Semua Bab Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Bab 151 - Bab 160
250 Bab
Bab 151. Kabar untuk Diva
Setelahnya Anggala masuk ke mobil dan melajukan kendaraannya dengan cukup kencang, membuang ponsel yang dia pakai untuk menghubungi orang suruhannya itu ke jalan, lalu mengambil benda pipih lainnya untuk menghubungi Fredy. “Fredy, apa tugasmu sudah dilaksakan?” tanya Anggala saat panggilan tersebut terhubung. “Sudah selesai, semua sedang bekerja melakukannya. Ehm … Ang, apa kamu yakin El tidak akan–” “Aku sudah membereskan si sombong itu! Kamu tenang saja dan lakukan saja sesuai perintahku!” Anggala berkata dengan penuh penekanan dan mengangkat ujung bibirnya sebelah. “Baiklah, mungkin diatas jam 10 malam berita ini akan mulai mencuat dan dipastikan besok pagi akan menjadi berita viral.” Fredy berkata dengan suara yang cukup berat. Setelah mendengarkan hal tersebut Anggala mematikan sambungan teleponnya lalu berkata, “Setelah ini kita saksikan pertunjukan berikutnya!” *** Di kamarnya, Diva yang merasa sangat bahagia ini tidak bisa tidur karena memikirkan banyak hal manis bersa
Baca selengkapnya
Bab 152. Aku Mendukungmu, Kak!
Jantung Diva berpacu cepat, hal ini tidak sama saat dia jatuh cinta ketika mendengar nama Elvan. Dia benar-benar terkejut dengan berita yang baru saja dia dengar. “Ma-maksudmu apa?” tanya Diva sekali lagi dengan napas yang tercekat di tenggorokan, membuat tubuhnya mendadak lemas, persendiannya seolah mati rasa, tangannya mulai gemetar dan perasaannya menjadi sangat kalut. “Kak Elvan, dia mengalami luka yang ... sepertinya sedikit serius karena ditusuk seseorang di depan gedung Tekno In, tapi sekarang semuanya sedang bergerak dengan cepat untuk proses penyelidikan. Aku tahu kakak pasti akan bertanya-tanya kemana dia menghilang karena tidak memberikan kabar, jadi aku sudah mengatur agar kakak bisa pergi ke rumah sakit malam ini menemuinya.” Prisya berkata dengan cepat. Tatapan matanya yang tajam melihat ke arah Diva yang jelas terlihat bingung. Pikiran Diva saat ini penuh dengan banyak pertanyaan. Selain mengkhawatirkan Elvan, dia juga heran bagaimana bisa Prisya tahu tentang hal
Baca selengkapnya
Bab 153. Apa Benar Begitu, Diva?
Dalam perjalanannya yang membawa Elvan ke rumah sakit, pikiran Diva makin kacau, kepalanya berdenyut tak karuan, dalam perjalanan hidupnya baru kali ini dia merasakan hal seperti ini. Semua yang berkaitan dengan Elvan memang adalah hal yang baru dia rasakan, tapi dia juga jelas tidak ingin merasakan rasa khawatir karena Elvan terluka parah seperti sekarang. “Pak Bimo, apa masih lama?” tanya Diva pada Bimo. “Sebentar lagi, Bu. Sabar ya, Bu, dari yang dikatakan Pak Andi pada saya, Pak Elvan tidak terlalu parah, tetapi memang harus tetap dilakukan tindakan di rumah sakit.” Bimo berkata dengan tenang. “Tidak parah tapi harus dilarikan ke rumah sakit? Apa-apaan ini? Apa Bapak tidak salah bicara?!” Entah kenapa tiba-tiba suara Diva mulai meninggi, tetapi setelah itu dia segera sadar atas ucapannya barusan. “Ah, maaf, Pak, saya tidak bermaksud berkata seperti itu,” sesalnya. “Tidak apa-apa, Bu. Saya Paham, karena Ibu pasti sangat mengkhawatirkan Pak Elvan.” Dia menjawab dengan sopan. Di
Baca selengkapnya
Bab 154. Jangan Menangis Dalam Diam
