All Chapters of Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Chapter 141 - Chapter 150
250 Chapters
Bab 141. Apa Aku Mengenalnya?
Reni yang mendapat tugas untuk merekam Elvan tadi sangat penasaran dan langsung mematikan rekamannya demi melihat huruf yang dimaksud. “Wow?!” Reni membolakan matanya saat tahu huruf apa yang dimaksud adalah “Y” apa artinya …. “Pak Elvan sudah bertunangan dan tunangan Pak Elvan bukan Bu Marissa?!” Reni berkata dengan mata membesar melihat ke arah Elvan. Elvan tidak menjawab dia hanya diam memasang wajah tanoa ekspresinya itu. “Rekamanmu barusan, perlihatkan padaku.” Elvan meminta ponsel Reni. Wanita itu berjalan cepat memberikan handphonenya pada Elvan. Menyadari sesuatu yang mungkin saja terekam sampai akhir saat dirinya menggoda Diva, Elvan melihatnya dan memastikan sekali lagi apa yang di rekam oleh Reni. Setelah dipastikan tidak ada yang salah dari rekaman itu, Elvan lalu memberikan kembali benda itu pada karyawannya. “Bagus, nanti kamu bisa bantu saya untuk meredam gosip saya dan Marissa,” ujar Elvan. “Lalu … kamu,” tunjuknya pada Diva, “apa aku perlu membuat pernyataan jug
Read more
Bab 142. Masih Mengawasi
Diva segera menetralisir kegugupannya dengan terkekeh ringan. “Masa sih?” Reni mengangguk. “Suaranya kok gak asing, ya. Kayak pernah denger dimana gitu.” “Udah ah! Yuk naik, liftnya udah kebuka nih.” Diva berusaha mengalihkan pembicaraan mereka. “Tau nih, Reni! Sok-sokan kenal dimana,” sahut Winda menggandeng tangan keduanya dan masuk ke lift. “Eh, Div, pacar kamu orang kaya juga, ya?” Reni kembali bertanya pada Diva. Diva hanya diam dan tersenyum. “Ih, Reni rese banget pake nanya-nanya gitu, lagian kalo Diva cerita entar dikira pamer. haha!” Winda terkekeh santai. “Iya, soalnya dia siapin sopir segala lagi buat jemput si Diva. Pasti dia bukan orang sembarangan, ya.” Reni kembali berusaha mengulik informasi tentang Diva. Diva berusaha tenang dan tidak terpancing dengan pertanyaan menjebak dari rekannya ini. Dia tersenyum penuh misteri dan berkata, “Ada deh! Nanti aku bakalan kasih tahu kalo waktunya udah pas.” Winda makin terkekeh mendengar pernyataan yang keluar dari mulut D
Read more
Bab 143. Anggala Mulai Mengalami Krisis
Setelah mendengar ucapan dari Marissa, Anggala memutus sambungannya, otaknya penuh dengan banyak permasalahan yang bergejolak hebat. Dia sudah berhasil mengetahui keberadaan Ratri, sudah sangat pagi-pagi sekali dia datang ke tempat dimana Ratri dirawat, tetapi sayangnya, dia masih kalah cepat dengan pergerakan Prisya. Dia menyelidiki di mana tempat Ratri dilakukan transfer pasien, dengan bersusah payah akhirnya dia bisa mendapatkan informasi itu. “Tak kusangka kalian bergerak sangat cepat, tapi tenang saja … aku akan mengimbangi kalian saat ini,” geram Anggala sambil mencengkram kuat setir mobil yang sedang dikendarainya saat itu. Anggala, melihat Ratri dari kejauhan, wanita itu benar-benar sangat menyedihkan, tatapan kosong, mata yang sendu dan wajah yang pucat, entah kenapa sangat kontras sekali dengan Ratri yang dulu dia kenal sangat cantik, anggun dan tentunya seksi dengan tubuhnya yang sangat proporsional itu. Membayangkan Ratri yang dia lihat siang tadi membuat hatinya berden
Read more
Bab 144. Merindukanmu?
