All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 111 - Chapter 120
269 Chapters
Kembali ke Pedesaan
Harger menatap sang hakim ragu ketika mereka telah melewati perjalanan dengan bis dan mobil sewa, lalu berhenti untuk berjalan kaki beberapa meter ke rumah Daisy. Rasanya Harger tak terlalu lama meninggalkan tempat ini, sekarang; kali kedua dia ada di sini atas satu tujuan. Sang hakim akan menitipkannya, sementara pria itu akan pergi demi sebuah urusan penting. Dan tanpa memberitahu kepada pasangan Thamlin, mereka sudah tiba; untuk waktunya mengetuk pintu rumah.Satu ketukan pertama diliputi suara gemerisik dari dalam. Langkah kaki terburu – buru secara tidak langsung menuntut Harger dan sang hakim saling melirik setelah mereka hanya fokus mengamati sesuatu di depan.Ketukan berikutnya, kemudian diliputi wajah Daisy yang melonggok keluar dari pintu. Wanita itu baru saja terkejut ketika sorot mata-nya terpaku kepada sang hakim, lalu ke arah Harger secara bergiliran.“Kalian ....”Wajah Daisy hilang sesaat, demikian pintu segera terbuka lebar. Betapa wanita itu disergap perasaan membunc
Read more
Sentuhan Ringan
“Ya, Tuhan. Anak itu memang kadang – kadang terlalu nekat. Tapi aku senang akhirnya kalian menikah.”Setelah Harger bercerita runtut dari bagaimana Direktur Oscar memaksanya menikahi Matthew. Itu adalah saat – saat Daisy bersuara setengah takjub dan nyaris tak habis pikir. Tanpa sadar wanita itu membekap bibir sendiri seraya mengenyakkan bahu ke sandaran sofa. Sementara Harger hanya bisa mengamati Daisy dengan perasaan ambigu. Butuh waktu cukup lama membiarkan sudut – sudut paling hening akhirnya pecah. Tiba – tiba Daisy melanjutkan pertanyaan lain.“Jadi sekarang Deu berencana ke mana?”Harger meringis, sambil mencoba memikirkan jawaban yang tepat. Dia melirik ke arah kamar sebentar. “Ada urusan penting, Daisy. Aku tidak terlalu mengerti. Tapi Deu akan pulang dengan cepat. Apa kau tidak keberatan sementara aku di sini?” Harger merasa mengajukan pertanyaan menjadi prospek bagus. Masih menunggu Daisy memberinya jawaban.“Tentu saja. Kenapa aku harus keberatan? Kau bagian dari keluarga
Read more
Akhirnya Berpisah
Setelah makan malam selesai, di sini, di kamar dengan foto – foto Rubby ada di dinding. Harger masih mengamati apa yang sedang sang hakim lakukan. Pemeriksaan berulang. Pria itu seperti tak ingin satu pun dari keperluannya tertinggal. Begitu cekatan, merogoh beberapa kantong – kantong tambahan di bagian terkecil dalam tas. Gerakan pasti itu terhenti. Harger yakin Deu telah memeriksa dengan benar, sehingga tarikan pada resleting terlihat lebih siap dari apa pun. Lalu tubuh liat sang hakim segera dibalut oleh jaket kulit tebal.Harger menelan ludah kasar menunggu saat – saat ini akan tiba. Semuanya. Penampilan sang hakim terlihat utuh dan sempurna ketika pria itu bergerak; berniat untuk beranjak keluar kamar.“Jangan tidur terlalu malam, mengerti, Harger?”Harger menatap setiap langkah sang hakim. Konyolnya, dia masih terpaku lamat. Sesuatu bagai jeram yang menjerat. Menahan Harger sekadar mengangkat kaki. Dia tak berdaya selain mencoba meraih kewarasan. Mencoba membiarkan sang hakim b
Read more
LDR
