All Chapters of Simpanan Sang Miliuner: Chapter 31 - Chapter 40
59 Chapters
Bab 32. Sebuah Pujian
Draco turun dari mobil, dan segera masuk ke dalam mansion-nya. Para penjaga dan pelayan sudah menunduk menyapanya. Pria itu melirik sekilas jam yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukkan pukul dua belas malam.Draco mengembuskan napas kesal. Dia ingin pulang lebih awal, tapi semua rencananya gagal total, karena sosok wanita yang selalu membuatnya naik darah. Wanita yang sudah lama dia hindari, tapi semua menjadi rumit.“Selamat malam, Tuan.” Pelayan menyapa Draco sopan.Draco menatap dingin pelayan yang ada di hadapannya. “Apa Luna sudah tidur?”Sang pelayan menunduk. “Nona Luna berada di kamar, Tuan. Setelah selesai makan malam, beliau berada di kamar.”Draco mengangguk singkat merespon ucapan sang pelayan. Tanpa berkata apa pun lagi, dia melangkah pergi meninggalkan tempat itu—menuju ke kamarnya. Dia ingin segera menemui Luna.Saat tiba di kamar, Draco melihat Luna tertidur di ranjang tanpa memakai selimut. Padahal AC di kamar sangat dingin. Namun, gadis itu tak memak
Read more
Bab 33. Mencari Tahu Tentang Luna
Nigel disibukkan dengan begitu banyak tugas dari Draco. Ditambah, tuannya tak datang ke kantor. Itu yang menyebabkannya sudah sangat sibuk di depan MacBook-nya. Dia mengenal sifat tuannya yang tak suka ada yang lambat bekerja.“Tuan Nigel…” Seorang sekretaris melangkah menghampiri Nigel yang tengah sibuk.“Ada apa?” Nigel melirik sekilas sang sekretaris yang sudah ada di hadapannya.“Tuan Nigel, di depan ada Nona Mireya Light. Beliau ingin bertemu dengan Tuan Draco Riordan. Saya sudah menyampaikan pada beliau bahwa Tuan Draco Riordan hari ini tidak datang ke kantor. Tapi, beliau tidak percaya, Tuan,” jawab sang sekretaris yang menunjukkan wajah cemas.Nigel mengembuskan napas kasar mendengar Mireya datang. “Aku akan menemuinya. Kau selesaikanlah pekerjaanmu. Tuan Draco Riordan akan marah, kalau kau terlambat menyelesaikan pekerjaanmu.”“Baik, Tuan.” Sang sekretaris segera melangkah pergi meninggalkan Nigel.Nigel bangkit berdiri melangkah menemui Mireya. Sebab tuannya tidak ada di kan
Read more
Bab 34. Dendam yang Tak Bisa Hilang
“Jadi kita akan kembali ke penthouse hari ini?” Luna bertanya memastikan seraya menatap lembut Draco. Gadis itu baru saja diberi tahu, bahwa Draco akan mengajaknya untuk kembali ke penthouse. Tentu ada rasa senang dalam diri Luna. Sebab jika tinggal di penthouse, tidak akan mungkin Samson ikut.Luna sudah tidak lagi takut pada Samson. Akan tetapi, alangkah baiknya dirinya tidaklah tinggal bersama dengan hewan buas. Pun mansion milik Draco ini terlalu besar. Luna tidak nyaman tinggal di mansion yang ukurannya terlalu besar. Draco mengangguk. “Ya, hari ini kita kembali ke penthouse. Apa kau keberatan kita tinggal lagi di penthouse?”Luna menggelengkan kepalanya. “Tentu saja aku tidak keberatan. Aku malah senang kita kembali ke penthouse. Mansion-mu terlalu besar, Draco. Hatiku juga sering cemas takut kalau Samson makan terlambat. Mungkin saja Samson akan menyerang kita jika Samson makan terlambat.” Luna kelepasan bicara.Draco mendecakkan lidahnya mendengar jawaban Luna. “Kau ini masi
Read more
Bab 35. Tidak Tertarik Pada Perempuan Lain
