Semua Bab Skandal Semalam Bersama Kakak Ipar: Bab 111 - Bab 120
300 Bab
Bab 111: Rindu Tapi Gengsi
“Anak itu pasti hanya cari muka, penjilat handal,” sinis Tuan Fabregas.Perawat seta dokter saling pandang mendengar ucapan pria yang baru saja siuman. Merasa tak enak hati, dan perlu menjelaskan lebih lanjut. Dokter menceritakan semuanya, termasuk keadaan Livy yang sedang menyusui memaksa untuk donor darah.Saat itu juga pria paruh baya mengetahui cucu dari anak angkatnya selamat. Apa pria ini senang? Tidak! Tuan Fabregas menganggap bayi yang dilahirkan Livy, sebuah kesialan hingga kondisi keluarganya hancur.“Kalau begitu kami pamit, permisi Tuan.” Dokter dan perawat bergegas keluar dari ICU.“Hem, terima kasih dokter.”Sedangkan di dalam ruangan, Tuan Fabregas nampak memikirkan deretan kalimat yang disampaikan dokter jaga. Ia tidak percaya, dirinya dan Livy memiliki golongan darah yang sama, padahal dengan Sonia saja berbeda. Tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri, sebab mengingat kejadian belakangan ini. Bahkan tujuannya gagal akibat kecelakaan, padahal ia berniat menemui pengurus p
Baca selengkapnya
Bab 112: Aku Harus Menyelesaikannya!
“Livyata, dia … argh, sebenarnya apa yang ada di pikirannya?” desah El berulang kali mengatur napas yang memburu.Di Swiss tepatnya Kota Zurich, El tengah susah payah menelan saliva, lantaran rasa rindunya kian menggunung tak terhingga. Sejak tadi, ia menahan hawa panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Bukan karena minum alkohol atau obat perangsang.Akan tetapi penampilan Livy-nya pada layar laptop, sangat … menggoda sisi primitif sebagai seorang pria. Jakun El naik turun, bagian bawah tubuhnya menegang sempurna, sial tidak bisa mendapatkan pelepasan saat ini juga.El bingung, entah sial atau beruntung memerintah adik bungsunya untuk mengekor dan menempel pada sang istri. Sekarang, ia sendiri kesulitan jauh dari mansion. Seandainya bisa, pasti detik ini juga El bertolak ke Madrid. [Sayang?]El memicingkan mata, telinganya didekatkan pada ponsel. Suara yang dirindukan selama beberapa hari ini terdengar merdu dan … tersimpan luka di dalamnya.[Apa kamu mendengarku? Halo Kak?]Akhirnya,
Baca selengkapnya
Bab 113: Suami Kamu ‘Kan Kuat
“Kak El?!” pekik Livy.Wanita ini membuka matanya, ia melirik jam, waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Di luar masih gelap, suhu udara dingin, tetapi tubuhnya berkeringat sebesar biji jagung. Bahkan degup jantungnya kian cepat karena … “Huh, hanya mimpi buruk, mungkin aku terlalu memikirkan Kak El,” gumam Livy, kembali menarik selimut, menenggelamkan diri di bawah kain tebal itu.Namun, tiba-tiba saja pintu kamar diketuk cukup keras. Bukan Estefania, sebab adik iparnya berbaring tepat di sisi Livy. Ia menurunkan kaki ke lantai, tidak lupa memakai sandal bulu berwarna merah muda. Entah mengapa tangannya mendadak tremor, sulit menggapai knop pintu.Sebelum membuka pintu, Livy sempat menoleh pada dua orang di atas ranjang, mereka sama sekali tidak terganggu. Ia memutar knop dan pintu perlahan terbuka. Livy mengerutkan kening, kerongkongannya terasa mengering tak berlendir lagi, napasnya pun terasa sakit. Ia melihat ibu mertua dirangkul oleh Emilia, wajah wanita paruh baya itu mer
Baca selengkapnya
Bab 114: Dia Belum Meninggal?
