All Chapters of Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Chapter 161 - Chapter 170
230 Chapters
Bab 161. Jelaskan Padaku
Diva segera melepaskan tautan bibir mereka saat terdengar suara nada dering yang cukup nyaring dari ponsel milik Diva. Wanita itu segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubunginya.Sebenarnya ada kelegaan tersendiri untuk Diva karena ponselnya berdering, karena dengan begitu dia pasti tidak akan bersikap canggung setelah mereka selesai melakukannya!“P-pak Miko?” gumam Diva lalu mengerutkan keningnya. Seolah tersadar kalau ini adalah hari kerja, Diva terlihat panik.“Kenapa Miko menghubungimu?” Elvan berkata dengan nada tidak suka.“Ssst! Diamlah sebentar.” Diva berkata pada Elvan lalu, segera menggeser tombol di layar ponsel itu.“Selamat pagi, Pak Miko.” Diva menyambut panggilan telepon itu, lalu berjalan menjauh dari Elvan.“Pagi, Diva.” Suara berat terdengar dari seberang sana.“Pak maaf, saya belum sempat kasih kabar, kalau sepertinya saya tidak bisa masuk kerja hari ini karena–”“Saya tahu alasanmu, tapi ada hal yang perlu Saya bicarakan dengan Pak Elvan dan ini m
Read more
Bab 163. Menghubungi Elvan
“Thank you Pris, kerja samanya. Selebihnya nanti kamu bisa datang ke kantor kuasa hukum Elvan, Andi mungkin bisa menemanimu, tadi aku juga sudah bicara padanya.” Suara Miko terdengar dari sambungan internal yang mereka miliki saat sedang bekerja jarak jauh seperti sekarang ini. “Sama-sama Pak Miko. Aku akan melaksanakan sisanya. Secara pribadi saya juga mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya, karena video kakak saya ….” Prisya terdengar menghela napas dalam. “Tidak perlu, santai saja.” Terdengar jawaban santai di seberang sana. “Eh, tapi Pak Miko beneran gak liat dan–” “Eits! Kamu pikir aku orang yang berotak mesum? Tenang aku bisa menahannya untuk tidak melihat hal itu, walaupun sebenarnya aku sedikit penasaran.” Miko berkata diakhiri dengan kekehan ringan. “Dasar pria sama aja,” gumam Prisya. “Santai dong! Eh, artinya hari ini Diva tidak ke kantor, kan?” Miko bertanya pada Prisya. “Sepertinya begitu, tidak mungkin dia meninggalkan bos kita. Apalagi kalau Pak Elvan sad
Read more
Bab 164. Penjelasan Tentang Prisya
“Apa Nyonya Elvan akan marah besar?” Elvan melihat ke arah Diva dengan menyipitkan sebelah matanya, lalu suaranya juga dikeluarkan dengan sangat mendayu, membuat Diva yang awalnya menatap tajam menjadi heran melihat tingkah pria itu. “Kamu … jangan coba-coba mengeluarkan ekspresi semacam itu di depanku,” tunjuk Diva pada Elvan dengan mata yang melotot. Hal itu seketika membuat Elvan mengeluarkan ekspresi sedih yang dibuat-buat. “Padahal kamu sendiri yang mengatakan wajahku sedikit monoton, sekarang aku sedang mengekspresikan perasaanku, kenapa malah jadi kena marah lagi? Bukankah ini agar terlihat lebih variatif?” Elvan berkata dengan nada merajuk! Kali ini pria itu benar-benar seperti bukan Elvan yang dikenal Diva. Dia bahkan mengeluarkan ekspresi kanak-kanak yang membuat Diva makin gemas. “Elvannnnnnn! Jangan menye-menye kayak anak cewek! Lemes banget dan gak sesuai sama kamu yang punya badan besar gini!” Diva sedikit geram melihat tingkah Elvan yang menjadi manja tiba-tiba.
