All Chapters of Menjadi Istri Kedua CEO: Chapter 51 - Chapter 60
127 Chapters
51
Setiap manusia, tidak ada yang benar-benar tahu perihal kisah hidupnya seperti apa atau akan menjadi apa. Sebagai manusia, kita hanya bisa merencanakan hal baik untuk masa depan, melangitkan doa-doa baik yang tak berkesudahan namun satu yang harus selalu diingat jika rencana yang indah yang telah kita persiapkan masih ada skenario Tuhan sebagai hasil akhirnya. Bukan artinya tidak dikabulkan jika melenceng dari harapan tapi percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.Contoh kecilnya saja hubungan Kinar dengan Banyu di masa lalu. Menyangka tidak jika Kinar pernah berpikir jika Banyu adalah pilihan dari Tuhan yang paling terbaik untuk dirinya? Kinar pernah sebodoh itu. Merasa dicintai dan mencintai, merasa ditemukan dan menemukan. Harapan Kinar terlalu tinggi sehingga Tuhan hanya melihatnya sejenak sebelum berakhir dengan sia-sia. Waktu yang Kinar jalani bersama Banyu lebur seketika bersamaan dengan bubarnya hubungan mereka. Kenyataan yang tidak berjalan mulus, rencana hanya tinggal renc
Read more
52
Martabak manis dan kopi hitam pahit memang perpaduan yang tepat. Walau baru beberapa jam menjadi istri Anan, Kinar tahu selera suaminya itu. Walau rasa lelah mendera tak berkesudahan di acara resepsi pernikahan sederhana keduanya, tetap saja tamu yang datang melebihi dari ekspektasi.Bagaimana perasaan Kinar? Malu, tentu saja tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah keputusan yang Kinar ambil. Malu mau pun tidak, Kinar harus menemui semua tamu yang hadir guna memberinya selamat.“Dari siang belum makan?” tanya Anan dengan nada yang cukup terkejut, maksudnya khawatir. Lantaran rasa canggung masih menyelimuti, Anan tidak tahu bagaimana cara bereaksi yang baik. “Kenapa diam saja? Kamu harusnya bilang biar bisa aku ambilkan. Kamu lupa kalau punya magh akut?”“Lebay, deh!” cibir Kinar dengan suara merendah. Melirik sekilas ke sisi kirinya di mana Anan tengah mencemberutkan wajahnya. “Kant ahu sendiri keadaan tamu bagaimana. Lucu kalau tiba-tiba ditinggal makan.”“Itu wajar. Kamu manusia dan buka
Read more
53
Pagi itu, Zahra di buat terkejut dengan informasi yang di bawa oleh asistennya. Ada masalah di kantor cabang meski tidak terlalu serius. Namun cukup membuat Zahra tertegun sejenak karena ini rasanya tumben sekali.“Apa ada sesuatu yang membuatnya bocor dan pihak klien mengetahui kelemahan kita?” tanya Zahra seraya mempelajari dokumen yang bermasalah itu. Tidak ada yang mecurigakan sejauh ini tapi bagaimana bisa, ya?“Saya rasa ada yang tidak beres, Bu. Akan saya selidiki lebih dalam lagi. Sementara hanya dugaan kecil dengan adanya penyusup ke dalam kantor kita.”“Kamu yang kecolongan atau tim manajemen yang bekerja tidak becus? Hal sekecil ini, saya rasa sudah menjadi bagian dari tanggung jawab kamu. Menyeleksi calon karyawan yang akan bergabung dengan kita dan tidak setahun dua tahun kamu membantu keluarga saya.”Pria itu menunduk dalam dengan gumaman maaf. Pertama kalinya selama bekerja di bawah keluarga Zahra, ini adalah kemarahan Zahra yang cukup mengejutkan. Purba, nama sang asis
Read more
54
