Semua Bab Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya: Bab 71 - Bab 80
122 Bab
Haruskan Memaafkannya lagi?
Maira terlihat duduk dengan gelisah di sebuah restoran. Ia melihat ke arah pintu masuk berkali-kali. Berharap orang yang ia tunggu segera datang."Kenapa gugup sekali," gumam Maira sambil meggerak-gerakan kakinya gelisah.Tak berapa lama, Yusuf telihat masuk ke sana bersama orang tuanya. Maira pun menarik napas saat ketiganya semakin dekat."Siang, Umi, Abi," sapa Maira ramah. Lalu memcium punggung tangan mereka."Kamu pasti sudah lama menunggu, ya?" tanya Fatimah, ibu Yusuf, memeluk Maira.Maira tersenyum canggung lalu melepas pelukan. Ia lebih dulu menarik kursi untuk ibu Fatimah."Nggak kok, Umi. Baru beberapa menit lalu," jawab Maira lalu duduk di samping Yusuf.Setelah saling menyapa, mereka pun langsung memesan makanan."Kata Yusuf kamu asli Jogja, ya?" Ahmad, ayah Yusuf, memulai obrolan di tengah acara makan.Maira pun menghentikan kunyahan lalu mengangguk. "Ya, Bi. Kebetulan Maira asli sana. Tapi memutuskan ke Jakarta karena ingin mencari pengalaman," jawab Maira apa adanya."
Baca selengkapnya
Berusaha Mendapat Maafnya
"Saf, kamu di mana?" tanya Maira di seberang sana."Kami sedang berjalan-jalan di pantai sebentar,"Jawaban Safiyya membuat Maira berdecak kesal. "Tadinya aku ingin memberi tahumu kalau kami menguntit Anna. Dia tadi bertemu seseorang di mall TA."Safiyya mengernyitkan dahi, ia mengingat kembali saat tak sengaja melihat Anna di mall itu. Wanita dengan terusan berwarna hitam dan hijab krem itu melirik Nalen yang tengah berlarian di pantai dengan Nafis. Tenyata suaminya tak berbohong."Saf, kok diem?""Nggak, aku tadi juga melihatnya di sana. Aku pikir dia ingin bertemu Nalen. Tapi ternyata Nalen nggak bohong.""Bentar-bentar bukannya kamu bilang lagi di pantai? Kapan kamu ke mallnya? Sama Nalen?"Safiyya menghembuskan nafas. Ternyata berbohong pada Maira hanya akan sia-sia. Wanita itu terlalu pintar untuk dibodohi. "Aku tadi nggak sengaja bertemu dengan Nalen di sana.""Terus akhirnya kamu mau aja, gitu, diajak pergi sama dia ke pantai?" Maira terdengar kesal di seberang sana. Ia tak ha
Baca selengkapnya
Memberi Mereka Sedikit Pelajaran
Nalen terlihat tengah membereskan ranjang usai membersihkan diri. Ia sengaja menunggu Safiyya kembali lagi ke kamarnya setelah pamit keluar dengan canggung. Nalen tahu Safiyya pun tengah bimbang.Tak berapa lama, pintu kamarnya terdengar dibuka. Nalen yang masih asyik membereskan tempat tidur dengan posisi memunggungi pintu akhirnya hanya bergumam. "Katanya nggak mau tidur di sini?" guraunya, karena ia mengira itu adalah Safiyya.Tak berapa lama, sebuah tangan pun melingkar di pinggangnya. "Kamu juga kangen sama aku, kan? Ngaku ka-" Nalen memotong kalimatnya begitu memutar tubuh dan mendapati Anna lah yang memeluk.Belum sempat selesai dengan keterkejutannya, Anna tiba-tiba membuat Nalen syok. Wanita itu melumat bibirnya dengan paksa. Bahkan seolah tak membiarkan Nalen menolak, Anna langsung mendorong tubuh Nalen ke ranjang. Lalu menindihnya dan terus berusaha mencumbi Nalen. Lalu tepat saat itu, Safiyya dan Nafis muncul."Itulah fakta yang sebenarnya terjadi, Safiyya. Nalen memang ng
Baca selengkapnya
Benang Kusut
