All Chapters of Hijrah yang Tak Kau Hargai: Chapter 31 - Chapter 40
58 Chapters
Bab 31 Minta Cerai
Aku tak bisa lagi menahannya. Keyakinanku seakan runtuh menghadapi mas Hakim. Lama-kelamaan aku mulai tak nyaman. Mas Hakim sama sekali tak memikirkanku. Aku laksana debu di matanya. Tak dihiraukan. Ia pulang kerja sore. Setelah itu makan dan istirahat. Kemudian ia tidur. Kadang malamnya ia melanjutkan pekerjaannya. Kemudian tidur kembali. Berulang kali itu dilakukannya. Aku sampai bosan. Sebagai istri, aku tentunya jenuh. Jenuh menghadapi situasi seperti ini. Tak ada yang bisa kulakukan. Saat tak ada kegiatan, aku hanya bisa termenung dalam kamar. Mau menonton tv bersama mertua, aku tak nyaman. Ada mbak Namira disana. Pasti ada saja yang ia bahas. Itupun hanya untuk menyudutkanku. Kucoba tak terlihat menutup diri. Aku pun berkumpul bersama mereka."Tazkiyah, jangan di kamar saja. Disini nonton tv sama kami." Aku terkejut ketika mertuaku bicara. Ia tiba-tiba berkata demikian. Mungkin ia risih melihat sikapku di rumah. Aku merasa canggung karena mbak Namira. Ia sama sekali tak tahu pe
Read more
Bab 32 Menerima Kenyataan
Aku tak dapat pulang. Mungkinkah sudah muncul penyesalan ini?Kukira dengan jalan ta'aruf, pernikahanku bahagia. Bukan hanya itu, hidupku juga. Ini salahku karena sebelumnya tak memilih aqidah. Memang salah kalau aqidah berlawanan. Tak ada yang salah dengan aqidahku. Hanya penampilan menjadi faktor kebencian mereka. Mungkin mas Hakim tak suka penampilanku. Dianggap aku selayaknya radikal. Aku bukan seperti itu. Hanya orang tertentu saja berbuat demikian. Kuharap aku dapat istiqomah. Begitupula dengan lisanku. Ada benar juga dikatakan mas Hakim. Aku tak boleh gegabah lagi. Tiba-tiba minta cerai. Emosiku sudah memuncak kala itu. "Jadi aku tetap tak bisa pulang?""Sudahlah jangan minta itu terus. Mana mungkin kamu bisa pulang.""Kalau mas Hakim tak bersedia, sebaiknya beri aku kebahagiaan.""Kebahagiaan apa lagi yang kurang? Memang kau tak bisa mengerti suami cari nafkah.""Selama ini sudah kubiarkan Mas kerja diluar. Setidaknya pikirkan nafkah lahir batinku. Supaya aku tak terus mendes
Read more
Bab 33 Mendadak Pindah Kontrakan
Hidupku harus kuhadapi dengan sabar. Aku harus yakin. Perlahan ujian ini akan memudar. Tak ingin menjadi lebih buruk lagi. Aku berusaha untuk berubah. Mengalah itu lebih baik. Barangkali saja, mas Hakim mau melunak hatinya. Aku harus sabar. Kalau aku berubah, mas Hakim mungkin akan luluh. Pagi itu aku hendak masuk ke kamar mandi. Aku coba cek pintunya. Tak ingin bila terulang lagi. Disini aku akan tinggal lebih lama lagi. Sudah sepantasnya kujaga diriku ini. Aku serumah dengan iparku Zulfi. Jangan sampai kejadian lagi.Sret!"Siapa?" Seruku.Mas Hakim tiba-tiba masuk ke dalam. "Untung aku belum buka pakaian. Kukira tadi siapa. Pintunya rusak lagi, Mas?""Sepertinya iya."Saat bersamaan muncul Zulfi. Ia tampaknya ingin mandi juga."Oh, lagi mandi ya?" Tanya Zulfi."Kamu mau mandi, Zul?""Iya, Mas Hakim.""Tunggu Tazkiyah dulu."Kemudian kuurungkan niatku. Pikirku nanti saja aku mandi. Aku juga di rumah saja. Sedangkan Zulfi mau bekerja."Masuk saja dulu. Mbak mandinya nanti saja." Uj
Read more
Bab 34 Akibat Berhenti Kerja
