Semua Bab Terjerat Gairah Tuan Hakim: Bab 151 - Bab 160
269 Bab
Lasagna
Panjang jika ingin menceritakan bagian tersembunyi dari kegiatan semalam. Harger merasakan tubuhnya begitu kaku dan pegal saat kali pertama membuka mata. Dia memalingkan wajah, menatap sang hakim masih tertidur lelap. Tampan. Biarkan saja seperti itu. Harger berusaha bangun. Merenggut selimut lebih tinggi untuk menutup tubuh telanjangnya. Dia segera bangun, membuat kain tebal di bagian sang hakim terseret ikut bersamanya. Harger ingat, semalam, selesai melanjutkan aktivitas panjang di atas ranjang, pria itu pergi ke dapur dengan mengenakan celana kain panjang yang saat ini utuh melekat di sana. Memang sang hakim mengaku sangat lapar, sementara Harger sudah tak memikirkan apa pun selain tidur. Sekarang dia terbangun lebih dulu. Bersiap ke kamar mandi untuk kemudian menyiapkan segala kebutuhan. Apa pun itu. Dan di sini Harger berakhir. Di dapur sambil – sambil mengulir layar ponsel; mencari resep masakan khas Italia, hingga ketertarikannya tertuju pada satu gambar menggiurkan.Lasagn
Baca selengkapnya
Pergi Membeli
Panjang jika ingin menceritakan bagian tersembunyi dari kegiatan semalam. Harger merasakan tubuhnya begitu kaku dan pegal saat kali pertama membuka mata. Dia memalingkan wajah, menatap sang hakim masih tertidur lelap. Tampan. Biarkan saja seperti itu. Harger berusaha bangun. Merenggut selimut lebih tinggi untuk menutup tubuh telanjangnya. Dia segera bangun, membuat kain tebal di bagian sang hakim terseret ikut bersamanya. Harger ingat, semalam, selesai melanjutkan aktivitas panjang di atas ranjang, pria itu pergi ke dapur dengan mengenakan celana kain panjang yang saat ini utuh melekat di sana. Memang sang hakim mengaku sangat lapar, sementara Harger sudah tak memikirkan apa pun selain tidur. Sekarang dia terbangun lebih dulu. Bersiap ke kamar mandi untuk kemudian menyiapkan segala kebutuhan. Apa pun itu. Dan di sini Harger berakhir. Di dapur sambil – sambil mengulir layar ponsel; mencari resep masakan khas Italia, hingga ketertarikannya tertuju pada satu gambar menggiurkan.Lasagn
Baca selengkapnya
Pergi Membeli
Akan tetapi, secara ajaib Harger mengambil keputusan lainnya. Dia memutuskan untuk memberitahu sang hakim keinginan memberi cincin dengan mendadak. Pria itu jelas tidak merasa keberatan. Menuruti semua rentetan kebutuhan mereka lewat sikap yang tenang. Mobil berhenti di area parkir. Harger menunggu sang hakim keluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya. Di hadapan mereka sebuah toko perhiasan besar sedang menjulang tinggi. Rasa gugup tiba – tiba menyergap ke dalam diri Harger. Dia menatap sang hakim ragu. Senyum pria itu menyakinkan. Begitu lembut menuntun Harger melangkahkan kaki menapak satu demi satu undakan tangga. Petugas keamanan menyambut dengan hangat, sementara Harger masih berpegangan erat di lengan sang hakim. Demi apa pun, dia tak pernah berada di tempat seperti ini. Terlalu mentereng, sangat jauh di atas pekerjaan yang dia geluti nyaris selama ini. Harger bertanya – tanya, bagaimana mungkin seorang pencuri dengan jasa sewaan, akan memutuskan untuk mengenakan cincin
Baca selengkapnya
Cincin Pengganti
