All Chapters of Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya: Chapter 91 - Chapter 100
122 Chapters
Permintaan Maaf
Yusuf berjalan dengan gontai memasuki rumah Nalen. Begitu ia baru mencapai pintu depan, sebuah obrolan terdengar samar-samar. Ia mencari sumber suara yang ternyata berasal dari percakapan Anna dan seorang laki-laki berkulit sawo matang. Dari gesturnya Anna seperti tengah memarahi laki-laki itu. Yusuf menduga orang yang bersama Anna adalah pekerja di rumah ini.Tak ingin ikut campur, Yusuf pun akhirnya memilih masuk ke dalam rumah. Jam sudah menunjukan pukul empat sore saat ia sampai ke sana. Begitu mengucap salam, semua orang ternyata tengah berkumpul di ruang tengah."Kamu baru sampai atau mampir dulu ke rumah Maira?" tegur Safiyya."Paling juga mampir ke rumah Maira. Lihat aja tuh rantang di tangannya," timpal Nalen kemudian, sambil menunjuk rantang putih yang ditenteng Yusuf.Pasangan suami istri itu tak sadar bahwa kata-kata mereka membuat mood Felis berubah seketika. Wanita itu langsung pergi dari sana karena kesal.Safiyya yang baru menyadari itu pun merasa tak enak hati. "Fel,
Read more
Ketakutan Maira
"Jadi maksud kamu mengajak Anna ke Jogja adalah demi mencari tahu keterlibatannya dalam kecelakaan yang menewaskan Alice dan ayah kamu?" Maira bertanya pada Safiyya. Keduanya kini tengah bicara di taman belakang rumah keluarga Firdaus. Sedang Nalen tengah bicara bisnis dengan Hizam.Safiyya mengangguk yakin. "Ya, aku yakin sekali bahwa penyebab kecelakaan itu adalah Anna. Ia sengaja ingin membunuh Alice tanpa memprediksi bahwa Nalen akan ikut di mobilnya.""Tapi apa kamu yakin Anna ikut ke Indonesia?""Itu lah yang sedang aku cari tahu. Aku harus menemukan orang yang ditemui Anna sebelum Alice meninggal.""Kamu harus lebih berhati-hati. Aku akan berusaha membantumu juga. Semoga kedok Anna cepat terbongkar. Tapi kenapa kamu nggak memberikan saja semua bukti yang Mark serahkan?""Semuanya masih kurang, Mai. Dokumen itu hanya berisi tentang latar belakang Anna dan alasan ayah angkatnya selalu membatasi pergaulan Anna. Bahkan bersikap sangat ketat dan tak segan menghukum Anna. Semua hal y
Read more
Kejujuran Safiyya
Safiyya keluar dari kamarnya karena ingin mengambil minum. Jam sudah menunjukan pukul dua belas ketika samar-samar ia mendengar suara benda berdenting di area dapur. Dengan ragu dan jantung yang mulai berpacu, ia mengendap ke arah sana untuk memastikan.Safiyya menautkan alis ketika mendapati lampu dapur menyala. "Siapa!" serunya kemudian. Lalu munculah Anna yang baru saja berjongkok untuk mengambil sesuatu di kulkas."Anna," gumam Safiyya heran."Hai, aku ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan. Kamu mau?" tawar wanita itu sambil menunjukan cemilan yang kemarin ia bawa.Safiyya menggeleng lalu berjalan untuk mengambil gelas besar. "Aku hanya ingin mengambil air," ujarnya sambil menuang air dari dispenser."Oh, ya. Aku penasaran ingin menanyakan sesuatu sama kamu, An," sambung Safiyya. Ia lalu berjalan menghampiri Anna dan duduk tepat di depan wanita itu."Menanyakan apa?" Anna menjawab sambil memakan cemilannya."Kamu dan Paijo kelihatannya akrab sekali. Kamu pasti dulu sering data
Read more
Nostalgia