Mas Hakim pulang, aku langsung menghampirinya. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam. Mas tadi pulang kesini?" Tanyaku sambil menyalaminya."Ya.""Ada banyak makanan.""Ada murid privatku tadi.""Siapa? Cynthia ya?"Aku bertanya sambil menatapnya tajam."Mulai lagi. Kamu mau berdebat dan menyalahkanku?""Aku ada temukan ini di dalam kamar. Pantas jika aku bertanya, Mas."Kuperlihatkan dalaman jilbab dan sebuah buku. Mas Hakim langsung melihatnya. Ia pasti tak menyangka yang kutemukan ini."Ini punya siapa?" Tanyaku."Dengar dulu. Tak usah keburu curiga kamu. Tadi muridku yang kemari bukan Cynthia saja.""Mengapa tak beritahu aku jika muridmu kesini?""Aku tak sempat. Ini mendadak, seharusnya kamu tahu. Murid privatku itu bukan Cynthia saja. Kadang aku tak mengajar di rumah Cynthia. Kebetulan muridku yang menyarankan kemari. Lagipula kita sudah ada tempat tinggal sendiri. Aku kelelahan mengajar di sekolah tadi. Maka kami putuskan privat disini. Makanan itu semua muridku yang bawa.""La
Read more
Bab 35 Pengakuan
Mas Hakim terlihat salah tingkah. Aku curiga dengan yang ia pendam. Kemarin dia mengajak murid privatnya tanpa sepengetahuanku. Namun, aku coba berpikir positif. Bisa saja ia benar. Namun mas Hakim sudah sering mengelak. semoga saja kali ini benar. Hari ini aku di rumah sendiri. Sebenarnya kecewa harus berhenti kerja. Tapi aku lebih takut bila tak mampu. Aku kadang merasa bodoh dan menyalahkan diriku sendiri. Namun aku heran, aku bekerja laksana medis. Melainkan bukan sebagai admin. Supaya tak merasa kesepian, kucoba keluar rumah. Aku menyapu halaman. Hari juga menjelang sore. Setiap ada orang atau tetangga yang lewat kusapa. Saat itu, ada bu Desma. Ia tampak memperhatikanku. Kurasa ia hendak mengajakku ngobrol. Aku tersenyum padanya, lalu kutegur ia."Bu. Darimana?""Gak, biasa jalan sekitar sini saja. Tadi juga sekalian mampir ke rumah bu Iyan. Banyak sampah daunnya ya?""Iya, Bu. Daripada tak ada kegiatan, lebih baik disapu. Jadi bersih, enak lihatnya.""Ya. Kemarin gak kelihatan.
Read more
Bab 36 Tempat Kerja Baru
Siang itu ada yang meneleponku. Lantas aku mengangkatnya. Ternyata dari perusahaan tekstil tempatku melamar kerja. Aku melamar kerja sebagai admin. Aku diterima setelah melewati proses. Padahal sudah hampir dua bulan. Nyatanya aku dipanggil sekarang.Rasa ragu pun muncul. Khawatir mas Hakim tak mengizinkan. Ia sudah teramat kecewa kemarin. Aku bingung meyakinkannya. Bagaimana caranya biar diizinkan? Aku benar-benar tak ingin kehilangan kesempatan ini."Mau kupijat, Mas?""Tak usah. Nanti saja.""Yah. Mas mau minum kopi?""Teh saja.""Ya."Berulang kali aku mencoba mengambil hatinya. Berharap besok diizinkannya kesana. Sayang bila disia-siakan kesempatan ini. "Mas, aku ada permintaan. Mudah-mudahan Mas Hakim mengizinkanku. Aku minta maaf pula bila kemarin mengecewakanmu." Ungkapku."Kamu mau apa?" "Aku.."Bismillah. Semoga mas Hakim mengizinkanku. Aku tak ingin gagal lagi. Sungguh aku benar-benar ingin bekerja. Supaya mas Hakim tak terlalu lelah mencari nafkah. Sebagai istri, aku ing
Read more
Bab 37 Kecurigaanku
Pulang kerja aku kembali melakukan kewajiban istri. Aku menyiapkan makan malam untuk mas Hakim. Kubuatkan ia air teh hangat. Saat ia istirahat, kupijat ia yang kelelahan. Dalam benakku, teramat menyayanginya. Kutatap kedua bola matanya yang bening. Tak ingin rasanya ia menyakitiku lagi. Apalagi melihat hal yang tak mengenakkan. Aku tak ingin ada yang mengganggu keharmonisan rumah tangga kami. "Sudah, Mas.""Terima kasih.""Ya.""Bagaimana tempat kerjamu sekarang?""Alhamdulillah baik.""Aku tak mau kamu seperti kemarin. Tiba-tiba saja berhenti kerja.""Ya, Mas.""Kamu tahu kan akibatnya kalau kamu ingkar?""Iya.""Aku takkan mengizinkan lagi kamu bekerja. Percuma kalau kamu berhenti terus. Hanya membuang waktu saja."Aku mengangguk, raut wajahku langsung murung. Sebisa mungkin aku bisa bertahan disini. Aku sudah berusaha yang terbaik. Termasuk banyak mengenal rekan kerja disana. Malam itu, mas Hakim telah tertidur lelap. Ia tampak lelah sekali. Kuselimuti badannya agar tak kedinginan
