Semua Bab Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya: Bab 61 - Bab 70
122 Bab
Memasrahkan Takdir
Nalen menatap Safiyya yang kini terlelap di sampingnya. Ia mencari-cari kiranya di mana ponsel miliknya Safiyya sembunyikan. Nalen tersenyum senang saat menemukan benda pipih itu tergeletak di samping sang istri. Saat mengaktifkan ponsel ternyata banyak sekali panggilan masuk dan pesan dari Anna.Nalen menghembuskan napas saat menatap istrinya. Nalen benar-benar kewalahan meladeni Safiyya semalam. Sang istri terus saja mengajaknya bercinta. Bahkan Nalen tak dibiarkan sebentar saja untuk melihat ponselnya.Nalen tahu Safiyya melakukan itu karena sengaja ingin membuatnya tak pergi pada Anna. Tapi tak menampik, perubahan Safiyya yang menjadi lebih agresif dan nakal membuat Nalen senang. Dibanding dengan istrinya yang selalu malu-malu dan kaku.Nalen menggeser pesan yang Anna kirim. Isinya kebanyakan adalah ancaman untuk melakukan bunuh diri jika Nalen tak menemuinya.Nalen berdecak kesal, ia sebenarnya juga muak pada sikap Anna yang seperti ini. Tak berapa lama kemudian, panggilan masuk
Baca selengkapnya
Bertahan Atau Pergi
"Aku dan Maira tadinya nggak sengaja bertemu di sebuah restoran seafood. Karena terlalu enak makanannya aku sampai nggak sadar kalau di dalam bahan bumbunya ada campuran kacang," ujar Yusuf memulai cerita."Kalian nggak sengaja ketemu atau emang janjian?" Safiyya memicingkan mata pada Maira, karena tak percaya dengan cerita Yusuf."Nggak usah ngaco deh. Kita beneran nggak sengaja ketemu," sela Maira sambil melirik Yusuf agar laki-laki itu bisa diajak kerja sama."Kamu sendiri gimana sama Nalen? Apa yang terjadi sebenarnya?" Maira mengalihkan topik agar Safiyya tak bertanya semakin jauh. Tapi tak ayal ucapannya membuat Safiyya memelototi sang sahabat seakan memperingatkan wanita itu agar tak membahas Nalen."Kamu ada masalah lagi sama Nalen? Kali ini ada apa sama Bu Anna?" Yusuf merubah posisi menjadi duduk agar bisa leluasa berbicara dengan Safiyya. Ia seolah sudah hafal konflik rumah tangga wanita berhijab peach di depannya."Sudah lah nggak usah dibahas. Aku sepertinya harus kembali
Baca selengkapnya
Luka Yang Semakin Parah
Safiyya melangkahkan kaki ke dalam kantor dengan perasan tak bersemangat. Lagi-lagi kehadirannya mengundang kasak kusuk semua karyawan. Berita tentang Anna yang kembali mencoba bunuh diri karena Safiyya membuat kantor heboh. Bahkan fakta bahwa Anna sakit mental pun akhirnya terkuak.Semua orang semakin ingin tahu hubungan Nalen dan Safiyya sebenarnya, setelah berita tentangnya sebagai istri tak tahu malu tersebar. Semua tak lain karena ulah Indah kemarin, saat ia bicara dengan Anna."Saf, saran gue mending lo relakan aja deh Pak Nalen buat Bu Anna. Berurusan sama dia bukan hal gampang. Pak Nalen jelas lebih peduli padanya dibanding sama istrinya yang bertahun-tahu pergi tanpa pamit," sindir indah tiba-tiba.Kehadiran wanita bertubuh semampai dengan kulit putih itu membuat Safiyya yang tengah berkutat dengan pekerjaan kaget. Ia sedikit kesal karena Indah harus membicarakan masalah Anna di saat jam kerja seperti ini. Kata-katanya tentu membuat mood Safiyya memburuk."Apa urusan lo sama
Baca selengkapnya
Menenangkan diri Untuk Mencari Solusi