Safiyya menatap bangunan pondok pesantren di depannya dengan senyum terkembang. Setelah sekian lama ia akhirnya bisa kembali lagi ke tempat ini. Walau sudah banyak yang berubah tapi suasananya masih sama seperti dulu. Ramai dengan beberapa anak didik yang tengah belajar."Assalamualaikum," sapa Nalen kemudian.Tak berapa lama, seorang wanita seumuran Gibran yang ia tahu adalah anak ustaz Halim, keluar. "Mbak Safiyya," gumam wanita berhijab itu."Hana." Safiyya tak kalah kaget, sebab dulu terakhir kali bertemu Hana ketika wanita itu masih duduk di bangku SMA."Masya Allah, kamu cantik sekali," puji Maira pada wanita berhidung mancung dengan kulit putih itu.Hana tersenyum malu lalu memeluk Safiyya. "Mbak juga cantik." Keduanya lalu sama-sama tersenyum saat mengurai pelukan."Ah, kedatangan Mbak ke sini ingin mengunjungi Ustaz Halim. Apa beliau ada?"Hana diam sejenak mendengar pertanyaan Safiyya, ia menatap sedih wanita di depannya. "Ayo masuk dulu, Mbak. Kita bicara di dalam," ujar Ha
Read more
Takdir Cinta Pertama
Setelah puas mengobrol dengan Bu Tati, Safiyya dan Nalen pun memilih melanjutkan acara jalan-jalan mereka, menyusuri seluruh sudut kota Jogja dengan tangan saling bertaut hingga mereka melewati tempat ia dan Nalen pertama kali bertemu.Safiyya menghentikan langkah, ia menatap sebuah gang kecil di mana dulu Nalen menolongnya saat ia di-bully. Tempat itu memang sudah lebih ramai dibanding saat ia kecil."Ada apa, Sayang?" tegur Nalen, karena Safiyya tiba-tiba berhenti dan termenung sambil menatap ke arah gang. Nalen pun reflek mengikuti arah pandang istrinya. "Kamu ingat nggak pertama kali kita bertemu?" Safiyya bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari gang itu. Di mana di sana ada beberapa anak sekolah tengah nongkrong."Di Rumah sakit, itu kali pertama aku melihatmu. Aku masih ingat jelas tatapan matamu yang penuh kebencian."Jawaban Nalen membuat Safiyya tersenyum samar. Ia menatap suaminya sejenak. "Kamu yakin nggak ingat pada gadis SMA yang kamu tolong saat dia di-bully di sini?"
Read more
Gibran dan Cinta Pertamanya
Gibran menatap bangunan dua lantai di depannya dengan perasaan tak menentu. Ia menimang-nimang kembali apa harus mengetuk pintu rumah atau tidak. Perasaannya benar-benar kacau.Berbagai pikiran ruwet bersarang di otaknya, jika dia mengetuk pintu dan Hana ternyata sudah menikah dengan Indra, apa yang harus ia lakukan? Terakhir kali ia mendengar kabar dari temannya, Indra akan melamar Hana, sebab dari cerita teman-temannya, Indera dan Hana memang sudah berpacaran. Gibran juga tak paham apa yang sebenarnya ia lakukan di sana. Sebab setelah mendengar cerita dari kakaknya, tanpa pikir dua kali ia langsung mendatangi Hana.Ternyata benar kata orang, bahwa cinta pertama adalah cinta yang tak mudah dilupakan. Begitu pula apa yang dirasakannya pada Hana. Meski bertahun-tahun Gibran mencoba melupakan wanita berhijab itu, nyatanya ia tak bisa. Bayang-bayang Hana selalu hadir dalam ingatan. Bahkan ia masih setia memantau akun sosial media Hana hanya untuk melihat aktifitas gadis itu.Gibran akhi
Read more
Lamaran Dadakan
Gibran keluar dari mobil dengan langkah tergesa. Tanpa menunggu lagi ia pun memilih masuk untuk menemui kakaknya."Mbak!" Suara Gibran menggema ke penjuru rumah dan mengagetkan semua orang di sana. Ia lalu menemukan semua penghuni tengah berbincang di ruang tengah termasuk Anna."Ada apa, sih, Gibran, teriak-te-""Aku ingin melamar Hana." Gibran memotong ucapan kesal Safiyya, perkataannya kontan mengagetkan semua orang."Kamu jangan bercanda, Gibran. Ini nggak lucu. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Kami tentu nggak memiliki persiapan apapun jika harus melamar Hana dadakan seperti ini. Kita lusa sudah harus pulang." Tegas Safiyya. Ia bukan tak mau melamar Hana untuk adiknya. Ia hanya ingin mempersiapkan semuanya dengan baik."Aku hanya per-""Ayo kita bicara di ruang kerja saja," potong Nalen. Ia menyadari ini adalah masalah keluarga, jadi mereka butuh privasi untuk bicara serius dengan Gibran.Mau tak mau Gibran dan Safiyya pun mengangguk lalu mengikuti Nalen ke ruang kerja bersama Nafis