Di hari kedua pernikahan Anan dan Kinar kehebohan terjadi. Bukan berasal dari kedua pasangan pengantin anyar tersebut melainkan Mama mertua Kinar. Anan sudahlah biasa dengan tingkah unik Mamanya, tapi Kinar? Istrinya itu pasti terkejut dan menilai jika Mama mertuanya seorang pelawak.“Ini reno,” ucapnya memperkenalkan seorang bocah laki-laki berusia sekitar empat atau lima tahun. Rambutnya yang kribo dan sedikit gondrong kontras dengan wajahnya yang kecil nan imut. “Anak dari sepupu Anan. Orang tuanya meninggal.”“Jadi maksud Mama apa?” Anan yang bertanya dengan wajah menahan kantuk. Masih terlalu pagi, pukul setengah enam di saat matahari belum memanasi bumi pasundan dan Mamanya sudah serapi ini. Tak lama Ana tersadar dengan niat Mamanya membawa Reno ke sini. “Jangan bilang Mama ingin—““Benar.” Memotong secepat kilat tebakan yang akan Anan ucapkan hingga Kinar menoleh dengan mata berkedip dan ekspresi wajahnya lucu. “Karena kamu dan Kinar sudah menikah dan ingin segera memiliki ana
Read more
55
“Saya tetap terkejut,” kata Kinar yang sore itu bertemu dengan Ivana. Membawa serta Reno yang dibiarkan bermain sendiri dan tetap dalam pengawasannya. “Walaupun kamu sudah memberi tahu semuanya bahkan hingga ke alasan sedetail mungkin dan yang menguatkan menjadi bukti penting kenapa kamu melakukan ini. Kamu tahu, kamu bodoh. Kamu menanggung semuanya seorang diri padahal jelas-jelas ada Anan yang mampu menjadi penopang kamu.”“Apa gunanya kita memiliki pasangan, kita berstatus sebagai suami istri namun tidak ada rasa bahagia di dalamnya? Kamu tahu hambar tapi kamu memaksakan kehendak untuk terus bertahap. Aku menolak menjadi tolol dan membuang-buang waktu lebih lama lagi. Anggap saja memang kita tidak berjodoh. Hanya sekadar … belajar mungkin.”Jawaban Ivana tidak mengejutkan dirungu Kinar. Namun tetap saja membuat wanita berambut hitam legam itu mendengkus. Kekesalannya membumbung seiring penjelasan Ivana yang tidak masuk akal. Alasannya juga konyol dan Kinar masih tidak habis pikir.
Read more
56
Akhir-akhir ini hubungan Banyu dan Zahra sedang tidak baik. Di samping adanya masalah yang membuat Zahra mau tidak mau sibuk di kantor, Banyu lebih banyak berdebat dengan pikirannya sendiri. Lebih kepada rasa sesal yang tiba-tiba muncul tanpa permisi. Pasalnya, melihat Kinar begitu kekeuh untuk membersamai Anan, Banyu was-was tanpa alasan yang jelas.Lebih jelasnya seperti ini. Dulu, saat Kinar mencurahkan segala cintanya untuk Banyu, menyepelekan bagaikan hal lumrah yang Banyu lakukan. Sampai suatu ketika Kinar memilih pergi, yang hadir di dalam dada Banyu malah perasaan tenang dan senang. Kinar Dewi bagaikan beban yang ingin Banyu buang jauh-jauh dari muka bumi. Lalu sekarang sesal yang tidak ada gunanya itu muncul. Sial! Banyu merutuki dirinya sendiri. Pada saat dicintai bukannya menjaga dengan baik malah berbuat sesuka hati.“Ini karma, pasti. Aku yakin ini memang itu namanya. Kenapa harus ada karma, sih?!”Banyu menggerutu dengan rungsing di dalam kamarnya. Malam ini Bandung di g
Read more
57
Setiap paginya—sebelum Kinar dinikahi oleh Anan—segala aktivitasnya selalu berjalan dengan lancar. Tidak ribet dan banyak drama yang harus Kinar lewati. Karena tinggal seorang diri maka mengurus diri sendiri tidaklah rumit. Lalu sekarang, bak dijatuhi gemuruh meteor dari langit, hari-hari Kinar jungkir balik. Terutama di waktu pagi seperti ini. Kinar diembani tanggung jawab baru sebagai seorang istri yang harus sigap dan melayani suami kapan pun tanpa melihat waktu.“Ini masih subuh.” Kinar menggerutu dengan kedua mata masih terpejam. Anan resek sekali mengganggunya yang baru saja terlelap selama satu jam. “Kamu tidak biasanya sarapan.” Karena Anan masih terus merengek dan Kinar benar-benar mengantuk berat. Kepala Kinar pusing akibat kurang tidur.“Ke pasar, ‘kan, tidak jauh, Nar. Ayolah!”Rengekan Anan melebihi Reno. Kesal yang Kinar rasakan naik hingga ke ubun-ubun membuatnya dengan cepat membuka kedua matanya dan duduk. Amarahnya tidak bisa meluap seenak hujan mengguyur Bandung hin
