All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 121 - Chapter 130
269 Chapters
Akhir
Beberapa kali Harger melirik ponsel yang masih begitu hening. Keputusan berbelanja di pasar selesai. Dia dan Daisy sudah kembali ke dalam mobil usai Mr. Thamlin mengoceh ingin pulang. Di Italia nyaris menjelang siang, menegaskan bagaimana pengetahuan Harger sedang mendesak benaknya supaya berpikir jika di Washington D.C sudah cukup pagi. Sang hakim mungkin telah membantah kata – kata terdahulu; untuk menghubunginya semalam, tetapi sekarang Harger harap pria itu segera memperbaiki apa yang sedikit membuat perasaannya teremas, yang sayangnya, sampai semua kebutuhan bersama Daisy telah terpenuhi, Harger masih belum mendapat berita apa pun. Jika Deu ingin tidur sepanjang hari, pria itu bisa mengirim pesan. Setidaknya Harger bisa sedikit lebih tenang. Bagaimanapun keberadaan Rob dan Alice di satu tempat yang sama sudah cukup mengguncang Harger, walau tidak begitu berpengaruh. Beberapa pikiran kotor muncul, bagaimana seandainya Alice kembali menggoda suaminya? Wanita itu sudah melakukan
Read more
Salah Paham
Samar – samar pemandangan yang buram memberitahu Deu kalau – kalau sesuatu—sangat asing dari pengetahuannya, telah merambat secara serius, dan menyatakan sebuah informasi krusial; dia berada di rumah sakit, terbaring dalam keadaan separuh mengingat kejadian yang diduga baru dilalui beberapa saat lalu, yang sayangnya langit – langit rumah sakit yang kosong, di waktu – waktu mendatang, menyerahkan wajah seseorang agar lebih terlihat jelas.Masuk akal Pak Sekretaris sudah menunggu kesadaran Deu. Pria itu menatap tenang. Masih belum ada satu kata terucap, seolah Pak Sekretaris sedang mempertimbangkan sesuatu; hanya menunduk, hingga Deu berusaha bangun. Tertahan oleh sekujur tubuh yang terasa membeku. Sulur – sulur muncul golakan berbeda. Sedikit menyaktikan, tetapi gerakan lengan Deu cekatan terangkat. Menyentuh kening yang berdenyut untuk kemudian menyorot Pak Sekretaris dengan tanda tanya besar.Pria itu menghela napas kasar. “Peluru di tulang rusukmu dinyatakan mengandung zat kimia, r
Read more
Serangan Beruntun
Setidaknya bunyi gemerisik air dari kamar mandi membuat Harger terbangun di tengah malam. Diam – diam dia mempelajari situasi. Mengepalkan tangan dan membiarkan lengannya membentuk sudut dengan waspada. Harger tak mau tahu kalau – kalau kamar nyaris sepenuhnya gelap; hanya sulur – sulur cahaya bulan menembus lewat ventilasi memberikan isyarat untuk tetap tenang. Benaknya segera berhitung saat keheningan menyerupai bisu mencekam. Sungguh bukan tentang pemikiran bagus yang menyiram di puncak kepala. Harger menduga pada satu; bahwa seseorang telah menyusup ke kamarnya. Mungkin ingin membuat situasi menjadi lebih dramatis dengan sebuah adegan membuka pintu kamar mandi.Satu ....Itu adalah hitungan tegas seraya mengumpulkan napas. Kepalan tangan Harger semakin mantap saling menggenggam.Dua ....Dia mulai merasakan satu hal ganjil; tekanan, ketika suara ranjang mengikuti seseorang yang menderak lebih dekat di sampingnya. Sayup – sayup suara kain bergesekan cukup menawarkan Harger antisip
Read more
Jatah