Read more
Curiga
"Aku benar-benar nggak bisa berhenti tertawa saat mengingat ekspresi bapak-bapak tadi. Bisa-bisanya dia bersikap arogan di depan pemilik Akhtar Grup. Dia pasti akan pingsan kalau tahu siapa Pak Nalen sebenarnya." Silvia terkekeh geli sambil berjalan ke dalam rumah. Di sampingnya Felis hanya tersenyum samar. Mood-nya untuk sekedar tersenyum saja sungguh tak ada. Meski begitu ia sangat menghargai Silvia yang selalu berusaha menghibur sejak Yusuf menolak pernyataan cintanya."Ngomong-ngomong kenapa rumah ini sepi? Bukankah harusnya ada Paijo dan istrinya? Temanmu, Brian, juga ternyata nggak jadi ikut, kan, Ann?" tanya Maira yang berjalan di samping Anna.Mendengar pertanyaan itu, wajah Anna tiba-tiba berubah pucat. Ia seakan tak bisa menjawab pertanyaan Maira. "A-aku kurang tahu. Tadi dia bilang sedang nggak enak badan. Mungkin masih di kamarnya." Anna menjawab gugup. Melihat gelagat aneh wanita bermata tajam itu, Maira pun menautkan alis. Meski begitu ia tak ingin suudzon lebih dulu."
Read more
Keputusan Maira
"Aku minta maaf, Fel, kalau lagi-lagi menyakitimu. Kamu tahu aku nggak pernah bermaksud seperti ini." Maira berkata dari ambang pintu. Sedang Felis sudah duduk di tepi ranjangnya dengan kepala tertunduk sedih. Wanita itu mengusap sudut matanya yang berair ketika mendapati Maira di sana."Aku yang harusnya minta maaf, karena sikap egois dan kekanakan ku persahabatan kita harus renggang seperti ini. Harusnya aku nggak pernah memaksakan perasaan ini. Sudah tahu Pak Yusuf nggak menyukai aku." Felis tersenyum miris lalu menatap Maira yang masih berdiri di ambang pintu.Tatapan terlukanya membuat Maira merasa sangat bersalah. Wanita berhijab tersebut akhirnya memberanikan diri menghampiri Felis. Ia duduk di samping wanita dengan pama tidur tersebut. Tanpa menunggu persetujuan Felis, Maira pun memeluk sang sahabat."Maaf karena aku nggak memiliki kuasa untuk mengatur perasaan orang lain. Seandainya bisa aku pasti nggak akan mau ini terjadi. Aku sangat memahami perasaanmu, Fel. Karena aku jug
Read more
Akhirnya Nalen Percaya
Safiyya menatap bagunan sederhana bercat warna krem di depannya. Berkali-kali ia mengetuk pintu rumah, tapi tak ada siapa pun yang menjawab. Padahal baru kemarin Paijo menghubungi Nalen untuk meminta izin menggunakan sepeda motornya di rumah. Sekarang tiba-tiba laki-laki berkepala botak itu seakan menghilang di telan bumi."Paijo, buka pintunya! Kita perlu bicara!" Nalen berseru sekali lagi. Ia menggedor pintu cukup keras hingga membuat beberapa orang tetanganga Paijo keluar."Mas, Mbak, si Paijo ndak di rumah. Dia sama istri dan anaknya tiba-tiba pamit pergi ke Surabaya, ke kampung halaman istrinya," ujar salah satu ibu dengan perawakan gemuk.Safiyya dan Nalen saling berpandangan. Kemudian keduanya mengalihkan perhatian pada ibu yang tadi bicara."Kalau boleh tahu, sejak kapan mereka pergi dan kenapa? Karena dua hari yang lalu dia masih datang ke rumah saya.""Sejak semalam, Pak. Saya kurang tahu alasan mereka pergi, karena terlihat tergesa-gesa. Tapi sebelumnya ada seorang laki-lak
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status