“Dari sekian banyak anak perempuan, apa alasanmu memberiku rekomendasi anak itu?” desak Tuan Fabregas tepat di hadapan wanita berambut putih serta kulit keriput.Di tengah kondisinya belum stabil, pria paruh baya nekat pergi dari rumah sakit. Sebab, keingintahuannya sangatlah tinggi mengenai masa lalu Livy. Bahkan dalam perjalanan menuju Barcelona, Tuan Fabregas hampir dilarikan ke rumah sakit. Napasnya sesak, keringat dingin serta jantung berdebar tak karuan diselingi panas menjalar pada punggung.“Apa gadis itu anaknya Sonja? Katakan yang sejujurnya!” tuntutnya lagi tak ingin kehilangan waktu, sebab petugas panti memberi waktu kurang dari setengah jam.“Sonja? Di mana dia? Kasihan wanita itu, dia tidak gila … dia dibunuh, ya dibunuh,” desis wanita sepuh sembari mengayun punggung di kursi.“Ck, Sonja itu depresi, dia bunuh diri bukan dibunuh!” desis pria ini mengepalkan tangan keriputnya.Tuan Fabregas yakin kekasihnya itu mengalami gangguan jiwa karena dirinya tidak bisa bertanggun
Baca selengkapnya
Bab 115: Kenapa Plin plan?
“Ba-bagaimana mungkin? Dia bukan anakku? Aku hidup dengannya selama 30 tahun.” Tuan Fabregas gemetaran, sekujur tubuhnya memanas, terkejut membaca hasil tes DNA.“Argh!” teriak pria paruh baya ini melempar peralatan makan dari atas meja. Bahkan secara sadar, kedua tungkainya yang sudah tidak bisa berjalan nekat turun dari atas ranjang. Tuan Fabregas mendesis perih saat pecahan keramik menusuk serta menyatat telapak kaki.Namun, ada yang lebih terluka lebih daripada itu. Apa? Tentu saja hatinya, seketika tak berbentuk lagi seusai mengetahui fakta mencengangkan.Paska menerima informasi dari wanita di panti wreda, Tuan Fabregas bergegas kembali ke Madrid. Tidak ke rumah sakit, melainkan pulang ke rumahnya. Di sana, ia mengacak-acak kamar putri kesayangan. Lalu membawa beberapa sampel ke rumah sakit.Setelah menunggu cukup lama, hari ini hasil tes dirinya dan Sonia keluar. Pihak rumah sakit mengirim melalui surel. “Tuan, apa yang Anda lakukan?!” pekik perawat melihat kondisi kamar kacau
Baca selengkapnya
Bab 116: Ayah Kandungmu Itu
“Kamu ingat, aku pernah tanya apa perlu mencari tahu tentang ayah kandungmu?” El menggenggam tangan Livy, menyatukan jemari.Wanita ini mengangguk pelan, tidak menyangka sang suami masih membahas pria di masa lalu yang meninggalkan ibunya di kala mengandung. Sebenarnya Livy tidak mau tahu lagi, tetapi ia menghargai El bicara sampai tuntas.“Sebenarnya ayahmu, ada di dekatmu, selama ini selalu bersama,” tandas El, lalu satu tangannya membelai puncak kepala dan meraih bahu Livy, membawanya ke dalam pelukan erat dan hangat.“Umm … maksudnya apa? Siapa?” Rasa penasaran Livy melambung tinggi.“Ayah kandungmu itu … Tuan Fabregas, maaf terlambat memberitahu,” gumam El semakin mengeratkan pelukan.Sesaat Livy tercenung, lantas terkekeh pelan, ia tahu pria paruh baya itu memang ayahnya. Sosok yang membesarkan dan menghidupinya, bukan berarti menjadi ayah kandung.“Kak? Jangan bercanda, tidak lucu! Sebaiknya kita ke ruangan dokter,” ajak Livy, berusaha melepas pelukan karena enggan membahas ayah
Baca selengkapnya
Bab 117: Ternyata Dia …
“Sayang? Kenapa diam?” El menolehkan kepala, melihat istrinya membisu serta meremas sepuluh jari tangan.“Aku … takut Kak, bagaimana kalau—““Tidak akan, Tuan Fabregas pasti menerimamu,” ucap El meredam sedikit kecemasan Livy.Seusai mendapat kabar dari anak buah, meski ragu Livy menerima ajakan suaminya. Pagi itu juga, mereka bergegas ke rumah sakit. Wanita ini sempat dirundung dilema, pikirannya bercabang ke segala arah. Akan tetapi ia meyakinkan hati, menerima kenyataan bahwa sosok lelaki yang membesarkannya memang ayah kandungnya.Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, El berusaha menenangkan sang istri. Sebab raut wajah cemas begitu kentara memenuhi paras ayunya.Tiba di rumah sakit, Livy mengayunkan kaki dengan pelan, selain mengimbangi El, ia juga menormalkan irama jantung. Bingung, tanggapan apa yang seharusnya diberikan saat bertemu Tuan Fabregas.Namun, keduanya tidak diizinkan masuk, selain pria paruh baya itu masih dalam penanganan tim dokter. Kondisi pasien pun memerluk