Diva diam, suaranya jelas tertahan di mulutnya, seolah mulutnya terkunci rapat sekarang ini. Dia ingin menjawab tetapi entah bagaimana cara menyampaikannya. Akhirnya, hanya helaan napas berat yang terdengar.“Jelas Tante, kalau tidak karena Elvan membantu Diva dalam urusan keluarganya dia, pasti Elvan sekarang ini masih baik-baik saja.” Marissa kembali berkata dengan suara nyaring.Marissa menatap Diva dengan tajam dan kesal, Diva bisa merasakannya dengan jelas saat tatapan mereka bertemu, apalagi saat itu Marissa terlihat membuang napas dengan kasar.“Maaf,” ucap Diva dengan lemah tetapi terdengar tenang ketika Anita melihatnya kembali.Namun, Anita tersenyum dan meraih tangan Diva, entah kenapa rasanya sangat hangat hingga membuat Diva terkejut menatap wanita yang ada di depannya saat ini.‘Apa mama Elvan tidak marah padaku?’ tanya Diva dalam hati.“Kamu masuk saja dulu, Elvan ada di dalam.” Anita lalu menepuk ringan bahu Diva.“Tante, apa tante benar-benar ingin menyuruhnya masuk m
Baca selengkapnya
Bab 155. Kejadian Sebelumnya
“Aku perlu mengumpulkan tenaga untuk mengatakannya padamu.” Bibir Elvan menyunggingkan senyumnya. Diva tak kuasa untuk tidak memeluk Pria itu, rasa lega menyelimuti dirinya. “Terima kasih kamu bisa bertahan, Van.” bisik Diva lalu tak kuasa menahan laju tangisnya lagi dan terisak dengan jelas kali ini. “Bukankah seperti ini bisa lebih lega?” Elvan berkata pada Diva saat wanita itu merenggangkan tubuh mereka. Diva diam, entah kenapa di saat seperti ini pun, pria ini tetap mengutamakan dirinya. Apa dia benar-benar seberharga itu untuk Elvan? Ah, kalau memikirkan hal ini, rasa bersalahnya makin memuncak saja pada Elvan. “Kenapa diam? Aku malah senang kalau kamu memperlihatkan kelemahanmu itu.” Kembali Elvan tersenyum untuknya. Padahal Diva tahu untuk bicara saja pasti Elvan sudah sangat kesusahan, sekarang pria ini malah berusaha menghiburnya. Apa tidak terbalik? “Jangan banyak bicara dulu, aku panggilkan dokter. Jangan membantah, patuhlah sebentar.” Setelah mengatakan hal itu, Diva
Baca selengkapnya
Bab 156. Kegagalan Kembali
Sementara itu di tempat lain. “Sial! Kenapa kalian tidak bisa bertindak cepat?! Fred, apa begini cara kerjamu itu?!” Anggala membanting barangnya dengan kekuatan penuh. Fredy yang ada bersama Anggala sekarang hanya diam. Dia tahu kalau Anggala pasti akan sangat marah karena pekerjaan untuk menjatuhkan Ratri kali ini menemui jalan buntu. Kejadian ini sama persis seperti saat Anggala berusaha untuk menjatuhkan Elvan, bedanya kali ini tidak ada serangan balasan untuk Anggala. Baik Fredy maupun Randi, sudah tahu kalau Elvan sudah bisa menakar tindakan mereka ini, tetapi untuk bicara dengan Anggala yang sedang diliputi amarah yang memuncak, rasanya sia-sia. “Ang, menurutku daripada kita menghamburkan uang untuk menjatuhkan Ratri, lebih baik kita menggunakan sisa yang ada ini untuk membangun citramu kembali.” Randi kali ini angkat bicara dengan suara tenang. “Apa kamu bilang?!” tunjuk Anggala pada Randi, matanya menyala karena marah, tidak terima dengan ucapan yang terlontar di mulut t
Baca selengkapnya
Bab 157. Menginginkannya
Hari sudah pagi, Diva masih menemani Elvan yang sudah dipindah ke ruangan perawatan biasa. “Van, kamu sudah bangun?” tanya Diva saat pria itu membuka matanya. Elvan tersenyum saat tahu kalau Diva masih ada di sana menemaninya. “Pukul berapa sekarang?” tanya Elvan. Diva melihat ke pergelangan tangannya. “Tujuh kurang lima menit.” Mendengar hal itu Elvan mengerutkan keningnya, lalu melihat ke arah jendela yang sudah mulai terang tetapi masih tertutup oleh vertical blind, sehingga cahayanya tidak langsung masuk menerangi kamar ini. “Kenapa belum dibuka?” tanya Elvan pada Diva dengan suara yang masih sedikit serak. “Ah, itu … aku tidak mau nanti kamu terbangun karena silau, jadi kubiarkan tetap tertutup saja.” Diva tersenyum padanya. “Kamu bilang ini pukul tujuh kurang lima menit, kan? Kenapa kamu masih ada di sini? Kamu gak ke kantor?” tanya Elvan pada Diva membuat wanita itu mengerutkan keningnya. ‘Saat seperti ini bisa-bisanya pria ini mengatakan hal tentang kantor?! Apa dia
Baca selengkapnya
Bab 158. Bisa Bicara Denganmu?
