All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 141 - Chapter 150
269 Chapters
Es-Krim
Bukan ide buruk memikirkan es krim sebagai makanan penutup. Harger merasa puas saat sang hakim tidak mengatakan apa pun sekadar menolak ajakan singgah di kedai es krim. Beberapa percakapan telah dilalui. Sekarang Harger duduk tidak jauh dari tempat bersantai; begitu banyak orang sedang mengantre, dan dia mendapat pilihan duduk di bawah pohon besar; menunggu sang hakim memesan satu es krim crone untuknya. Sesekali Harger akan melonggokkan wajah sekadar memastikan. Dia menemukan sang hakim sedang bicara langsung kepada penjaga kedai. Memesan dan bayar di tempat, itu sudah termasuk ke dalam kebutuhan toko. Sang hakim pula yang akan membawakan es krim secara langsung.Harger memindahkan perhatian ke sisi lain. Mungkin tidak akan terlalu lama. Dia mengayunkan kaki sambil – sambil menunduk menatap sepatu baru dari pria itu. Sepatu bagus dan nyaman di kaki, meski warna pink dengan campuran putih menurut Harger terlalu feminim untuknya yang terkadang pecicilan, terutama ketika hanya berdua b
Read more
Wallpaper
Harger menahan erangan saat sang hakim menggerakkan pinggulnya; naik turun berayun dalam dekapan pria itu. Dada mereka saling bersentuhan diliputi iris mata saling memerangkap; menawarkan kehangatan dan cinta yang begitu besar. Apa yang bisa Harger katakan? Dia menyukai sang hakim, meski tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan. Mendadak bibirnya lebih sering mengeluarkan suara mendesah, alih – alih membicarakan sesuatu secara serius.Harger segera menjatuhkan wajah di garis bahu sang hakim. Berpegangan erat. Menyesap kulit tubuh pria itu sebagai upaya merendam lenguhannya, sekaligus meninggalkan jejak kemerahan yang benar – benar membentuk satu bekas percintaan; sayang darinya.Napas Harger menggebu. Demikian hal yang sama ditunjukkan sang hakim. Tubuh mereka seolah telah disiram begitu banyak oleh air. Titik embun meleleh, membuat keduanya sama – sama licin. Sangat basah melebihi saat melakukan beberapa putaran di taman.Harger akhirnya mengangkat wajah untuk meraup pasokan uda
Read more
Dokumentasi
Selama berjam – jam berada di antara momen indah di Paris. Rasanya Harger tak akan pernah melupakan semua yang telah dilakukan bersama sang hakim di sini. Dia menatap lurus – lurus ke arah Menara Eiffel dengan kedua lengan terlipat di pagar balkon. Keheningan berselimut di antara embusan angin di langit malam; begitu sayup. Sulur – sulur nada itu terasa membelai kulit di pipinya.Sesekali Harger akan menatap ke layar ponsel. Menunggu sang hakim kembali dari luar setelah pria itu berpamitan pergi. Mereka baru saja menyelesaikan makan malam bersama. Tidak tahu apa yang akan sang hakim lakukan, atau berangkali urusan yang ntah seperti apa pentingnya; Harger belum sempat bertanya. Tetapi berusaha mengerti saat sang hakim terlihat diburu oleh sesuatu.Senyum Harger tipis mengamati tampilan baru dari ponsel di tangannya. Foto yang diambil beberapa saat lalu sudah berkamuflase sebagai tampilan yang cantik di layar kunci maupun wallpaper utuh.Kendati, Harger sedikit merasa bahwa dia perlu me
Read more
Bicara Berdua