Suara dentuman musik memekak telinga. Draco duduk di depan kursi bartender. Dia keluar malam, di kala penat kepalanya menyerang. Pria itu memutuskan untuk pergi ke klub malam. Sejak di mana Mireya kembali muncul, Draco merasakan pusing. Tentu dia tidak pernah takut pada siapa pun. Hal yang membuatnya pusing adalah Mireya akan selalu mengusiknya.“Tuan, Anda hanya sendiri?” sang bartender berusaha mengajak bicara Draco.Draco menenggak vodkanya. “Asistenku nanti akan datang. Tapi ada pekerjaan yang harus dia lakukan.”Draco datang di klub malam itu hanya sendiri. Pria itu tidak ditemani Nigel, karena kebetulan memang ada pekerjaan yang harus Nigel selesaikan. Pekerjaan di mana yang Draco perintahkan. Menjadi asisten pribadi seorang Draco Riordan, harus siap bekerja pagi, siang, sore, dan malam. Pria itu tidak pernah sedikit pun mengenal kata lelah dalam bekerja. Sebab, jauh sebelum mengenal Luna—Draco hanya mencintai dan peduli pada pekerjaannya.“Tuan, ingin berdansa denganku?” Seora
Read more
Bab 36. Mencoba Menarik Perhatian
Uap memenuhi kaca-kaca yang ada di kamar mandi. Dua insan tengah berendam di dalam jacuzzi mewah. Pagi menyapa Draco sudah mengajak Luna untuk berendam. Mereka seolah layaknya pasangan berbulan madu. Walaupun sifat Draco masih tetap dingin, tapi perlahan-lahan pria itu sudah menunjukkan sisi lembut. Tidak sekejam sebelumnya.“Draco,” panggil Luna pelan. Gadis itu tengah duduk di pangkuan Draco, sambil menenggelamkan wajahnya di leher pria itu.Draco mengusap punggung Luna. “Ada apa?”“Kalau hari ini kau tidak ke kantor bisa tidak?”“Kau ingin aku bekerja di rumah?”“Iya. Aku ingin kau bekerja di rumah. Tapi kalau kau keberatan tidak apa-apa. Aku tidak akan memaksamu.” Draco menangkup kedua pipi Luna. Tidak biasanya gadis itu meminta hal seperti ini padanya. “Kenapa kau tiba-tiba memintaku bekerja di rumah?”Luna menggigit bibir bawahnya. “A-aku hanya ingin berada di dekatmu saja, Draco. T-tapi kalau kau tidak bisa, aku mengerti.”Luna merutuki dirinya yang berani meminta Draco bekerj
Read more
Bab 37. Kecurigaan Luna
Draco berjalan menelusuri koridor rumah sakit, dengan raut wajah yang memendung kemarahan tertahan. Pria itu terbakar emosi karena memikirkan apa yang asistennya katakan. Jika benar, artinya Mireya sangatlah bodoh. Berani sekali wanita itu bertindak, tanpa memikirkan akal sehatnya dengan baik.“Tuan…” Nigel begitu sigap menyapa Draco yang baru saja datang. Dia tiba di rumah sakit sebelum tuannya itu datang. Draco menatap dingin Nigel. “Bagaimana keadaan Mireya?”“Dokter baru saja memeriksa Nona Mireya. Untungnya luka goresan di pergelangan tangan Nona Mireya tidaklah mengenai urat nadinya. Beliau bisa diselamatkan. Tapi saran dokter, mohon jangan bebani Nona Mireya dengan pikiran berat,” tutur Nigel memberi tahu.Draco sedikit berdecak dan meloloskan umpatan dalam hati. Pria itu kesal karena Mireya berani mengambil sebuah tindakan gila yang tak masuk akal sehat. Tindakan di mana wanita itu nyaris melukai diri sendiri.“Apa Mireya bisa ditemui?” tanya Draco dingin dan datar.Nigel me
Read more
Bab 38. Terluka
Draco melangkah keluar ruang rawat Mireya, di kala wanita itu sudah berhasil tidur. Tampak raut wajah Draco menyimpan rasa kesal. Dia terpaksa tidak pulang, karena kegilaan Mireya yang bunuh diri. Sebenarnya, bisa saja hari ini Draco pulang, tetapi jika dia nekat pulang, Mireya melakukan kegilaan lagi. Terpaksa, Draco memilih untuk menginap di rumah sakit, demi Mireya tak melakukan tindakan konyol.“Tuan.” Nigel menunduk sopan pada Draco.Draco memejamkan mata singkat. “Minta orangku berjaga di sini. Siapkan juga pelayan yang selalu menemani Mireya. Aku tidak mau dia bertindak gila lagi.”Draco memutuskan untuk meminta Nigel menyiapkan pengawal dan pelayan. Jika tidak seperti ini, maka besar kemungkinan Mireya kembali melakukan hal nekat. Paling tidak, dia sudah berjaga-jaga sebelum hal yang tak diinginkan kembali terulang.Nigel mengangguk sopan. “Baik, Tuan.”“Nigel, apa Luna sudah tidur?” tanya Draco seraya menatap Nigel. Dia ingin tahu apa yang dilakukan oleh Luna. Hati dan pikira
