All Chapters of Pernikahan Jebakan Kakak Mantanku: Chapter 111 - Chapter 120
242 Chapters
Pertanyaan Misterius
"Anak mama paling cantik, sudah wangi. Sudah rapi. Mau kemana sih anak mama, hm?" Menjadi ibu muda adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa Nova gambarkan dengan kata-kata. Sosok putri kecil di gendongannya kini adalah alasan Nova memperjuangkan segala hal. Termasuk rumah tangga yang hampir kandas. Hati Nova berbunga-bunga saat seulas senyum jelas-jelas muncul di wajah sang putri yang lugu dan polos tak berdosa. Bulu mata lentik itu, diwariskan oleh ayahnya. Konon katanya, menjadi istri dan ibu adalah tugas yang akan diemban seumur hidup. Tentu Nova tidak pernah membayangkan akan berada di posisi seperti ini. Menjadi ibu muda sekaligus istri seorang konglomerat seperti Angga. Selesai dengan tugasnya memakaikan Celva pakaian, Nova sengaja mengosongkan seluruh jadwal kegiatannya untuk menghabiskan waktu dengan putrinya. Ia hendak membawa Celva menuju ke ruang bermain yang sudah dibuat khusus untuknya. "Kita main dulu. Celva punya banyak mainan. Semuanya puny Celva." Langkah kaki
Read more
Sandi Rahasia
Angga menapaki rumahnya dengan keterkejutan yang tak terkira. Betapa terkejutnya ia saat melihat wanitanya terkulai lemah di atas meja rumah sakit. Entah apa yang terjadi sebelumnya, Angga tak tahu. Tetapi, melihat Nova yang menyambut kepulangannya dengan wajah pucat membuat Angga tak berkutik. Tas kerja dalam genggaman dihempaskan begitu saja. Saat ini yang terpenting bagi Angga hanyalah memastikan sang istri baik-baik saja."Mas, kita perlu bicara. Ada yang ingin aku tanyakan kebenarannya padamu," ucap Nova di tengah napas yang terengah dan tubuh yang bergetar hebat."Kita bisa bicara kapanpun kamu mau, tapi lebih baik kita bicarakan semua hal di kamar. Kondisimu sedang tidak baik-baik saja," jawab Angga. Ia tidak peduli reaksi Nova. Jikapun wanita itu menolak, Angga akan tetap membawanya ke ruangan tempat mereka berkubu. Meski lelah menggerogoti tubuh Angga sedemikian rupa. Tubuh Nova bukanlah beban. Sesuatu di dalam hati Angga mendorongnya untuk melindungi sekaligus menaruh selu
Read more
Belum Move On
Hari ini cukup menguji mental dan pikiran seorang pria bernama Savangga. Pria itu mematung dengan beberapa lembar foto dirinya.“Bukahkah kita sudah berjanji untuk bersama-sama membangun rumah tangga ini. Atau kau sudah.. “ Nova menjeda ujung kalimatnya. Terlalu sakit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Seharian sudah Nova menahan diri untuk tak berprasangka buruk lagi pada Angga namun, apakah Jawaban Angga setelah ini bisa membuat Nova sedikit bernapas lega? “Sudah apa? “ Angga balik bertanya. Nada bicara Angga terdengar rendah. Sorot matanya sedingin es di kutub utara. Sekilas rasa bersalah menyelimuti Nova karena telah membuat hari pria itu semakin kacau balau.Nova tidak tahu sejauh mana masalah keuangan yang Angga hadapi di kantor. Tetapi melihat tak ada yang berubah dari pasokan dana yang Angga berikan padanya, Nova semakin penasaran. “Bukan apa-apa. Maksudku, apakah kamu sudah mengetahui dalang pengirim foto ini?” Angga menggeleng lemah. Punggung lebarnya disandarkan pada k
Read more
Berbohong atau Jujur?