Di dalam Mobil yang membawa Diva kembali ke rumahnya, wanita itu memandang benda pipih yang sejak tadi dipegangnya. Belum ada satupun pesan masuk dari Elvan lagi. Entah Kenapa membuatnya sedikit khawatir.Diva lalu mengetikkan sesuatu dan mengirim pesan pada Elvan.[Van, kamu ada dimana?]Pesan terkirim, tapi sudah sepuluh menit berlalu, tidak ada balasan apapun. Diva juga menyadari bahwa mobil yang membawanya pulang ke rumah sudah makin dekat.“Pak Bimo, nanti tolong turunkan saya di depan komplek saja, ya,” ucap Diva.“Maaf, Bu, tadi saya dapat pesan dari Pak Elvan untuk memastikan Ibu benar-benar sampai di rumah, jadi saya tidak bisa menurunkan Ibu di depan komplek.” Pria itu berkata dengan nada sopan, pernyataannya membuat Diva terkejut.“Hah?! Apa tidak bisa kalau masalah ini kita saja yang tahu, Pak?” Diva berkata dengan tidak percaya atas apa yang Elvan perintahkan pada orangnya ini.“Maaf, Bu, mohon kerjasamanya Bu Diva, Pak Elvan akan marah pada saya kalau sampai pesan beliau
Read more
Bab 145. Tidak Boleh Menyiksa
Setelah mengatakan hal itu, terdapat suara yang sangat berisik di ujung telepon.“Halo, Van … Van, apa kamu mendengarkanku?” Diva kembali menyapa lawan bicaranya, tapi suaranya hanya gemercak tak karuan, khas gangguan jaringan!“Van … apa kamu masih di sana?” tanya Diva lagi. Suara itu makin keras terdengar membuat Diva harus menjauhkan telinganya dari telepon itu. Namun, hal ini membuat Diva sedikit lega, setidaknya pria itu kemungkinan tidak mendengarkan apa yang baru saja dia katakan. Kalau sampai dia mendengarkannya sekarang ini pasti dia sangat malu mengakui hal barusan.“Diva, Div, kamu mendengarkanku?” Akhirnya suara Elvan terdengar kembali, suara yang ada tadi sudah menghilang dan kini terdengar sangat jernih.“Iya, kita masih dalam sambungan telepon.” Diva menjawab cepat.“Maaf, tadi sepertinya ada gangguan sedikit. Tadi, kamu bilang apa?” Elvan bertanya pada Diva, seketika wanita itu nampak gugup.“Ti-tidak, aku tidak bilang apapun. Ya, ya aku tidak mengatakannya.” Kalimat Di
Read more
Bab 146. Karena Aku Tidak Bisa Langsung Memelukmu
“Diva, ayo keluarlah, atau mau aku saja yang turun, hehm?” Suara Elvan membawa kesadaran Diva kembali. “Ah, baik-baik! Aku akan segera menemuimu, tunggu maksimal 10 menit! Aku mau bilang sama Ayah dulu.” Setelah mengatakan hal itu Diva langsung memutuskan sambungan teleponnya. “Diva, kamu ngapain di sana, Nak?” Belum sempat berpikir untuk mengarang indah alasan keluar rumah, suara ibunya dari belakang mengejutkan Diva dan membuat tubuhnya tersentak karena kaget. “Ya ampun, Ibu, ngagetin aja.” Diva berkata seraya mengelus dadanya. “Kamu ngapain berdiri di sana? Apa ada orang di luar?” Indah mencoba mendekat ke arah Diva yang sekarang masih berdiri di depan jendela. “Gak kok, Bu, gak ada apa-apa. Tadi Diva pikir abang ojol yang nganter makanannya udah dateng, gak taunya belum.” Diva mencoba membalikkan tubuh Ibunya dan mengajaknya berjalan ke ruang tengah. Bagus, tiba-tiba saja Diva menemukan alasannya untuk keluar dari rumah. Diva duduk sedikit gelisah dengan melihat ponsel di ta
Read more
Bab 147. Ucapanku Bisa Dibuktikan
Elvan tidak bisa berkata-kata lagi sekarang ini. “Jantungmu berdebar cukup kencang, apa aku mengejutkanmu?” tanya Diva dengan senyumnya yang mengembang, Diva juga merasa geli melihat ekspresi pria itu yang sedikit tegang karena tindakannya barusan. Sekarang ini, Diva ingin sekali menggoda pria itu. “Aku–” “Aku merindukanmu, aku juga kesal denganmu karena kamu sangat menyebalkan di kantor.” Diva memotong ucapan Elvan. “Aku kesal karena kamu membuatku terlihat buruk di depan teman-temanku.” Elvan menjadi merasa bersalah. “Tapi itu hanya–” “Aku tahu, itu juga salahku karena tidak ingin mereka tahu. Aktingmu natural sekali dan sangat profesional, Sayang.” Diva mengendurkan tangannya yang memeluk tubuh Elvan, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di pipi Elvan “Sekarang kamu malah terlihat sangat lucu.” Diva berkata dengan senyuman lebar. “Diva, kamu menggodaku?” Elvan berkata dengan membelalakkan matanya. “Bukannya wajar menggoda pasangan sendiri? Apa aku harus menggoda pria la