Saling mendekap di atas ranjang menjadi satu kebutuhan paling penting yang Harger anggap adalah peristiwa menyenangkan. Dia meletakkan lengan di dada liat sang hakim, kemudian dagu untuk bersangga di sana. Sambil menatap iris gelap yang sembunyi – sembunyi di bawah bulu mata hitam dan panjang, Harger mendadak menyimpan satu keinginan menunjukkan sesuatu kepada sang hakim. Sesuatu yang baru saja dia dapat. Akan sangat disayangkan jika tak berbagi bersama suaminya. Ini mungkin akan melibatkan nama Howard, tetapi dia merasa; berusaha mencoba bukanlah hal buruk.“Kau ingin lihat video pernikahan kita?” tanya Harger nyaris mendengar suaranya seperti sedang berbisik. Kernyitan sang hakim sangat dalam menanggapi satu pernyataan yang dimulai tanpa basa – basi.Jari tangan Harger cekatan mengulik ponsel di tangan. Tidak perlu menunggu sampai sang hakim menyetujui, dia langsung memperlihatkan sebuah rekaman berdurasi lumayan singkat dengan begitu fokus menangkap ekspresi wajah sang hakim.Pria
Read more
Pertandingan Bisball
Teriakan para penonton riuh menumpas satu gerakan serius dari seorang pemain bisball yang memukul bola. Suara benturan keras merambat nyaring di udara. Harger terus mengamati si pemukul yang berusaha mencetak angka; berlari cepat ke arah base; menyentuh semua base secara berurutan untuk kembali ke home plate.Nyaris.Semua upaya itu nyaris berhasil digagalkan, tetapi tekad yang dimiliki sang pemain telah membawanya pada permainan yang sulit dikalahkan. Harger merasa puas ketika dia sengaja melirik sang hakim. Mereka berdua memilih dua tim berbeda. Wajah sang hakim begitu datar mendapati ... baru saja tim yang Harger jagokan telah mencetak angka.Ini permainan yang rumit. Harger membayangkan bagaimana jika dia yang sedang bertanding, menjadi pelempar maupun pemukul bola, atau saat dia harus berlari di lapangan yang berbentuk bujur sangkar. Mungkin akan membutuhkan begitu banyak butir – butir keringat bermunculan di keningnya.“Ingat, Yang Mulia ... jika tim pilihan-mu kalah. Kau harus
Read more
Maskeran
“Jangan banyak gerak, Yang Mulia! Aku tidak bisa fokus.”Harger berdecak beberapa kali menghadapi gerakan samar – samar yang dilakukan sang hakim. Setelah melewati pertimbangan absolut; dia yakin tidak apa – apa memanggil suaminya dengan sebutan terhormat itu. Mereka sedang berdua di kamar; sang hakim duduk mengenyakkan punggung di bawah kaki ranjang dengan wajah menengadah tinggi, menuruti semua perintah yang keluar dari bibir Harger. Sementara posisi Harger persis duduk membiarkan tubuh sang hakim terapit di antara kakinya.Kegiatan mereka kali ini nyaris hanya dilakukan sepihak. Sesaat lalu memang sulit memaksa sang hakim melakukan perawatan wajah. Akan tetapi Harger tak gentar. Dia telah bicara panjang; menyatakan semua perlengkapan yang dibeli di pusat pembelanjaan adalah selalu dengan satu tujuan utuh.Bubuk masker yang diambil dari salah satu rak hasilnya sudah terlumat menjadi adonan siap pakai. Dengan kuas di tangan, Harger berusaha memoles setiap bagian di wajah sang hakim,
Read more
Persiapan
Beberapa kali kelopak mata Harger mengerjap saat sayup – sayup mendapati suara yang begitu familiar. Dia mengusap wajah pelan. Mencoba mencari bunyi gemerisik; keripik yang terpecah – pecah di rongga mulut seseorang.Harger sedikit tersentak saat tiba – tiba menemukan sang hakim sedang duduk tenang di pinggir ranjang. Ujung telunjuk dan ibu jari pria itu begitu santai meronggoh ke dalam plastik cemilan, lalu memasukkan sesuatu yang terapit di sana untuk dimakan. Semacam sebuah pemandangan manis, tetapi di waktu bersamaan membuat sesuatu dalam diri Harger mendesak cepat.“Kau makan cemilanku lagi?” tanyanya diliputi suara mengantuk. Harger kembali memejam, kemudian mengatur posisi duduk dengan bahu merosot malas. Dugaannya salah; dia pikir Deu akan sulit dimintai bangun. Namun, sekarang justru pria itu berpenampilan luar biasa rapi. Sisiran rambut ke belakang menambah kesan matang dan menantang.Harger mendesah sebentar. Tanpa bisa mencegah tindakan sendiri, secara naluri dia memiringk