"Nalen!" Maira berteriak pada Nalen dengan ekspresi marah. Ia berjalan dengan cepat menghampiri laki-laki itu. Tanpa menunggu lagi Maira pun langsung melayangkan tamparan keras pada Nalen tanpa menunggu penjelasan apapun.Nalen syok dengan kejadian di luar dugaan tersebut, bisa-bisanya Maira menampar dirinya di depan umum. Tindakan itu tentu mengundang perhatian orang-orang di sana."Kamu ...." Nalen tak dapat berkata-kata. Ia ingin marah tapi tak bisa saat menatap mata Maira yang menyiratkan kebencian."Itu untuk perlakuan brengsekmu pada Safiyya. Bisa-bisanya kamu membela si jalang itu tanpa mencari tahu kebenarannya. Akan aku pastikan kamu menyesal setelah ini," ujar Maira tak main-main. Rasa marahnya tak lagi bisa ia bendung ketika tadi Safiyya menghubunginya sambil menangis."Apa maksud kamu?" Tuntut Nalen."Anna berbohong soal sakitnya. Kemarin aku melihatnya keluar dari ruang rawat dan menemui seseorang diam-diam. Tingkahnya sangat mencurigakan.""Kamu nggak perlu menjelekan An
Baca selengkapnya
Lagi-lagi Harus Berpisah
Nalen berjalan dengan langkah gontai masuk ke rumah sakit. Ia akhirnya memutuskan kembali pada Anna karena tak bisa menemukan Safiyya. Anna juga menghubungi kalau dia akan segera berkemas untuk pulang."Apa kamu sudah siap?" tanya Nalen yang baru saja masuk ke ruangan Anna. Ia melihat suster tengah memberesi beberapa barang."Udah, ayo kita pulang," ujar Anna kemudian, saat ia melihat susternya sudah selesai berbenah.Anna mengapit tangan Nalen sepanjang menuju parkiran. Laki-laki itu tak membuka percakapan sedikit pun bahkan ketika mobil sudah melaju. Anna yang merasa diabaikan oleh Nalen akhirnya dibuat kesal."Sebenarnya apa, sih, yang kamu pikirkan, Nalen? Kenapa dari tadi diam aja diajak ngomong?" Anna terdengar marah karena merasa sikap Nalen berubah cuek."Aku hanya sedang memikirkan keadaan Safiyya. Dia menghilang lagi entah kemana." Nalen sangat sedih saat mengatakan itu."Baguslah, kalau tak ada dia aku pasti akan pulih lebih cepat. Kamu seneng, kan, kalau aku sembuh?"Nalen
Baca selengkapnya
Kedatangan Keluarga Jauh
"Hai, Om. Long time no see," ujar Kalyra dan anak-anaknya sambil melambaikan tangan pada laki-laki yang membuka pintu.Aidan terkejut saat ia mendapati keponakannya berdiri di depan pintu rumah dengan dua anaknya."Kalyra ... kenapa ke sini tak mengabari Om agar menjemputmu?" ujar Aidan akhirnya. Ia pun membuka pintu lebar-lebar agar tamunya bisa masuk.Kalyra memindai seluruh sudut ruangan setelah berada di dalam rumah. "Waah rumah ini masih sama seperti dulu, ya. Mewah dan klasik," ujar Kalyra kemudian. Wanita itu tanpa canggung melihat semua isi rumah Aidan dengan antusias."Ngomong-ngomong di mana si pecundang itu, Om? Katanya dia akan membawa si jalang tinggal bersama," sambung Kalyra sambil menjatuhkan diri di kursi ruang tengah. Lalu disusul dua anaknya.Aidan menautkan alis. Keponakannya satu ini memang selalu bertingkah seenaknya. Bicaranya pun selalu blak-blakan. "Apa maksud kamu Nalen dan Anna?""Tentu saja, siapa lagi. Aku ke sini selain untuk berlibur, sekaligus ingin men
Baca selengkapnya
Pindah Rumah
Safiyya melangkahkan kaki masuk ke apartemen Nalen dengan perasaan ragu. Di sampingnya Kalyra tetap keukeuh membawanya ke sini meski Safiyya terus menolak. Jalan pikiran sepupu Nalen memang susah sekali ditebak."Kaly, apa ini tak masalah? Aku takut Nalen marah karena aku belum izin padanya."Kalyra memutar mata jengah. "Siapa yang peduli. Kau kan istri Nalen, jadi lebih berhak hilir mudik di sini daripada si Jalang itu," ujar Kalyra meyakinkan.Tak berapa lama mereka pun akhirnya sampai di unit apartemen Nalen. Safiyya sempat merasa takjub dengan bangunan dalam dan interior mewah di penthouse itu. Bergaya modern klasik dengan dominasi warna coklat dan krem. Selama dirinya dengan Nalen, sang suami memang belum pernah mengajak Safiyya ke sini. Karena setahunya penthouse ini memang jarang ditempati. Nalen lebih sering pulang ke rumah Safiyya atau ayahnya."Sini aku bantu membawa semua barangmu. Sebentar lagi Nalen pulang kita akan menyiapkan makanan untuknya," sambung Kalyra lalu berlal