Belum ada informasi serupa pesan singkat atau barangkali panggilan telepon yang akan memberi Harger petunjuk. Dia berulang kali menatap ke arah layar hitam di ponselnya. Menunggu saat – saat benda pipih itu akan menyala. Memberitahukan sebuah notifikasi berarti. Tetapi keadaannya masih sama. Masih tidak ada apa pun. Suram, disertai satu keinginan yang membuat Harger menyerah. Dia akhirnya berpikir bahwa seharusnya memang lebih baik menatap kembali ke arah Daisy.Memperhatikan wanita itu seperti keputusannya terdahulu.“Tadi bagaimana katamu, Daisy? Pegang benang seperti ini?” tanya Harger untuk memastikan kembali dia tak meninggalkan cara yang wanita itu jabarkan. Segera memulai ketika Daisy mengangguk samar. Ujung benang pendek ada di sisi kiri, kontras terhadap ujung benang lainnya yang terhubungan dengan gulungan panjang. Harger mencoba melingkarkan benang di telunjuk kiri. Menahan menggunakan jempol supaya posisi tidak berubah. Dia melakukan hal yang sama hingga benang membentuk
Read more
Godaan Wanita
Harger mendengkus. Setengah enggan masuk ke dalam kamar; menutup pintu nyaris tanpa suara setelah larut malam. Sesaat dia menatap dengan alasan klasik ke arah ranjang. Ponsel menyala; bergetar; terlihat ganjil di antara yang lain. Dua jam lalu benda itu memang sengaja diletakkan di sana. Harger memutuskan untuk tak tahu apa pun; sudah menunggu tanpa kepastian, akhirnya mengambil keputusan supaya dia yang menghubungi sang hakim, tetapi saat – saat itu adalah waktu yang sulit ditemukan. Sambungan ke ponsel sang hakim tak bisa dilakukan. Harger menyerah dan memilih meletakkan benda pipih miliknya, yang baru diberikan pria itu sepekan lalu, sementara dia keluar kamar. Melanjutkan kegiatan merajut; makan malam; nonton di televisi di ruang tamu bersama Mr. Thamlin dan Daisy hingga sekarang—akhirnya mereka memutuskan kembali ke kamar masing – masing.Langkah Harger terburu saat tahu layar ponselnya kembali menghitam. Dia tak berharap, tetapi sedang menduga – duga.Tebakan yang benar. Dua p
Read more
Video Call
Sejauh mana Harger berusaha terlelap, dia tetap mendapati matanya terbuka di tengah situasi remang. Menatap setengah kosong ke arah dinding tanpa berniat kembali memejam. Pengkhianatan besar dalam diri Harger memang mengambil peran terlalu jauh. Dia tak ingin terlalu khawatir. Namun, butuh sedikit amunisi untuk mengisi pemikirannya yang terlalu liar.Napas Harger berembus kasar ketika dia membiarkan lengannya menjadi bahan sanggahan. Sungguh tak menduga bahwa ponsel di atas nakas tiba – tiba akan menyala; bergetar; membuat responsnya terlalu cepat. Dia bangkit. Nyaris tak percaya bahwa Deu secara ajaib terduga sedang menunggu jawaban darinya.Harger tak akan menyia – nyiakan kesempatan seperti keputusan terdahulu. Segera menjawab, kemudian wajah datar dengan kernyitan dalam di kening itu muncul di depan layar. Sepertinya Harger mengerti apa yang membuat sang hakim terlihat ingin protes. Dia menyembunyikan wajah untuk membuat pria itu tak melihat apa pun.“Bukankah aku sudah bilang unt
Read more
Kirim Foto
Lamat sekali Deu mengamati layar ponsel menyala. Sudut bibirnya melekuk menelusuri wajah Harger yang terlihat tenang. Gadis itu sudah terlelap dalam, dan mungkin sudah waktunya melanjutkan kegiatan tertunda. Panggilan video dihentikan. Benda pipih segera terselip di saku celana. Deu mulai beranjak bangun dari ranjang. Membuka pintu kamar sekadar memastikan Alice atau siapa pun tak akan membuntutinya. Paling tidak, sekarang, sudut lorong terduga sangat sepi. Langkah Deu lantas meninggalkan kamar hotel. Berjalan sebegitu tenang melewati beberapa tikungan jalan. Sebuah gedung kosong telah begitu dekat. Setiap derap yang dia lakukan menggema di tengah remang – remang cahaya. Aroma debu berterbangan, tetapi Deu perlu mencapai demi puncak melakukan pertemuan di hari ini.Pak Sekretaris akan tiba dengan helikopter. Hanya butuh waktu tidak terlalu lama sampai bunyi mesin itu menyeruak di langit malam. Baling yang berputar menciptakan udara besar. Beberapa daun – daun kering, sampah tak bergun
