All Chapters of Terjerat Gairah Tuan Hakim: Chapter 161 - Chapter 170
269 Chapters
Menjamah
“Pelan – pelan, Deu.”Harger merasa geli mendapati rambut di rahang sang hakim bergesek di kulit lehernya. Gerakan pria itu tentatif menyesap titik yang berdenyut di sana. “Deu ....”Harger mendengar suaranya nyaris mendesah ketika kedua tangan sang hakim menggenggam lembut gumpalan dada yang menantang. Kain – kain di tubuh Harger telah dilucuti. Bra putih berenda miliknya telah teronggok di atas mamer dingin. Semua karena perbuatan sang hakim. Dan pria itu tidak akan berhenti. Mulai menjatuhkan mulut mengecup inci demi inci tubuh Harger.Rasanya menyenangkan. Harger menggeliat saat bibir sang hakim terbuka untuk melilitkan lidah di puncak dadanya. Sementara satu tangan pria itu memberi remasan ringan, dan yang lainnya menekan pergelangan Harger bertaut di puncak kepala. Kaki Harger bergerak gelisah. Sensasi ingin meledak nyaris tak bisa dia cegah saat menghadapi penghakiman Deu di atas ranjang. Sang hakim begitu tahu bagian – bagian paling sensitif di tubuhnya, membuat Harger bergo
Read more
Paket
“Deu, kau di mana? Paket perawatan-ku sudah sampai. Aku akan mengambilnya sebentar.”Harger berteriak lantang. Suaranya menggelegar memenuhi seisi rumah. Dia tidak melihat Deu sejak sesi latihan berakhir tiga jam sebelumnya. Perlu digarisbawahi bahwa waktu berjalan nyaris tidak terasa. Sudah tiga hari berlalu dan Harger baru saja mendapat notifikasi pesan.Kurir akan mengantar sampai di depan gerbang. Dia perlu menunggu, tetapi ingin memastikan keberadaan sang hakim sebentar.“Deu ....”Sekali lagi Harger bersuara. Samar – samar dia mendengar langkah kaki seseorang berusaha mendekat. Tiba – tiba pintu di samping kamar mereka terbuka. Wajah sang hakim melonggok keluar. Beberapa saat akhirnya pintu terbuka lebar. Harger bisa melihat jelas bagaimana pria itu bertelanjang dada dengan satu tangan memegang buku tebal. Rupanya sedang membaca. Mungkin buku mengenai hukum. Harger tak begitu tahu.“Kurir sudah sampai?” tanya sang hakim ringan. Secara tidak langsung Harger melirik ke layar ponse
Read more
Satu Minggu
Satu minggu berjalan. Harger tidak merasa menyesal telah membeli paket perawatan. Dia senang, wajahnya terasa lebih ringan, dan yang paling penting. Semua yang berjalan di benaknya berjalan baik – baik saja. Ntah Harger maupun sang hakim sama sekali tidak membahas 8000 pound yang hilang di tangan Rob. Sampai detik ini sang hakim tidak pernah tahu. Sesekali Harger mungkin akan merasa bersalah telah mengatakan banyak kebohongan. Tanpa sengaja sering kali Deu terlihat lelah. Bagian paling tidak Harger suka saat pria itu akan tidur sepanjang hari; efek samping obat yang dibawa dari Amerika. Dia bersyukur kalau – kalau kemarin sore merupakan pil terakhir. Bahkan sang hakim tidak mengeluh lagi tentang sakit di kepala.Harger tersenyum tipis. Sudah pagi. Si tukang tidur, masih saja tidur. Harger tidak akan membangunkannya. Dia hanya mengulurkan tangan dengan hati – hati saat ponsel di atas nakas bergetar. Daisy terduga menghubunginya. Wanita tua itu mungkin sedang merindukan sang hakim.