“Ah! Maaf, Kakek datang di waktu yang kurang tepat ya!” Hartono muncul dari balik pintu membuat keduanya terkejut. Diva yang menyadari hal itu langsung cepat berdiri dan menunduk, jelas sangat malu sekali karena aksinya kepergok orang lain, apalagi orang tersebut adalah Hartono Wongso! Kalau saja dia punya ilmu menghilang, maka dia akan menggunakan jurus itu sekarang juga. Beda dengan Elvan yang tersenyum melihat reaksi Diva, dia malah terlihat santai seolah tidak ada hal besar yang baru saja terjadi diantara mereka. “Sebelum masuk bukannya harus ketuk pintu dulu, Kek?” ucap Elvan melirik ke arah Diva yang masih tertunduk. “Kakek itu khawatir sama kamu! Kakek baru tahu kalau kamu mengalami hal buruk ini! Kalau saja Marissa tidak memberitahu kakek, mereka tidak akan bilang ke kakek!” Pria itu merujuk kata mereka pada keluarga inti Elvan. Mendengar nama Marissa disebut membuat Elvan mengerutkan keningnya. “Marissa yang bilang?” “Ya, tentu saja! Hal ini harusnya tidak perlu ditu
Baca selengkapnya
Bab 159. Lanjutkan Urusan Kalian
Respon Diva ini membuat Elvan ingin protes, tetapi Diva menatapnya dengan pandangan kalau dia akan baik-baik saja. Komunikasi yang dilakukan lewat tatapan mata keduanya ini diperhatikan oleh Hartono secara sekilas. “Ayo kita ke depan,” ajak Hartono. Kemudian, dia melihat ke arah Elvan dan berkata, “Kakek tidak akan membuat tunanganmu ini menangis, tenang saja.” lalu dia menepuk perlahan pundak Elvan dan berjalan keluar bersama dengan Diva. Sesampainya di luar, Hartono melihat tajam ke arah Diva dan wanita itu mau tidak mau harus menunduk untuk menghindari tatapan itu. Bukan dia tidak berani, tetapi kali ini Diva mencoba untuk memberikan rasa hormat pada pria itu. “Maafkan aku, Kek.” Kalimat itu meluncur dari bibir Diva begitu saja. “Katakan kenapa kamu harus minta maaf?” tanya Hartono dengan dingin. Diva menarik napas dalam, detik berikutnya dia membalas tatapan Hartono dengan tajam, bukan maksud untuk melawan, dia hanya ingin memberanikan diri saja. Lagipula, Elvan tidak akan sam
Baca selengkapnya
Bab 160. Kamu Yang Pertama Tapi Ini Yang Kedua
Diva masuk ke ruangan perawatan kembali setelah menenangkan diri dari ucapan Hartono, yang jelas sangat membuatnya merasa bahagia dan bersyukur sekali. Dia berpikiran kalau akan ada dari keluarga Elvan yang bakalan memaki dirinya karena sudah membuat pria itu dalam bahaya, tetapi kenyataannya sungguh sangat berbalik.‘Diva, kali ini kamu tidak boleh mudah menyerah!’ teriak Diva dalam hati.“Div, kakek bilang apa sama kamu?” tanya Elvan dengan wajah yang terlihat khawatir.Diva diam, dia tidak menjawab dia sedikit ingin menggoda pria itu.“Kenapa? Kakek berkata kasar padamu? Dia bilang tentang si Marissa juga?” Elvan mencecar Diva dengan pertanyaan.Diva hanya Diam.“Div, apa kamu baik-baik saja, hehm?” tanya Elvan lalu meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya dengan erat.“Kakek bilang begini, kalau kakek katakan kamu harus meninggalkan Elvan sekarang, apa kamu bersedia?” Ucapan Diva membuat wajah Elvan cukup menegang.“Apa? Pria tua itu bilang seperti itu sama kamu?!”Diva mengangg
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
25
DMCA.com Protection Status