Suasana hati Angga langsung berubah saat kedua matanya menangkap berbagai jenis lauk sudah tersaji di depannya. Di sisi lain sosok seorang wanita tengah sibuk berjibaku dengan makanan lain yang juga baru di masak. Siapa lagi kalau bukan Nova. Wanita itu bergerak lincah kesana kemari. Membiarkan Angga dengan dunianya sendiri di depan deretan menu makanan. “Bagaimana aku bisa menghabiskan ini semua untuk sarapan? Kadang-kadang Nova seperti tak pernah memperhitungkan segala hal,” ucap Angga dengan perasaan sedikit kesal. Bangun tidur Nova sudah menariknya turun ke lantai satu untuk menikmati sarapan paginya.Tetapi, makanan yang disajikan Nova untuknya lebih seperti porsi untuk makan siang. Di tengah lamunannya, suara nyaring Nova dari arah belakang membuat semua bayangan di pikiran Angga buyar seketika. Wanita itu datang dengan langkah sedikit tergesa. Di tangannya sudah ada sepiring makanan lagi yang baru selesai di masak. “Mas, ayo makan. Kamu pasti sudah lapar,” kata Nova sambil
Read more
Tentang Chris
Sepanjang koridor lantai 23 gedung ini Angga rasa terlalu jauh untuk mencapai ruang kerjanya sendiri. Sambil memegangi perutnya, ia melangkah perlahan. Hanya tinggal lima meter di depannya pintu ruang kerja bisa ia raih. Baru kali ini Angga ke kantor dalam kondisi yang mengenaskan. Entah berapa banyak porsi makanan yang ia habiskan hanya untuk menepati ucapannya pada sang istri.“Demi Tuhan, aku tidak akan berbohong demi menyenangkan orang lain lagi kalau tahu akhirnya akan menyiksaku,” ucap Angga pada dirinya sendiri. Tekad kuat itu dibentuk sedemikian rupa di hati dan kepalanya.Ia membuka pintu ruangan dengan langkah gontai. Bertepatan dengan itu, di sudut ruangan sosok asistennya mengangkat kepala saat Angga datang secara tiba-tiba.“Pak Angga? Bukannya bapak ambil cuti hari ini?” tanya Chris dengan raut wajah penasarannya. Ia bangkit, membantu Angga memapah tubuh pria itu meski tak tahu penyebab pasti sang atasan datang dengan kondisi yang tak biasa. “Tidak jadi, aku harus meny
Read more
Pergi Tanpa Pamit
Ting!Suara dering pemberitahuan tanda pesan masuk mengagetkan Nova yang sedang melamun di sofa malas di kamarnya.Selesai mengurus segala kebutuhan Celva, kini waktunya Nova menghabiskan waktu sendiri sampai siang nanti. Rasa jenuh membawanya pada bayangan-bayangan kelam. Nova menghempaskan bayangan yang membuatnya tak nyaman. Ia justru beralih pada ponsel yang tergeletak di atas meja.Pesan dari seseorang yang Nova kenal dalam sekali pertemuan. Tiba-tiba mengirimkan pesan yang menghangatkan jiwanya. ‘Apa kabar, Nova? Beberapa hari ini aku memikirkanmu. Datanglah ke rumahku untuk minum teh bersama.’ Tulis Diana di pesan singkat itu.Senyum Nova mengembang saat membaca pesan Diana di ponselnya. Terlalu sibuk dengan pikiran tentang rumah tangga membuatnya lupa dengan kehidupan sosialnya sendiri. Nova tak membuang waktu untuk membalas pesan Diana sesegera mungkin. Keinginan untuk melepas penat membara di dalam dada. Sekian banyak pilihan tentang hidup bisa Nova pilih. Namun, tak satu
Read more
Rahasia Di Balik Rahasia
“Nova?! Akhirnya kamu sampai juga!!” Teriakan Diana menggema di seluruh penjuru rumah besar ini. Tepat ketika pintu utamanya terbuka, paras cantik penuh pesona itu terpampang di depan Nova. Dalam balutan dres biru langit pendek setinggi paha, kulit mulus Diana terekspos. Jangan tanya seberapa cantik seorang Diana. Nova yang merupakan seorang wanita pun terkagum-kagum melihat penampilan Diana.“Hai! Maaf aku sedikit terlambat,” kata Nova tak enak hati. “Tidak apa-apa, mari masuk. Aku sudah menantikan kedatanganmu,” ajak Diana. Bagaikan sapi yang dicucuk hidungnya, Nova hanya mengikuti arahan Diana masuk ke dalam rumah itu.Desain interior rumah Diana langsung menarik perhatian Nova yang baru pertama kali memijakkan kakinya di sana. Rumah itu didominasi dengan warna putih dan aksen keemasan yang memberikan kesan mewah namun tak berlebihan. Elemen marmer dan lampu gantung yang mewah semakin mempercantik area rumah Diana. “Rumahmu nyaman sekali, aku merasa seperti ada di rumah sendi