Read more
Ancaman Lainnya
Lima menit pertama yang Harger miliki terkuras oleh kebutuhan mencari resep sarapan pagi khas orang Italia. Sebuah risiko yang harus dia hadapi nyaris setiap hari. Harger harus mencocokkan bahan mentah di dapur sebelum dia bisa memilih resep mana yang sekira-nya terdengar mudah dikerjakan. Ibu jarinya masih menggeser layar ponsel dengan tentatif. Hanya ada dua pilihan yang menurutnya akan sang hakim suka. Harger beranjak ke arah kulkas. Mencari – cari bahan mentah tersusun lengkap, salah satunya mendapati tuna segar dalam wadah bening. Dia semakin yakin akan coba membuat panini, roti lapis italia. Akan tetapi sebelum itu. Dia juga harus memastikan bahan utama, apakah masih tersisa stok roti di rak terbawah. Kabar baiknya Harger bisa langsung mengeksekusi semua bahan. Dia mengeluarkan satu demi satu dan membawa apa saja yang perlu diiris ke meja bar. Pisau sudah di tangan, dan seharusnya tidak meninggalkan kesempatan mengiris tomat terlebih dahulu. Pekerjaan Harger sudah separuh j
Read more
Jalan Keluar
Tanpa banyak bicara tiba – tiba tangan sang hakim mengangkut tubuh Harger, dan membiarkan Harger duduk di meja bar, sementara pria itu memilih posisi nyaris sama seperti sebelumnya. Menjulang tinggi; mereka saling berhadap - hadapan.“Sekarang katakan apa yang kau sembunyikan dariku?”Kali pertama bicara setelah bersikap aneh. Harger mendengar suara sang hakim seperti menuntutnya, ntah untuk alasan seperti apa. Dia belum sepenuhnya mengerti.“Maksudmu?”Suara Harger tercekat. Dia berusaha meneliti wajah sang hakim, tetapi pria itu cenderung menyembunyikan dengan nyaris menunduk.“Aku mendapat laporan untuk transaksi besar kedua kalinya dalam bulan ini di rekening yang kuberikan padamu.”Pria itu mulai melanjutkan.“Yang pertama anggap kau sudah meminta izinku.”Sesaat sang hakim berhenti sejenak. Iris gelap itu akhirnya menatap ke dalam diri Harger. Secara tidak langsung memancingnya merasakan ketegangan yang begitu besar.“5000 pound, Harger. Kau melakukan transaksi internasional kur
Read more
Chires
Untuk bertemu Chires, Harger dan sang hakim perlu melakukan perjalanan ke Skotlandia. Chires tinggal di sebuah kota terpencil, bukan di Edinburgh, sehingga mereka harus mempertimbangkan beberapa hal lainnya. Harger mungkin ingin bertemu Charlene, Demini, dan anak – anak panti asuhan. Terutama dia sudah sangat merindukan Sofia. Sayang sekali ini menjadi perjalanan penting. Waktu mereka tidak begitu banyak. Rob bisa saja kembali meminta uang di saat - saat tak terduga. Lagipula masa cuti sang hakim akan segera berakhir. Itu akan terlalu menyibukkan bagi suaminya.“Jadi di sini temanmu tinggal?” tanya sang hakim masih dengan menggenggam erat jari – jari tangan Harger yang mendadak mungil jika saling bertaut.Harger mengangguk pelan. Menuntun suaminya berjalan lebih cepat setelah masuk ke sebuah perkarangan. Mereka tak langsung menuju pintu depan, tetapi menyingkir ke sisi samping di mana ruang gudang sedang terbuka.Di sana Chires mengerjakan pekerjaannya sebagai seorang seniman ukir. Pa
Read more
Ingin Tahu
Langkah Harger tentatif menuju satu titik di mana sang hakim duduk di sana. Menatap sebuah padang dengan rumput tua menguning. Kedua kaki pria itu menekuk, sementara lengannya menyangga di atas lutut. Deu seperti sedang memikirkan sesuatu; sorot mata yang begitu lurus masih belum meninggalkan beberapa puncak tanaman liar yang tersapu embusan angin.“Apa yang kau lihat, Yang Mulia?” tanya Harger berbisik pelan. Dia tahu tetapi pura – pura untuk memulai percakapan.Sang hakim berpaling ke arahnya. Tersenyum tipis meski tidak langsung menanggapi dengan jawaban.“Batu itu sudah dikerjakan?”“Sudah.”Harger masih memandangi wajah sang hakim. Iris gelap itu menangkap matanya, begitu lekat. Sesekali akan menyipit samar untuk membuat Harger salah tingkah.“Jangan melihatku seperti itu.”Satu tangan Harger mendorong wajah suaminya. Pria itu terkekeh ringan, tidak berusaha menentang, tetapi tidak pula membiarkan jarak antara mereka tersulut. Posisi seperti ini; dengan tangan sang hakim menarik H