Seperti keputusan Harger semalam. Dia beranjak bangun lebih dulu, mengatur posisi setengah menghadap pria yang masih tertidur dalam. Tubuh sang hakim persis keadaan sebelum terlelap; tidur telentang dan sebelah lengan itu tergoler di permukaan perut sendiri. Harger tersenyum, tipis – tipis memelihara pemikiran absurd. Ujung jarinya bergerak, meraih tangan sang hakim sekadar mengamati cincin buatan tersemat di jari manis, yang secara ajaib tak membuat pria itu malu mengenakan. Lucu sekali .... Rasanya Harger tidak tahan untuk melakukan satu hal. Hati – hati mulai menyematkan ruas jari – jari sang hakim dan miliknya agar menyatu. Dia mengangkat tangan mereka. Menempelkan bibir diliputi ciuman ringan, lalu iris mata Harger melirik wajah yang masih terpejam. Harger tak berusaha membuat sang hakim bangun, akhirnya memutuskan untuk meninggalkan ranjang. Gesturnya begitu ringan saat memisahkan diri. Pelan – pelan bergeser, membiarkan ujung kaki berpijak di lantai, kemudian sejenak duduk di
Read more
Hadiah
Napas Harger tercekat. Dia diam beberapa saat untuk berpikir lamat. Daisy mungkin akan menunggu sampai sebuah jawaban terungkap dari bibirnya. Mula – mula yang harus Harger lakukan hanyalah memastikan sang hakim tidak terlibat untuk sementara waktu. Dia langsung bergegas memisahkan diri. Memungut satu demi satu kain tercecer asal di lantai, dan memastikan dia mengenakan semua detail dengan utuh.“Kau harus pura – pura tidur!”Harger menarik selimut tebal. Membiarkan tubuh sang hakim terbungkus sebagian, lalu cekatan menendang sisa – sisa pakaian Deu yang teronggok ke kolong ranjang.“Tunggu sebentar, Daisy,” ucap Harger setengah berteriak. Jari – jari tangannya menyisir rambut yang teracak, lalu tanpa membayangkan Daisy akan membeku di tempat, Harger segera membuka pintu kamar.“Kau bilang apa tadi?” Dia bertanya seraya tersenyum kaku. Daisy seperti menerima sengatan hebat sehingga wanita itu perlu beberapa saat untuk mengerjap. “Deu ... apa dia sudah kembali?”Ntah mengapa, rasa gu
Read more
Tujuan Harger
Setelah rambut membasah nyaris separuh kering. Harger mengeluarkan perkakas alat make-up. Berjalan cepat ke arah sang hakim yang menunggu dengan sabar sejak dia masuk dan keluar dari kamar mandi.Masih di satu titik yang sama. Harger mendapati kening sang hakim bergenyit dalam saat mengamati tangan – tangannya secara cekatan mengeluarkan satu benda asing bagi pria itu. Perlengkapan make – up yang dibeli bersama Daisy di pasar. Sekarang Harger akan sangat membutuhnya.Dia mengeluarkan bagian penting pertama. Pelembab. Dan akan segera mengaplikasikan di kulit leher sang hakim. Itu nyaris ....Sebelum Deu mengelak diliputi alis yang bertaut heran. Harger memutar mata malas. “Percaya padaku,” ucapnya. Tak tanggung – tanggung segera menangkap tubuh sang hakim tetap diam di tempat. Semua proses pemberian pelembab berjalan cukup tak begitu mulus; sesekali Deu mengelak geli, dan suara kekehan pria itu nyaris menyerupai erangan tak tertahan.“Diam-lah, Deu!” Bagaimanapun Harger memutuskan seg
Read more
Buka Hadiah
“Harger bilang kau sering merasa kelelahan, Daisy. Jadi aku memutuskan untuk meminta Asrof membantu pekerjaan tuan hamburger, dan Miley bertugas membantumu di dapur.”Akan tetapi, betapa pun sang hakim sedang nyata – nyata dihakimi oleh sorot mata Daisy yang garang, pria itu tetap bersikap sangat tenang. Lengan membatas di garis bahu Harger telah meninggalkan. Harger merasa sedikit ringan ketika sang hakim berjalan pelan; duduk mengenyakkan bahu di sandara sofa setelah meletakkan tas jinjing ke atas meja.“Kali ini aku tidak menerima bantahan.”Sang hakim seolah sudah mengerti apa dan mana yang akan Daisy katakan ketika wanita tua itu mengambil tindakan yang sama, menyampirkan tubuh di atas di atas sofa dengan tegang. Raut wajah keberatan mengatakan semuanya. Harger meringis saat Daisy memindahkan iris mata menatapnya ... seolah; Harger perlu membantunya membujuk sang hakim agar keputusan yang telah dibuat segera diurungkan.Harger segera menunduk; anggap saja dia tak bisa melakukan a