Read more
Mula-mula
Selangkah demi langkah hentakan kaki Harger terburu menuruni tangga. Satu – satunya tujuan sedang bersarang di benaknya adalah dapur. Cukup mendebarkan dia harus mengetahui Daisy telah selesai dengan pekerjaan terakhir. Wanita tua itu akhirnya tersenyum dan meletakkan lipatan kain di atas tumpukan kain yang lain.“Kau lapar, Harger? Makanlah. Sarapanmu sudah siap dari tadi.”Rasa bersalah membludak liar. Harger tersenyum gugup, benar – benar tidak nyaman menghadapi Daisy yang telah menyiapkan segalanya. Tetapi bagaimanapun dia berjuang untuk mengatakan sesuatu.“Maaf, Daisy. Semalam aku tidur terlalu larut. Jadi ....”“Tidak apa – apa. Kau terlihat gelisah sejak malam. Aku tahu kau mencemaskan Deu. Apa dia sudah menghubungimu?”“Sudah. Semalam kami bicara sampai aku tertidur.”Keceplosan ....Rasanya Harger hampir tidak bisa melakukan apa pun, selain menyengir malu. Dia ragu – ragu mendekati meja makan. Sarapan orang Italia selalu unik baginya dengan cita rasa selalu memuaskan.“Di ma
Read more
Video Call
Menjelang sore ....Sudah seharusnya Harger menunggu saat – saat dia dan sang hakim akan segera bicara, tetapi kesibukan merajut sejak tadi tak pernah menghentikan niatnya untuk menciptakan satu karya manis. Sesekali Harger akan meminta bantuan Daisy, tidak begitu banyak kesulitan; dia dengan mudah mengerti beberapa hal. Kembali berlarut – larut terhadap satu kegiatan mengesankan, hingga kemudian sulur – sulur ponsel yang bergetar memberitahukan sesuatu.Nama sang hakim terduga di sana, menunggu sebuah jawaban nyaris tanpa jeda. Harger segera mencondongkan tubuh, membiarkan dirinya terapit di antara kaki sofa dan pinggir meja setelah mengurai benang yang melilit di antara sela – sela jari. Dia cekatan mengatur benda pipih itu tegak bersandar pada vas keramik yang terukir cantik dengan Bunga Daisy tertancap utuh, sementara Daisy yang lainnya turut mengambil posisi duduk di atas sofa yang empuk.Wajah tampan itu, sesaat terlihat terkejut. Harger menduga; sang hakim tak pernah mengira b
Read more
Eksekusi
Tidak ada bunyi tembakan, suara menggelegar, dan gerakan mendadak yang brutal. Tetapi titik di mana aset berada, di halaman belakang gedung, telah dilakukan eksekusi yang matang. Mula – mula mereka terbagi menjadi beberapa kelompok; tiga berjaga di gerbang terdepan; empat berada di posisi paling stabil, di tengah – tengah lorong, kemudian tiga berikutnya terlibat di lokasi transaksi sungguhan—yang salah satunya telah tumbang.Deu bersembunyi di balik sekat dari gedung lainnya. Tembakan pertama dengan senjata kedap suara membuat perhatian semua orang teralihkan. Direktur Oscar maupun broker senjata ilegal itu sedang berusaha mewaspadai situasi.Wajah mereka menengadah. Sulur – sulur beberapa pasang iris mata bergerak liar. Mencari – cari sumber serangan peluru, meski embusan angin melambangkan keheningan yang nyata.Lurus – lurus perhatian Deu tertuju pada titik; satu pria lainnya yang tersisa bersama Direktru Oscar. Lengan liatnya serius mengajukan ujung senjata dari jarak kejauhan,
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
DMCA.com Protection Status