Read more
Menjemput
Untunglah masalah Chires hanya sesaat berlalu. Harger mengamati bahu sang hakim. Mereka baru tiba di motel setelah berjalan kaki beberapa meter dari rumah Chires. Tas di punggung sang hakim baru saja diletakkan di sekitar meja. Harger segera mendekat ketika pria itu merenggut kaos polos dengan cara dan kebiasaan yang selalu sama. Sang hakim terlihat akan tidur sebelum Harger tiba – tiba mengajukan pertanyaan.“Kau lelah, Yang Mulia?”Karena setahunya, Deu harus memapah batu berlian yang berat, kemudian di tengah jalan pria itu memberi Harger tawaran untuk memanjat ke tubuhnya. Harger tentu tidak menolak.“Kalau kau lelah ... aku mungkin bisa memijat tubuhmu.”Niat sang hakim sesaat urung. Pria itu terlihat berpikir, kemudian mengangguk.“Pijat yang enak, bisa?” tanya sang hakim skeptis. “Sampai membuatmu mendesah pun aku bisa.”Harger terkikik samar. Samar – samar pula membiarkan ranjang berderak saat dia merangkak naik ke atas ranjang. Menunggu sang hakim menelungkup dan dia mulai d
Read more
Jadi Mau
Sayup – sayup bunyi gemerincing menembus di pendengaran Harger. Kelopak matanya terbuka, perlahan mencoba mengenali situasi yang hening sebelum dia jatuh tertidur. Setelah pandangannya terasa sangat – sangat familiar. Harger pelan – pelan bergeser bangun. Secara mengejutkan dia merasakan jantungnya berdetak keras.Di mana Sofia?Tidak ada siapa pun di kamar. Mendadak Harger tidak dapat memikirkan hal lain. Dia takut Sofia diambil atau barangkali merangkak sendiri ke antah berantah. Harger membeku sesaat. Sambil mencoba mendapati informasi penting di benaknya. Dia memaksakan kaki melangkah terburu ke kamar mandi.Nihil.Harger mulai bertanya – tanya apakah saat dia tidur, benar sama sekali tidak merasakan apa pun? Apakah saat sang hakim pergi, itu menjadi kesempatan bagi orang lain berjalan masuk?Harger tak yakin sang hakim kembali, tetapi pria itu tidak menunjukkan sesuatu yang berarti di sini. Dengan tangan gemetar Harger merenggut ponsel di atas ranjang. Dia sudah berniat menghubun
Read more
Bersama
Harger langsung menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Sang hakim baru saja keluar dari ruang lembab itu setelah menunggu giliran antara dia dan Sofia yang telah selesai berpakaian. Semerbak aroma bayi dan maskulinitas milik seorang pria menyeruak ke seluruh ruangan. Wangi bedak dan telon paling mencolok, menjadi satu kesatuan yang menyenangkan. Harger menyukainya, tetapi dia tak menolak jika harus mengamati setiap detil air yang menetes pelan – pelan melewati kulit punggung sang hakim.Rambut pria itu basah. Handuk putih yang melilit di pinggul pun terlihat basah. Sebuah kebiasaan. Tak heran. Harger tak akan mengomentari apa pun. Dia segera membawa Sofia menatap keluar jendela. Terus mengintip suaminya berpakaian, itu tidak bagus untuk Sofia. Biarkan gadis kecil dalam dekapannya meraba – raba kaca hotel sambil bergumam sesekali.Setelah mengirim pesan kepada Charlene. Harger akhirnya mendapatkan izin supaya Sofia tinggal satu malam lebih lama di sini. Besok pagi dia dan sang hakim a
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status