuatu yang tersirat. Nama mereka kebetulan diawali huruf yang sama. ‘Big’ dan ‘Lil’ hanya sedikit pembeda; mengenai umur dan postur tubuh yang mencolok.“Aku hanya akan memanggilmu Big’H saat kau menuruti permintaanku atau ketika kau memberiku hadiah. Itu saja.”Harger menyeringai puas, lalu memasukkan alat test pack dalam balutan kotak pipih di balik punggungnya. Kain di tubuh akan menyembunyikan, dan dia akan mendekati pria yang masih tertidur. “Ngomong – ngomong, Charlene memasak banyak. Kalau kau ingin makan, dapur sudah menun
Read more
Tahu yang Ganteng
Harger mengerjap mendengar bunyi benturan yang mendesak cepat ke bawah. Suara – suara air, dia menautkan kedua alis heran. Masih berusaha mengenal percikan yang familiar. Lengan Harger tanpa sengaja meraba di samping tubuhnya. Sedikit terkejut tidak menemukan sang hakim. Sambil berpikir, akhirnya dia menyadari suara itu jelas berasal dari kamar mandi dengan pelaku terduga adalah sang hakim sedang di dalam sana.Harger kembali memejam setelah membiarkan bayangan – bayangan sang hakim diserbu oleh air, hingga bulir – bulir basah mencumbu lembut kulit liat pria itu yang kemudian akan menghilang. Mungkin Harger perlu menantikan gilirannya. Beberapa saat masih menunggu. Ada waktu – waktu di mana suara air mendadak hening, lalu muncul kembali begitu keras. Beberapa saat seperti itu, dan selebihnya hening mulai mengintai. Harger membuka mata ketika suara engsel pintu bergeser. Wajahnya berpaling, sedikit terpaku mendapati handuk putih miliknya; mantap melilit di pinggul panas itu. Rambut s
Read more
Bertanya
“Tidur yang nyenyak, Howard. Semoga kau tidak digigit nyamuk.”Harger turun sebentar meninggalkan sang hakim di dalam kamar hanya untuk menyerahkan bantal dan selimut kepada Howard yang akan tidur di ruang tamu. Keadaan sudah separuh temaram. Howard sudah bersiap tidur dengan kain panjang membungkus separuh tubuh.“Jika ada nyamuk yang menggigitku, kaulah nyamuknya,” timpal Howard seraya mengatur posisi bantal lebih baik.“Kalaupun aku nyamuk. Aku tidak akan menggigit kulit tanganmu yang alot.” Harger membantah diliputi tawa yang menghilang perlahan. Waktunya untuk meninggalkan. Dia membiarkan seluruh lampu di satu ruang itu mati. Berjalan pelan menaiki undakan tangga, lalu masuk ke dalam kamar sendiri. Sang hakim sedang menunggu dengan tatapan yang cerdas menyadari satu langkah Harger menutup pintu kamar.Tidak ada suara apa pun, selain pintu lemari berdecit ketika Harger menyeka dua kusen bersamaan untuk terbuka. Dia mengeluarkan koper dari rak terbawah. Paling per
Read more
Berpamitan
Hanya ada satu bagian terakhir yang tidak akan Harger biarkan tertinggal dari persiapan semalam. Alat test pack; masih tersimpan di laci nakas. Sesekali dia melirik pria yang masih bergumul dengan tidur lelap. Mata terpejam, secara naluri menyakinkan Harger untuk merenggut benda pipih itu, lalu memindahkan ke dalam – dalam lipatan baju di koper-nya. Satu tangan Harger bergerak melakukan tindakan mendorong; membiarkan laci menutup rapat, dan dia segera merangkak ke atas ranjang. Mengulurkan lengan sekadar menyentuh rahang yang terasa kasar itu.“Sudah pagi, Deu. Bangun.” Harger berbisik dekat – dekat di wajah sang hakim. Merasakan gerakan samar; pria itu mengerang untuk kembali tidur. Mengatur posisi tubuh membelakangi Harger. Kemudian menarik selimut menutup sampai sebatas leher.“Kau harus ingat keberangkatan kita jam sembilan pagi.”Dengan terpaksa Harger harus menderak maju, menyampirkan dirinya menyentuh lengan liat yang membentuk siku. Dengkuran kecil terdengar begitu nyenyak. K
Read more
PREV
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status