Read more
58
‘Tidak ada yang seperti dia.’Adalah kalimat yang terus terngiang di pendengaran Kinar hingga sesi memasak di dapur apartemennya berlangsung. Anan Pradipta melontarkan kalimat yang cukup menohok dada Kinar. Tidak menaruh rasa bukan berarti bebas dari sebuah perasaan sakit. Memang sialan pria satu itu! Bedebah dan berengsek! Kalau Ivana tidak ada gantinya, kenapa harus bercerai alih-alih mempertahankan. Harusnya mereka berdua tetap bersama dan tidak perlu membuat torehan luka untuk orang lain. Sial!Kinar dan mulutnya yang terkunci namun segala kata-kata kotor berdengung di kepalanya. Hingga penuh dan siap disemburkan ke Anan. Kali ini tidak ada ampun yang ingin Kinar berikan kepada Anan. Kinar juga ingin berlaku demikian tapi meladeni Anan, bukan sesuatu yang penting untuk Kinar lakukan.“Belum matang?”Kinar membanting spatulanya keras-keras. Hingga Reno yang sedang duduk anteng di meja makan seraya memainkan mobil-mobilannya berjengit kaget. Anan membulatkan matanya tidak menyangka
Read more
59
“Siapa?” tanya Kinar penuh penasaran. Kinar bertanya tanpa rasa malu atau akan dicurigai oleh Anan sebagai istri yang pencemburu tepat setelah Anan mematikan sambungan nirkabel itu.“Zahra.”“Secepat itu?” Kinar sudah paham ke mana arahnya dan Anan mengangguk dengan wajah semringah. “Wah, siapa yang sangka jika Zahra bisa berpaling dari Banyu. Memang ya …” Kinar telisik Anan dari ujung rambut hingga kaki lalu berhenti tepat di wajah pria itu.”Pesona duda tiada duanya.”“Heh!” Anan tidak terima dikatai demikian. “Jangan membuat orang lain yang mendengarnya salah paham. Jelas-jelas kita sudah menikah, lupa?” Anan angkat tangan kanannya yang tersemat cincin nikah lalu mengangkat tangan Kanan Kinar yang juga tersemat cincin nikah darinya. “Jangan berani-beraninya merubah status di saat kamu milikku dan aku milikmu!”Kinar meringis menahan rasa sakit. Tangan Anan mencengkeramnya terlalu kuat sehingga Kinar kesulitan untuk memberontak.“Aku bercanda—menggoda lebih tepatnya. Ini juga bagian
Read more
60
Drama rumah tangga itu selalu ada. Dalam sebuah pernikahan, tidak ada jalan yang benar-benar mulus untuk dilalui. Kinar Dewi percaya itu karena pertengkaran, perdebatan dan perselisihan pendapat menjadi suatu nilai plus dalam kelanggengan hubungan.Dalam berumah tangga tidak melulu soal kata ‘I love you’, yang harus diucapkan setiap saat bahkan setiap hari. Ada yang lebih realistis daripada sekadar ucapan. Ada tindakan yang harus dilakukan dan juga ada perut yang wajib diberi makan setiap harinya. Kata ‘I love you’ saja tidak akan membuat kenyang atau memenuhi segala kebutuhan. Hidup itu realistis dan terus berjalan.Itu juga yang sedang Kinar alami saat ini. Sebagai seorang istri, Kinar memiliki peran yang tidak mudah meski terlihat sepele. Setelah menikah dengan Anan dan tahu tabiatnya, Kinar tidak pernah berhenti mendebatkan hal-hal kecil yang berujung terbentuknya interaksi.“Kenapa secepat itu?” Kinar sedang memasak di dapur. Bukan karena Anan yang meminta. Kali ini atas kehendak
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status