Read more
Bab 38 Kembali Membuat Perjanjian
Tanganku gemetaran saat memegang ponselnya. Emosiku serasa meluap. Rasanya tak ingin marah. Namun, istri mana yang suka melihat suaminya dengan perempuan lain. Apalagi masih dengan perempuan yang sama. Nafasku serasa tersengal. Kucoba untuk menenangkan diri ini. Mas Hakim masih tidur. Jika kubangunkan, ia akan sangat marah. Tapi hatiku serasa kacau. Pantas saja ia terus mengecek ponselnya. Tapi, ia seolah tak takut aku melihat ini. Apa dia terlalu sibuk, sampai lupa dengan foto. Dimana perasaannya menyakitiku seperti ini? Aku seakan tak dianggapnya lagi. Entah alasan seperti apa lagi yang dia buat. "Sudah bangun, Mas?"Pagi itu mas Hakim sudah bangun. Aku tidur di atas sofa. Rasanya enggan aku tidur dekat dengannya. Perasaanku teramat kacau."Ya. Kenapa kau tidur disini?" Tanya Mas Hakim."Aku hanya ingin disini saja.""Tumben. Tak biasanya kau tidur disini.""Mas.""Apa?""Ada yang ingin kutanyakan. Tapi nanti saja. Aku harus bersiap kerja pagi ini.""Ya."Setelah aku mempersiapk
Read more
Bab 39 Hubungan Ilmi dan Cynthia
Sikap mas Hakim membuatku tak berani lagi. Aku menjadi sangat takut padanya. Terpaksa aku harus diam. Tak bisa minta penjelasan lagi. Sementara ia terus bersikap seperti itu. Mas Hakim dengan bebasnya dengan perempuan lain. Sedangkan aku harus memilih diam.Salah satu caraku menghilangkan sedih dengan bekerja. Kulupakan semua itu. Kucoba ikhlaskan sikap mas Hakim. Biarlah kupendam sendiri. Jika aku bicara, takkan pernah dipedulikan. Keluarga mas Hakim sangat suka dengan Cynthia. Apalagi mbak Namira. Aku hanya bisa pasrah. Jika kutunjukkan sikapku yang menentang, aku akan dicap tak baik. Takkan ada yang bisa kuharapkan. Disini aku sendiri, tak ada yang membela. Itulah sebab aku hanya bisa terima. "Wah, Mbak Tazkiyah. Sibuk sekali nampaknya." Ujar Ilmi."Iya. Hehe, ini harus diselesaikan." Jawabku."Seberapa banyak, Mbak?""Lumayan. Harus selesai tepat waktu.""Mbak Tazkiyah hebat. Merangkap istri dan karyawan pula.""Kamu cepat cari istri. Kapan nikahnya? Haha.""Nantilah, Mbak. Masih
Read more
Bab 40 Tuduhan Selingkuh
"Ada apa, Ilmi?"Ilmi tampak keluar dari area tempat kerja. Seperti ada yang ingin dia temui. Meja kerjaku sebelah dengannya. Jadi aku selalu sadar gerak-gerik Ilmi. Lalu ia kembali muncul di ruangan kerja."Ada yang mau bertemu denganku, Mbak." Ucap Ilmi."Siapa? Orang perusahaan?""Bukan.""Keluargamu?""Chyntia.""Wah, enak dong ketemu mantan.""Aku tak nyaman saja. Takut rekan kerja lain banyak menanyakan lagi.""Bilang saja adikmu. Kamu bilang sendiri begitu kan?""Yah. Tapi tak enak kalau dia sering kemari.""Hah sering?""Yah, Mbak.""Mungkin dia kangen sama kamu.""Dia itu kalau lagi tak ada teman saja baru menemuiku.""Memang Cynthia belum dapat pengganti kamu? Maksudnya kekasih.""Belum, Mbak. Mungkin aku belum tahu saja sama pasangan barunya.""Oh gitu.."Tak lama Cynthia muncul. Ia membawa tas ransel dengan mengenakan almamater. "Kak Ilmi!""Cynthia."Aku tersentak saat melihat ia masuk. Rasa tak percaya ini Cynthia. Tapi keperluannya kemari ingin bertemu Ilmi. Kulihat ia
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status