Baca selengkapnya
Kepercayaan Yang Dihancurkan
Safiyya menyeret kopernya keluar dari kamar Nalen. Ia memutuskan akan tidur di kamar lain setelah tahu bahwa kamar itu ditempati suaminya."Kamu kenapa keluar kamar sambil bawa koper, Safiyya?" tanya Kalyra.Safiyya terdiam sejenak. "Aku nggak akan tidur di sana. Itu kamar Nalen. Biar aku tidur di kamar lain saja sama Nafis. "Tidak, ini kamar kamu juga. Jadi jangan coba-coba keluar dari sini. Lagi pula Nafis bisa tidur denganku.""Tapi-""Tak ada tapi-tapi. Kalau kamu keluar dari kamar ini, Anna bisa saja tiba-tiba menyelinap masuk lalu memaksa suami mu untuk bercinta dengannya. Kamu jangan bodoh, Safiyya. Aku sengaja mengajakmu ke sini demi menghindari ini semua."Safiyya diam sejenak, perkataan Kalyra memang benar. Anna tak akan puas sebelum keinginannya terkabul. Safiyya pun akhirnya mengangguk, dan kembali membawa barang-barangnya masuk.Begitu ia meletakan koper di dekat ranjang, Nalen tiba-tiba keluar dengan handuk di kepala. "Maaf, karena masuk ke kamarmu tanpa izin. Kalyra men
Baca selengkapnya
Rencana Untuk Mengalahkan Anna
Maira menilik jam di pergelangan tangannya dengan gelisah. Sudah sekitar lima belas menit ia menunggu seseorang yang memintanya untuk datang. Tak berapa lama Kalyra terlihat masuk ke restoran. Maira melambaikan tangan saat melihat wanita itu memindai seluruh sudut ruangan untuk mencarinya. Kalyra pun tersenyum saat melihatnya."Apa kau sudah lama menunggu?" tanya Kalyra, lalu duduk di depan Maira."Nggak terlalu, ngomong-ngomong di mana putramu?" tanya Maira saat ia tak mendapati ada si kembar."Ah, mereka aku titipkan pada asisten rumah tangga Safiyya. Kamu ke sini sendiri, kan?""Ya, tadinya aku mau mengajak Safiyya ikut makan siang bersama. Tapi katanya dia ada kunjungan lapangan dengan Pak Yusuf keluar kota."Kalyra mengangguk paham. "Aku perhatikan Yusuf memiliki perasaan khusus pada Safiyya, benar, kan?"Maira diam sejenak mendengar pertanyaan itu. "Yah, sepertinya begitu dari cara Yusuf menatap Safiyya. Tapi mereka berdua belum pernah mengakuinya secara langsung.""Apa kau baik
Baca selengkapnya
Haruskah Memberinya Kesempatan?
Safiyya menjatuhkan diri di kursi ruang tengah dengan lelah yang mendera. Wanita itu baru saja pulang usai melakukan perjalanan dinas ke luar kota sejak tiga hari lalu. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam saat ia sampai. Meski terkantuk-kantuk, ia tetap ingin menemui Nafis lebih dulu. Putrinya tentu saja sudah terlelap. Setalah merasa cukup ia pun kembali ke kamarnya."Apa yang sebenarnya terjadi selama aku di Surabaya, Mbak?" Gibran tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar sang kakak. Kehadirannya yang tiba-tiba membuat Safiyya kaget. Sebab sang adik tak mengatakan akan pulang ke Jakarta. "Gibran, kamu kapan datang? Kenapa nggak bilang sama Mbak."Gibran memutar mata jengah karena Safiyya terkesan menghindari pertanyaannya. Laki-laki bertubuh jangkung tersebut lalu berjalan menghampiri wanita di depannya dan duduk di tepi ranjang. "Apa ada yang Mbak sembunyikan?" ulang Gibran.Safiyya menatap Gibran sejenak, lalu menggeleng lemah. Dari ekspresi itu saja, Gibran tahu bahwa kakanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status