"Bagaimana, apa Anda menerima tawaran saya, Dokter?" Kalyra menatap laki-laki berwajah oriental di depannya dengan tangan menyilang ke dada.Laki-laki bernama Adrian itu menatap Kalyra lalu berdecak. Sepertinya wanita asing di depannya adalah musuh Anna, batin Adrian menerka-nerka. "Aku sudah cukup lama dibayar oleh Anna untuk melakukan pekerjaan ini. Aku tahu ini semua melanggar kode etik profesi ku, tapi aku tak memiliki pilihan."Kalyra menatap laki-laki itu angkuh, lalu merogoh tas untuk mengambil sesuatu. "Ambil itu sebagai uang muka. Jika kau bersedia menuruti perintahku, aku akan membayarmu dua kali lipat dari yang dijanjikan Anna." Kalyra menyodorkan amplop coklat di tangannya pada Adrian.Ada hening sejenak, Kalyra membiarkan laki-laki di depannya berpikir lebih dulu. "Permintaanku gampang. Ceritakan awal mula kamu kenal Anna. Lalu setelahnya kamu hanya perlu merekam semua pembicaraanmu dengan Anna jika kalian bertemu dan kirim hasilnya padaku untuk diberikan padanya nanti s
Baca selengkapnya
Meluruskan Kesalahpahaman
"Sebenarnya ada apa lagi denganmu dan Safiyya, Nalen. Kenapa kamu nggak bilang pada Papa? Apa ini soal Anna lagi?"Nalen tak menjawab. Ia hanya mengangguk lesu. "Entahlah, Pa. Belakangan ini hubungan kami benar-benar buruk. Safiyya bahkan meminta agar aku menceraikannya.""Bicaralah baik-baik dengannya. Bukan malah marah-marah nggak jelas. Kalau seperti ini terus kamu dan Safiyy benar-benar akan berakhir."Nalen berdecak kesal saat mengingat pembicaraannya dengan Aidan tadi siang usai perkelahian Kalyra dan Anna. Ayahnya benar, Ia butuh meluruskan kebenaran tentang foto Safiyya dengan Yusuf yang tengah berciuman, saat mereka melaksanakan kunjungan bersama. Nalen tak tahu siapa yang mengirim foto itu padanya. Tapi yang jelas gara-gara foto itu lah ia mengatakan hal kasar pada Safiyya saat di kantor. Istrinya pasti sangat terluka.Gegas ia menyambar jaket dan kunci mobil untuk menyambangi rumah Safiyya. Namun, baru saja keluar kamar, Nalen berpapasan dengan Anna. "Kamu mau ke mana?" Ann
Baca selengkapnya
Mengelabui Anna
Anna keluar dari mobil Nalen dengan senyum mengembang. Ia mengapit tangan laki-laki itu sepanjang memasuki kantor. Sudah tiga hari ini Nalen tiba-tiba bersikap manis padanya. Awalnya Anna kaget, tapi lama-lama ia sangat menikmati. Terlebih jika mengingat sikap Nalen pada Safiyya yang kini berubah drastis.Nalen sering memarahi wanita itu di depan Anna hanya karena masalah sepele. Sepertinya kali ini rencana Anna untuk mengadu domba Nalen dan Safiyya berhasil. Tak sia-sia ia menyewa fotografer profesional untuk menguntit Safiyya dan Yusuf. Pikirnya.Di lobi, Anna dan Nalen tak sengaja melihat Safiyya bersama Maira. Wanita itu tersenyum licik lalu sengaja memanggil Safiyya untuk memanasinya."Safiyya!" seru Anna, kemudian berjalan menghampiri dua wanita itu. Safiyya dan Maira hanya saling berpandangan."Kamu mau ke atas. Kita bareng aja, yuk," ujar Anna sok akrab. Ia berbicara tanpa melepas tangannya yang mengapit tangan Nalen dengan tak tahu malu.Nalen dan Safiyya saling berpandangan.
Baca selengkapnya
Meluruskan Kesalahpahaman demi Persahabatan
Istirahat makan siang tiba, semua karyawan pun berhamburan keluar. Tak terkecuali Safiyya dan tiga sahabatnya. Di dalam lift, Felis sedari tadi terus menjaga jarak dari Maira. Ia mengabaikan wanita itu. Safiyya yang melihat hal tersebut ikut merasa prihatin. Begitu sampai di lantai tiga, Maira langsung menarik Felis untuk mengajaknya bicara."Fel, bisa kita bicara bentar?" tanya Maira.Felis menatap Maira malas lalu menjawab. "Ada apa? aku nggak bisa lama-lama.""Ayo ikut aku, kita cari tempat yang sepi untuk bicara.""Aku malas kalau harus sembunyi-sembunyi. Kenapa kamu nggak langsung aja cerita di depan aku dan yang lain. Kamu mau sampai kapan bohong?" Felis menjawab ketus.Mau tak mau Maira pun akhirnya mengangguk setuju. Benar kata Felis, ia memang belum menceritakan seluruh kejadian pada siapapun, bahkan Safiyya juga tak tahu keseluruhan cerita sebenarnya."Sebelum makan, aku mau jujur tentang sesuatu sama kalian semua. Biar kalian nggak salah paham tentang kedekatan aku dan Yusu
Baca selengkapnya
Haruskah Membalas Dendam?