Read more
Topi Rajut
Hanya ada satu momen, di mana hasil rajutan akan segera selesai. Harger hanya perlu melakukan tahapan terakhir; menutup seluruh rumpang tersisa dengan pola yang sama, lalu mengunci di satu titik paling penting. Sempurna ....Harger tersenyum tipis mengamati topi hasil buatan tangan. Semua didominasi hitam, tetapi di sisi samping memiliki uraian huruf yang dirajut dengan benang berwarna berbeda, cokelat keemasan yang dibeli di pasar waktu itu. Nama tengah sang hakim; Harger merasa puas saat ujung jarinya meraba teksur huruf – huruf yang timbul serasi, terlihat mencolok walau sudah sengaja dibuat cukup kecil.Setelah memastikan semua itu dengan baik, termasuk bagaimana topi rajut buatannya memiliki kelenturan solid, Harger segera mencondongkan tubuhnya untuk mengambil gunting. Namun, dia baru mengingat satu hal begitu tindakannya dibatasi oleh seseorang.Harger lupa bahwa satu jam lalu, setelah sarapan pagi selesai, sang hakim datang ikut duduk di atas sofa, lalu meminta izin untuk tidu
Read more
Kotoran Kuda
Kotoran kuda; lembek, setengah basah dan setengah keras, sedang dalam proses eksekusi yang dilakukan Mr. Thamlin. Pria dengan perut bulat itu fokus mengumpulkan kotoran – kotoran di sisi satu ke sisi lainnya, yang akan dijual ke pemilik pabrik pembuatan pupuk. Ini merupakan prospek bagus. Menjual kotoran kuda adalah keuntungan solid, selain dari pada untuk mengisi kegiatan di hari tua.Mr. Thamlin membiarkan alat penggaruk kotoran, panjang – panjang terulur hingga menyentuh pagar kandang. Hanya perlu melakukan sesuatu pada sisa – sisa kotoran kuda, kemudian memasukkannya ke dalam bak. Memang butuh sedikit keterlatenan. Mr. Thamlin masih begitu fokus menyelesaikan satu pekerjaan secara serius. Hanya, kadang – kadang akan melirik ke arah French, ketika kepala pengurus kuda tengah sibuk menyikat kaki kuda.Mula – mula tidak ditemukan hal ganjil, sehingga lewat ketenangan yang dimiliki, Mr. Thamlin kembali melanjutkan kegiatan lebih giat. Nyaris selesai, hanya perlu mengerjakan satu kotor
Read more
Sungai
Harger terpaku sesaat pada sebentuk tubuh pria; separuh tenggelam di antara air jernih; hanya seperempat bahu telanjang terungkap dengan butiran – butiran air mengalir berusaha menjadikannya kering. Tidak banyak yang dilakukan pria itu di sana, seperti hanya berendam atau menunggu momen yang tepat untuk menyelam ke dalam air.Harger menelan ludah sebentar, kemudian segera membuka pintu mobil jip untuk kemudian mengumpulkan perlengkapan yang telah disediakan. “Terima kasih atas tumpanganmu, French. Kau boleh pergi, nanti aku akan pulang bersama Deu.”Dengan handuk dibiarkan menjuntai di garis bahu dan sebelah lengan mendekap ember mandi berisi sabun maupun sampo, Harger melambaikan tangan kepada French yang menyalakan mesin mobil. Pria itu tersenyum tipis seraya berpamitan pergi.Lurus – lurus iris mata Harger menunggu sampai mobil jip meninggalkan daerah dengan limpasan air jernih dan tenang; sebuah sungai di mana bebatuan terlihat lebih mencolok, bahkan pohon – pohon menjulang sanga
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
27
DMCA.com Protection Status