Sayangnya masih di sini, di dalam mobil tanpa sang hakim pernah berniat menyalakan mesin. Harger menatap Deu bingung. Gerakan tangan itu pasti membuka kotak perhiasan. Siraman cahaya yang menembus dari kaca membuat kilauan permata menunjukkan kecantikannya. Sebelah tangan sang hakim kemudian mengeluarkan cincin yang masih direkat menjadi satu, lalu dipisah ketika pria itu menyerahkan satu bagian kepadanya. Harger segera menatap cincin keroppi di jari manis dengan ragu. Dia harus memakai ke mana cincin yang ini, sementara cincin yang lain akan menggantikan tempatnya? Harger yakin cincin keroppi hanya muat di jari manis kiri. Sisanya mungkin akan terasa ganjil, atau jika dia ingin mencoba; kelingking kanan mungkin sedikit kekecilan—longgar—risiko daripada itu dia akan kehilangan.“Berikan tanganmu, Mrs. Keroppi.” Harger mengerjap. Gugup sekali mengulurkan lengan di hadapan suaminya, setelah membuka cincin keroppi diliputi perasaan absurd. Jantung Harger mendadak menimbulkan percikan m
Baca selengkapnya
Cat Rumah
Setelah pulang. Mengganti pakaian dengan kain lebih bebas, terbuka; tanpa lengan, dan celana pendek separuh paha. Akhirnya Harger melangkahkan kaki tanpa suara untuk mengetahui sudah sejauh mana pekerjaan sang hakim. Harger berhenti di depan pintu. Terpaku sekaligus terpesona dengan tubuh liat suaminya. Sang hakim bertelanjang dada sedang serius mengecat langit – langit kamar yang sudah diamplas terdahulu. Pria itu memilih abu muda di bagian atas, sementara nanti, dinding – dinding kamar akan diberlakukan warna abu tua. Dua paduan warna bertingkat yang terkesan misterius.“Butuh bantuan, Yang Mulia?”Mula – mula sang hakim tidak menanggapi. Harger masih menunggu. Sabar sekali berdiri jauh di bawah Deu mengingat pria itu menjulang tinggi di atas meja.Harger mengembuskan napas pelan. Ketika wajah sang hakim menunduk. Keterdiaman lama membuat keningnya mengernyit. Sesuatu yang salah. Tidak benar. Persis dengan kebutuhan yang tumpul melawan satu golakan serius.Harger mulai menyadari ha
Baca selengkapnya
Minum-Cium
Suara air memercik deras. Sudah berulang kali ujung jemari Harger, terbungkus dengan kain lembut, menggosok bagian wajah yang tercoreng. Harusnya dia tak lupa kalau sang hakim bukan tipikal pria yang akan meledak – ledak, tetapi lebih sering membalas dengan tindakan nyata.Ntah cat seperti apa yang Deu gunakan. Kesalahan pasti membuat Harger menyayangkan kebutuhan untuk menghilang bekas noda di wajah nyaris mendekati sulit. Dia sudah memerah. Namun, warna keabuan itu masih, setidaknya meninggalkan bekas samar – samar yang tak akan segera hilang dengan usaha keras sekalipun.Harger mengembuskan napas kasar memikirkan dia telah menyerah. Iris cokelat kekuningan itu mematut diri di depan cermin. Tidak terlalu buruk jika harus mengingat cat yang melebur di tubuh sang hakim. Barangkali pria itu bisa coba – coba menjadi manusia berwarna dengan menyelam ke dalam limpasan cat. Harger mendengkus. Seandainya itu bisa dia lakukan. Tetapi dia tahu tidak akan ada kemenangan untuk itu.Satu lengan
Baca selengkapnya
Ancaman
Akhirnya kebutuhan merenovasi kamar selesai. Sementara Deu pergi membereskan perangkat mengecat yang mereka gunakan. Harger lebih memilih mengamati setiap detil bagian – bagian dari keputusan untuk berbagi ide antara dia dan sang hakim yang kemudian, sekarang, memberi kesan memuaskan di satu kamar ini. Harger akui, beberapa hal memiliki nilai kontras. Beberapa lainnya nyaris begitu sepakat menunjukkan keindahan mereka. Dia sedang memeluk boneka pemberian sang hakim; keroppi yang empuk ketika didekap erat – erat. Lalu segera melangkahkan kaki ke arah ranjang, meletakkan satu boneka itu di tengah – tengah, terapit oleh dua bantal.Rasanya cukup melelahkan. Harger menjatuhkan tubuh sesaat dengan kedua kaki menjuntai di atas lantai. Warna abu gelap di langit – langit kamar menciptakan sesuatu di benaknya. Dia menatap lamat, tetapi tidak memikirkan sesuatu yang terlalu buruk. Pemikiran Harger hanya terompak kalau – kalau ini terlalu misterius. Mungkin memang itu yang disuka