Read more
Pertemuan Dengan Seseorang
Semilir udara dari pendingin ruangan membuat sekujur tubuh yang terbaring di atas ranjang itu meremang. Pemandangan langit-langit adalah benda pertama yang ditangkap oleh lensa indah keoranyean milik wanita berusia dua puluh sembilan ini. Kepala berdenyut nyeri, meski seingatnya tak ada pemicu fatal atas rasa sakit yang ia rasakan sekarang.“Apa yang terjadi? Dimana aku sekarang?” Pandangan Nova mengedar ke sekitar dengan sorot bingung. Sesekali memicingkan mata demi memicu ingatan terakhir kali kejadian yang menimpanya. Suasana di ruangan itu terasa asing. Saat mengedarkan pandangannya ke sekitar, tak satu hal pun yang mampu membantu Nova mengenal jejaknya di sana.Ia memilih bangkit dari tempat tidur berukuran besar dan mewah itu. Tubuhnya masih cukup lemas untuk diajak beraktivitas bahkan hanya untuk menjamah kamar luas yang ia tempati sekarang. Nova keluar dari kamar. Dengan langkah mengendap-endap bagaikan seorang pencuri yang hendak menjarah rumah itu. Keadaan di sana sepi, b
Read more
Perasaan yang Tercetus
Langit mendung ketika Nova sampai di rumah. Rintik gerimis perlahan jatuh mengenai permukaan jendela. Nova melangkah gontai memasuki rumah besar yang didominasi ornamen putih itu. Menghabiskan waktu selama dua jam di luar rumah ternyata cukup menguras energinya. “Nyonya baru pulang? Mau saya siapkan air hangat untuk mandi?” Seorang pelayan jaga cukup sigap menyambut kedatangan Nova. Pakaian serba hitam lengkap dengan celemek mini warna putih adalah pemandangan Nova sehari-hari. Ia terus melangkah, hingga menaiki beberapa anak tangga menuju lantai dua kemudian berkata, “tidak perlu, mbak. Aku akan menyiapkannya sendiri, terima kasih.” “Baiklah kalau begitu, nyonya. Oh iya, nyonya. Tadi ada kiriman karangan bunga lagi.” Langkah Nova seketika terhenti saat mendengar informasi itu. Seakan ada magnet yang menarik dirinya untuk menoleh ke arah sang pelayan.“Dari pengirim yang sama?” tanyanya. Pelayan itu mengangguk cepat. “Iya, nyonya. Bunganya sudah saya taruh di kamar biasa.” Nova
Read more
Permintaan yang Tak Salah
Sepasang suami istri itu kini duduk di dua sisi tempat tidur yang berbeda. Suasana langsung berubah canggung saat adegan ranjang panas mereka berakhir. "Kamu yakin dengan ucapanmu tadi, mas?" tanya Nova. Ia tak yakin hatinya bisa menerima kenyataan itu dengan baik. Di tengah berkali-kali perasaannya dihempaskan oleh rasa sakit. Di sisi lain tempat tidur, Angga menyandarkan punggung kekar itu pada bantalan kepala ranjang sambil menatap sang istri. "Apakah aku harus mengatakannya sekali lagi? Aku bukan orang yang suka bermain dengan kata-kataku sendiri." Angga bereaksi. Tepat ketika pengakuan itu terlontar dari mulutnya, beban di dada rasanya terangkat sempurna. Pulang ke rumah dengan kondisi pikiran dan hati yang berantakan, membawanya pada sebuah situasi baru dimana kini Nova mengetahui isi hati Angga yang sesungguhnya. Sekian lama meyakinkan diri, pada akhirnya perasaan itu terungkapkan juga. "Kalau kau belum yakin, aku akan memberikanmu tawaran." Angga memutar tubuhnya ke sisi
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
25
DMCA.com Protection Status