Read more
Bab 39. Pengakuan Draco  
Luna tidak bisa tenang. Matanya sudah sembab akibat tangis yang sejak tadi mendera. Air matanya memang sekarang sudah mengering, tapi hatinya tetaplah hancur berkeping-keping. Otaknya terngiang mengingat suara wanita yang memanggil Draco di kala dirinya tengah melakukan panggilan telepon pada Draco.Jika saja Luna bisa, dia ingin sekali menyusul Draco. Namun, itu adalah hal yang tak mungkin. Dia tidak bisa pergi ke luar rumah, tanpa izin dari Draco. Pelayan sudah pasti akan melarang Luna pergi.Luna menatap ke luar jendela, tatapannya kosong dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihannya. Dia belum pernah merasakan sesakit ini. Sejak dulu, tidak pernah sedikitpun Luna dekat dengan seorang pria seperti dia dekat dengan Draco.Luna menyadari bahwa memang Draco membelinya di pelelangan. Bisa saja kalau suatu saat Draco bosan dan membuangnya. Tidak ada yang tidak mungkin. Dia menyadari tempat posisinya saat ini. Namun, tak memungkiri bahwa Luna memiliki harapan di mana dia berharap Draco
Read more
Bab 40. Keegoisan Sifat Draco Riordan
Hati Luna seperti tertikam belati tajam mendengar apa yang Draco katakan. Tenggorokannya seperti menelan ribuan jarum. Yang sakit bukan hanya hatinya saja! Tapi sekujur tubuh gadis itu. Mata sudah berembun penuh menyimpan air mata yang pastinya akan tumpah lagi dalam hitungan detik.Tubuh Luna terguncang akibat sakit yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya. Gadis itu ingin menjerit sekencang mungkin akibat rasa sakit yang dia dapatkan setelah mendengar pengakuan Draco. Luna belum pernah sama sekali merasakan luka seperti ini dalam hidupnya. Dia kerap ditampar oleh bibinya. Dia kerap menahan lapar di kala bibinya tak memberikannya makan.Akan tetapi rasa sakit penderitaan yang bibinya berikan padanya, tetap tidak sebanding dengan luka yang dia rasakan sekarang. Tubuhnya layaknya piring yang sudah hancur berkeping-keping. Kaki Luna melemah. Dia nyaris tersungkur. Untungnya sosok pria yang melukainya itu masih memegangnya. Jika tidak, sudah pasti dia akan terjatuh tersungkur di lan
Read more
Bab 41. Informasi Tentang Luna
“Di mana Draco?” Mireya baru bangun tidur, langsung menanyakan keberadaan Draco. Yang dia inginkan adalah selama berada di rumah sakit, Draco selalu ada di sisinya. Namun, malah apa yang dia inginkan tidaklah menjadi nyata. Tunangannya itu tidak ada di ruang rawatnya.“Tuan Draco sudah pulang, Nona. Beliau sedang istirahat. Selama Tuan Draco Riordan tidak ada, Anda akan dijaga oleh pengawal dan pelayan.” Nigel menjawab sopan. Dia masih berada di ruang rawat Mireya, karena menunggu sampai Mireya membuka mata.Mireya berdecak. “Beri tahu aku di mana alamat Draco tinggal dengan pelacur itu!”Draco memiliki banyak mansion dan penthouse. Mireya tidak tahu tinggal di mana tunangannya itu bersama dengan pelacur itu. Dia sudah tak bisa menahan diri. Dia ingin sekali menemui pelacur itu dan menghajarnya.“Nona, untuk hal itu Anda lebih baik bertanya langsung pada Tuan Draco Riordan. Saya tidak memiliki hak untuk menjawab pertanyaan Anda.” Nigel tak berani memberi tahu di mana tuannya itu tingg
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status