"Kamu pulang saja dulu, Ann. Aku masih ada banyak pekerjaan." Nalen berbicara pada Anna yang berdiri di ambang pintu untuk mengajaknya pulang bersama."Kamu yakin?" Anna memastikan. Nalen hanya menjawab ucapan wanita itu dengan anggukan. Setelah yakin Anna benar-benar pergi ia pun mengirim pesan pada Safiyya.Tunggu aku di lobi, Sayang. Anna baru saja turun.Di seberang, Safiyya tersenyum setelah membaca pesan yang dikirim suaminya. Ia dan Nalen memang berjanji untuk pulang kantor bersama hari ini."Gimana, kamu jadi pulang bareng Nalen?" Maira bertanya penasaran ketika keduanya sudah sampai di depan lift."Ya, tapi aku benar-benar harus memastikan Anna pulang lebih dulu."Tak berapa lama lift pun terbuka. Anna terlihat ada di dalam sana. Ia memutar mata jengah. Sedang Safiyya dan Maira hanya saling berpandangan. Kedua wanita itu memutuskan masuk setelahnya lalu memilih berdiri di belakang Anna. Sedang Anna masih memasang sikap tak acuh dengan wajah arogan."Aku pikir kamu akan naik k
Baca selengkapnya
Ketakutan Safiyya
"HAH, Shit!" Anna membanting ponselnya ke atas tempat tidur dengan emosi naik ke ubun-ubun, kala ia menyadari tengah dikelabui oleh Nalen. Bahkan yang lebih membuatnya marah, laki-laki itu sepertinya juga bersekongkol dengan Safiyya untuk berpura-pura bertengkar di depannya.Atau bahkan semua orang pun ikut membantu keduanya. Terbukti saat ia pulang Kalyra dan anak-anaknya tak ada. Kemungkinan besar mereka pasti tengah berkumpul untuk merencanakan sesuatu."Bisa-bisanya mereka mempermainkan aku seperti ini," geram Anna. Matanya menyiratkan dendam yang begitu besar pada Safiyya. Terlebih setelah ia mendengar wanita itu mengatakan soal Alice."Aku harus lebih waspada pada Safiyya. Dia sepertinya mencurigai aku membunuh Alice," gumam Anna gelisah. Tak lama setelah itu ia terlihat mondar-mandir di depan tempat tidur untuk memikirkan sesuatu."Tapi mengapa dia bisa curiga?" sambungnya kemudian. Anna menghentikan langkah ketika dia mengingat Mark. "Apa mungkin Mark?"Rahang Anna mengeras, l
Baca selengkapnya
Mengambil Risiko
Safiyya melangkah masuk ke kamarnya setelah mengantar Nalen pulang sampai ke depan pintu. Tapi alangkah kagetnya dia saat mendapati kamar dalam kondisi sangat berantakan. Baju-baju di dalam lemari hampir dikeluarkan semua isinya. Semua laci pun hampir semuanya dibuka. Safiyya yang panik memutuskan akan menghubungi Nalen, tapi niat itu ia urungkan ketika teringat sesuatu tentang Anna. Safiyya buru-buru menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia tak ingin mengambil risiko lebih jauh dengan membiarkan orang lain tahu apa yang terjadi. Termasuk Gibran dan Bu Ani.Safiyya tahu kalau Anna yang melakukan semua ini. Wanita itu pasti sudah curiga kalau Mark telah memberi bukti atas kejahatannya. Safiyya merutuki diri, ia yakin Anna nekad melakukan ini gara-gara ucapannya tadi sore saat mereka berdebat di kantor. Harusnya ia tak perlu membawa-bawa Alice. Kalau sudah begini Anna akan semakin nekad untuk menghancurkan hidupnya. Wanita itu tak akan segan lagi untuk melakukan segala cara demi membungk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status