Baca selengkapnya
Perhatian
“Ada yang ingin kau katakan?”Harger menghentikan kegiatan menggosok sesaat. Air di bath-up telah terisi seperempat penuh. Sang hakim duduk, menuruti setiap kata – kata-nya. Busa – busa sabun perlahan merambat turun. Harger tahu sikap yang mendadak diam; salah satu bagian yang membuat sang hakim bertanya.“Sebenarnya aku sedang memikirkan sesuatu.”Akhirnya Harger memutuskan untuk bicara. Dia tidak peduli akan basah. Segera mengambil tindakan masuk ke dalam bak yang sama dengan masih berpakaian utuh. Kaki Harger terlipat, bersimpuh menyesuaikan porsi tubuh mereka. Dia memeluk leher sang hakim dari belakang, membiarkan wajahnya menembus di garis bahu pria itu. Ini akan disebut percapaian bagus apabila Harger bisa membujuk sang hakim tanpa mengatakan kebenaran kepada suaminya.Napas pria itu begitu tenang.“Aku ingin ....” Sementara Harger dapat merasakan debaran di dada berdebur begitu keras.“Apa?” Suara berat sang hakim sarat rasa ingin tahu. Harger menipiskan bibir, berusaha mengat
Baca selengkapnya
Sepakat
Pengiriman selesai. Harger menatap ponselnya lamat. Sebagai ganti, dia harus memesan produk perawatan wajah untuk menghindari kecurigaan sang hakim yang pekat. Harger menduga kalau – kalau pria itu akan bertanya nanti. Dia hanya mencoba membuat semua terlihat baik – baik saja. Kirimannya akan segera sampai setelah beberapa hari ke depan. Harger akan menunggu di depan, di gerbang pembatas hutan. Semalam dia sudah bertanya apakah sang hakim akan keberatan, tetapi pria itu telah memberi Harger sebuah jawaban pasti.Sekarang adalah waktu untuk mencari keberadaan Deu. Paling mungkin adalah halaman belakang. Bunyi tembakan menggelegar sudah memberitahu. Langkah Harger tentatif melewati beberapa ruangan. Masuk ke dapur dan menembus ke taman.Bahu sang hakim terlihat sang liat. Harger menutup kedua kupingnya ketika dia mengambil langkah mendekat. Harusnya satu keinginan yang disepakati di Paris tidak terlupakan; berlatih bela diri. Sekarang Harger tidak akan meninggalkan niat untuk mendesak s
Baca selengkapnya
Latihan
Bugh!Hantaman renyah membuat Harger meringis dengan mata terpejam. Dia baru saja ingin mengunci gerakan sang hakim, tetapi pria itu lebih dulu membanting tubuhnya ke atas matras. Sulur – sulur di hadapan Harger, langit terlihat begitu buram. Panas. Dia diliputi keringat deras. Mencoba mengerahkan tenaga yang telah terkuras. Rasanya otot kaki Harger bergetar ketika dia mengambil kuda – kuda. Setidaknya sedikit, Harger memahami cara perlawanan diri. Sekarang dia mungkin bisa menendang bagian dada sang hakim, atau lewat niat yang buruk melumpuhkan kaki dengan mematahkan tungkai. Itu terdengar seperti bisikan jahat. Harger ingin sekali menertawakan pemikirannya yang konyol. Satu kakinya berjuang menekan posisi sang hakim. Namun, itulah bagian yang menggelikan. Harger bahkan tidak ada apa – apanya dibanding sang hakim yang sedang berkeringat seksi.“Lakukan lebih keras, Pemula!”Kata – kata sang hakim sarat nada persuasif. Harger memutar mata malas. “Jangan panggil aku pemula!” protesnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status