Read more
Sampai di Italia
Akhirnya ... setelah perjalanan jauh, Harger bisa menginjakkan kaki di rumah hutan bersama sang hakim. Udara menyenangkan menyerbu ke dalam ruangan ketika kaca jendela dibuka, rasanya benar – benar memberi pengaruh paling melegakan.Harger segera menjatuhkan diri di atas sofa. Mengatur posisi tubuh tidur menyamping sambil – sambil memeluk bantal yang terasa lembut; salah satu dijadikan sebagai penyangga kepala. Tanpa menatap ke arah sang hakim, dia memejam, membiarkan pria itu berjalan membawa tas berisi pakaian ganti mereka. Beberapa saat, sayup – sayup Harger mendapati langkah kaki seseorang mendekat, hanya sebentar saja, kemudian sulur – sulur suara itu menjauh. Dia lebih yakin jika hal yang dilakukan sang hakim adalah berjalan ke arah dapur. Sisa cemilan dari Paris, yang Harger pikir telah sang hakim habiskan, justru ternyata Deu membeli lebih banyak. Menyimpan secara khusus ke dalam tas belanjaan lainnya. Sekarang mungkin, tengah pria itu susun ke dalam ruang kosong dari rak – r
Read more
Rayuan
Gara – gara tindakan di atas sofa dan Harger yang menghindar sepanjang hari setelah berhasil melarikan diri ke kamar. Mendadak situasi terasa sangat buruk. Sang hakim benar – benar terlihat akan memburunya. Detil dari iris gelap itu tidak pernah meninggalkan Harger. Termasuk saat dia sedang mencuci piring. Makan malam selesai.Besok pagi mereka sepakat melanjutkan kegiatan tertunda. Mungkin pergi membeli cincin lebih dulu, kemudian sama – sama mengecat kamar, ataupun sebaliknya. Harger tidak masalah, asal apa pun yang akan mereka butuhkan segera terpenuhi.Hanya saat ini ....Dia merasa ingin lari secepatnya. Membiarkan tangan bergerak cepat menyusun piring – piring basah ke atas rak. Bunyi gemerisik dari benturan keramik nyata – nyata memberi Harger peringatan. Dia sesekali berpaling, dan menemukan sang hakim masih mengintainya bagai predator sedang menunggu mangsa-nya lengah.Harger segera mendengkus kasar.“Tidak bisakah kau berhenti menatapku seperti itu, Deu?” Dia bertanya tida
Read more
Membara
“Mengapa kau senang sekali menggodaku, Mrs. Keroppi?” Bisikan serak menyusup ke dalam naluri Harger. Dia merasa geli, bahkan saat sang hakim membiarkan telapak tangan yang kasar mengusap bagian dalam kakinya. Harger hampir menutup diri, tetapi kemudian tangan sang hakim yang lainnya mencari kesempatan meremas dada yang hanya terbalut kain berbahan jaring.”Siapa yang menggoda-mu? Aku tidak merasa seperti itu.”Harger mulai gelisah saat ujung telunjuk sang hakim memancing puncak dada-nya dengan tentatif. Dia tak mau pria dewasa ini sanggup meluluhkan pertahanan yang telah dibangun. Sang hakim ingin mendapatkan dirinya, maka perlu usaha tidak main – main.Lewat tindakan menepis masing – masing tangan sang hskim. Harger cekatan mencari drama yang pas untuk ditonton bersama. Beberapa platform terhubung dengan saluran tv, dia memilih dengan serius, tetapi akan mengabaikan genre horror seperti kata – kata sang hakim.“Judul yang tadi bagus, Mrs. Keroppi. Kita bisa menontonnya,” ucap sang ha
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status