Read more
Bab 148. Ucapan Selamat Malam
Hati Diva merasa sangat hangat dan nyaman, suara dan ucapan itu benar-benar membuatnya melayang terbang. Harusnya dia bisa menumpukan semua harapannya dengan pria itu, kan? “Van, tapi … ada hal penting tentang Pak Bimo.” Diva mengalihkan suasana ini, dia hanya tidak ingin terus merasa terbawa arus yang membuatnya lagi dan lagi harus mengakui kalau Elvan pria yang luar biasa untuknya. “Dia harus mengantar jemputmu, kalau aku tidak bisa bersamamu.” Elvan langsung menjawab cepat, kalimatnya seakan tidak bisa diajak untuk negosiasi dan terdengar mutlak. “Ya, tapi apa itu tidak berlebihan?” Diva kembali bertanya dengan nada rendah, siapa tahu dengan begitu sedikit ada kelonggaran. Elvan diam sejenak, wajahnya menampakkan rasa khawatir di sana. “Seperti yang kukatakan padamu sebelumnya, aku tidak akan tenang jika Anggala belum mendapatkan hukumannya, bisakah kamu bekerja sama denganku tentang hal ini? Aku hanya tidak ingin membuatmu dalam keadaan berbahaya lagi. Cukup bagiku satu kali ak
Read more
Bab 149. Jangan Jadi Pengecut, Ayo Bertemu!
Elvan melihat Diva masuk ke dalam rumahnya, setelah itu dia tersenyum singkat.“Pak Elvan, apa kita langsung pulang sekarang?” tanya Andi.“Kembali ke apartemen Alisha dulu,” ucap Elvan tenang sambil melihat ke arah ponselnya dan mengernyitkan dahinya.Elvan terlihat nampak berpikir dan memijat pelipisnya, lalu menghubungi seseorang di sana.“Bagaimana? Apa dia masih mencoba untuk datang menemui Ratri?” tanya Elvan saat panggilannya terhubung.“Benar, El, tadi aku tambah satu orang lagi untuk bantu mengawasinya,” jawab suara di ujung telepon.“Baguslah, bantu awasi dan juga tolong berikan yang terbaik untuk pemulihan Ratri secepatnya.” Elvan berkata tenang.“Kalau itu kamu tenang saja, aku akan melakukan yang terbaik untuk calon adik iparmu itu.” Suara itu terdengar santai.“Rey, kamu jangan sampai lengah, Anggala pasti menunggu saat yang tepat untuk memulai gerakannya. Aku tidak yakin saat ini dia sedang mendinginkan suasana.” Elvan berkata dengan nada tegas pada Reynand yang merupaka
Read more
Bab 150. Elvan Terluka
Anggala sangat geram dengan perlakuan Elvan barusan! Dia benar-benar merasa sangat terhina!“Dasar kurang ajar sekali dia!” geramnya sambil mengepalkan tangan dengan keras!Setelah itu, Anggala melihat ke pergelangan tangannya masih tersisa satu setengah jam menuju pukul sepuluh malam. Dia kembali berpikir tentang sesuatu, lalu bergumam, “Menunggu rencana Marissa? Yang benar saja! Sejak kapan aku bisa dikendalikan! Dia pikir siapa dia bisa mengatur-aturku?” Merenung sesaat, lalu Anggala menghubungi seseorang melalui ponsel lain yang dia keluarkan dari laci mejanya.“Aku ada pekerjaan untukmu, lakukan dengan baik dan pastikan tidak ada yang bisa melacak keberadaanmu!” perintahnya.“Apa?” tanya suara yang ada diseberang sana.Anggala menceritakan tujuannya pada orang tersebut dengan detail, setelah itu dia mematikan sambungan teleponnya.“Elvan, kita lihat saja, sejauh apa kamu bisa melindungi orang-orang itu. Aku selalu ada cara untuk bertahan! Kalian mungkin lupa sejauh apa aku selama
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
25
DMCA.com Protection Status