Baca selengkapnya
Bab 118: Maafkan Aku
“Napasnya sempat terhenti, setelah kami melakukan pertolongan pertama, pasien bisa diselamatkan. Tapi—“Livy terkesiap mendengarnya, ia menimpali penjelasan dokter, “Tapi apa dokter?”“Tapi pada umumnya dalam waktu 24 jam ke depan, pasien yang pernah mengalami henti jantung tidak menutup kemungkinan kembali mengalami keadaan serupa,” jelas dokter lalu menepuk bahu Livy memberinya kekuatan.Seketika, Livy terhuyung ke belakangan, raganya berubah lemas, bahkan ia tak sanggup berpikir jernih. Entah mengapa jalan takdirnya sangat berliku, baru saja mengetahui Tuan Fabregas ayah kandungnya, di waktu yang sama pria paruh baya itu sedang kritis.“Dokter bilang ayah berhasil diselamatkan, apa bisa sembuh?” tanya Livy suaranya tercekat di tenggorokan.“Harapan hidup tetap ada meskipun memiliki resiko kerusakan otak dan fungsi organ lain. Sebab, selama jantung berhenti, suplai darah dan oksigen tidak diterima oleh tubuh,” sambung dokter membuat Livy menelan saliva terasa lengket.“Kalau begitu,
Baca selengkapnya
Bab 119: Wasiat Terakhir
“Tidak ada hubungan darah?” lirih Livy, bibirnya bergetar, kedua tangan mengepal di sisi tubuh bahkan gigi saling bergemeretak.Ia teringat kalimat terakhir sang ayah, jika Sonia bukan kakak kandungnya. Ingin sekali, Livy bertanya pada wanita di depannya ini. Sayang, lidahnya terasa kelu, lagi pula sekarang bukanlah waktu yang tepat menyampaikan suatu kabar.“Cih, tunggu apa lagi? Cepat pergi! Puas kamu, membunuh ayah secara tidak langsung? Jahat!” cerca Sonia terus menerus.“Sonia! Jangan sampai aku berbuat kasar!” desis El menatap sengit pada mantan istri.“Kenapa aku harus patuh?! Aku bukan istrimu lagi El.” Senyum miring Sonia , lantas berjalan angkuh menyapa para tamu yang menyatakan belasungkawa.Sementara dari kejauhan, Livy hanya bisa menyoroti tingkah laku Sonia. Kakaknya itu banyak menerima perhatian dari kolega Tuan Fabregas. **Pagi ini iring-iringan keluarga mengantar Tuan Fabregas ke tempat peristirahatan terakhir. Termasuk Livy dan Al, ibu muda ini tampak pucat, hampir
Baca selengkapnya
Bab 120: Seharusnya Aku Menikahimu
Dalam sekejap ruang tamu berubah hening, panas, membuat udara sesak serta gersang. Ya, bagi sebagian orang, bukan Livy atau El.Ibu muda ini mengerjap, mulutnya sedikit terbuka, bola mata bergerak-gerak secara bergntian menatap El dan pengacara. Ia mereguk air liur terasa kelat, telapak tangannya menggosok telinga dengan lembut—memastikan tidak salah mendengar.Keterkejutan Livy pecah, saat Sonia mengamuk dan murka, hendak melampiaskan luapan emosi. Sorot mata Sonia menyala-nyala, dagu lancip terangkat, pundaknya turun-naik, menghampiri pengacara.“Kamu pasti tidak bisa membaca? Aku ingin lihat buktinya! Kalian sudah gila dan …” Sonia memutar 90 derajat tubuhnya, menunjuk Livy, berteriak, “Apa-apaan tua bangka itu menyebutnya anak kandung? Dia sakit jiwa, bisa-bisanya mengakui anak angkat sebagai adik kandungku!”“Nona Sonia, mohon duduk dengan tenang!” titah pengacara mengangkat sebelah tangan.Sayang, mantan model terkenal itu menepis tangan pengacara dan merebut surat wasiat. Matany
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
30
DMCA.com Protection Status