Read more
Bab 164. Dua Orang yang Profesional
“Kakak, apa tidak mau mengganti pakaian dulu?” Prisya berkata sambil memberikan paper bag yang ada di tangannya pada Diva. “Sudah, gantilah dulu! Aku ada urusan sedikit dengan kakak iparku ini.” Prisya berkata dengan lantang membuat Diva membelalakkan matanya! “Kamu …!” “Jangan banyak protes, pertanyaannya simpan dulu, ini sangat mendesak!” Prisya lalu mendorong Diva untuk pergi ke kamar kecil yang ada di sana. Diva mau tidak mau harus mengikuti kemauan Prisya, tidak mungkin dia bertengkar dengan adiknya sekarang ini, yang ada bisa malu, masa sesama saudara malah ribut? Gengsi dong! Setelah Diva berada di toilet, Prisya langsung melihat ke arah Elvan yang saat ini sedang duduk bersandar sangat santai di tempat tidur pasien. “Pak Elvan … apa sudah mendingan?” tanya Prisya dengan sedikit cengengesan. “Pak Elvan?” Elvan mengerutkan keningnya lalu kembali berkata, “Bukannya tadi kamu sudah memberiku label kakak ipar?” “Ah, itu … biar kakakku itu lebih cepat bergerak.” Prisya
Read more
Bab 165. Tidak Diperhatikan
Tidak begitu lama, Andi datang ke ruangan ini membawakan barang yang diperintahkan oleh Elvan. Pria itu berjalan mendekati Elvan dan Prisya yang nampak sedikit serius, sedangkan Diva sudah duduk bersandar di sofa dengan tangan terlipat di depan dada dan kaki menyilang. Dia masih memperhatikan mereka dari kejauhan. Prisya dengan cekatan mengambil barang yang dibawa oleh Andi untuk Elvan, lalu dia mengeluarkan satu per satu dan memberikannya pada Elvan. “Pantas saja anak ini terus digunakan jasanya oleh Elvan,” gumam Diva saat melihat cara kerja adiknya yang menurutnya sangat cepat tanggap. “Lumayan sat-set-sat-set juga ternyata!” tambah Diva lagi, suara itu hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya karena jaraknya dan ketiga orang itu lumayan jauh. Diva lalu melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tanganya, sudah nyaris pukul sepuluh pagi, lalu dia berjalan mendekati arah ketiganya yang sedang sibuk berdiskusi tanpa menghiraukan kehadirannya dan mengambil ponselnya yang ad
Read more
Bab 166. Harus Istirahat
Diva terdiam karena tiba-tiba aura ruangan ini terasa sedikit berbeda, lalu dia melihat ke arah Elvan, akhirnya dia menyadari kalau baru saja tindakannya memancing atensi dari mereka.“Diva … apa kamu merasa bosan?” Elvan bertanya pada Diva dengan suara yang lembut, membuat Prisya sedikit mengerutkan keningnya.‘Ternyata benar, Kak Diva membuat bos galak ini berubah menjadi manusia!’ gumam Prisya dalam hati.Diva merespon ucapan Elvan, “Ah?! Aku? Aku tidak apa-apa, jangan salah sangka, lanjutkan saja pekerjaan kalian. Aku hanya melihat pesan yang masuk di ponselku saja.” Elvan menatap Diva dengan tatapan tanya dan meyakinkan sekali lagi kalau dia memang tidak ada masalah.“Beneran, aku tidak apa-apa. Apa aku perlu memperlihatkan pesan ini padamu juga?” tanya Diva membalas tatapan Elvan dengan tajam.“Baiklah kalau begitu, kalau kamu merasa bosan bilang saja.” Elvan kembali berkata dengan santai, membuat Prisya tersenyum singkat melihat interaksi keduanya.“Ya tentu saja.” Diva menjaw
Read more
Bab 167. Percayalah Padaku dan Hubungan Kita
Tepat sepuluh menit berlalu, Prisya dan juga Andi keluar dari ruang perawatan itu, setelahnya Elvan melihat ke arah Diva dengan tatapan sendu dan menarik napas panjang.“Kenapa liatin aku gitu?” tanya Diva dengan nada protes dan mengerutkan keningnya.Elvan hanya menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Tidak apa-apa, tapi kamu ….” kalimatnya terputus dan Elvan menyuruh Diva mendekatinya.“Apa? Aku kenapa?” Diva menyipitkan sebelah matanya.“Kamu benar-benar menggemaskan!” Elvan tidak tahan untuk tidak mencubit pipi Diva.“Apaan sih kamu, Van!” Diva meraba pipinya dan sekarang pipi wanita itu mulai merona merah.“Kamu benar-benar sudah seperti Nyonya Elvan! Aku menyukainya.” Elvan berkata santai membuat Diva makin salah tingkah.“Kamu ngomong apaan sih!” “Aku menyukainya, terima kasih, sayang.” Elvan menarik Diva dan menenggelamkan kepalanya di dada wanita itu.Diva terkejut mendapatkan perlakuan Elvan barusan, jantungnya bergetar hebat dan dia yakin Elvan bisa merasakan degup jantungn
Read more
Bab 168. Kecurigaan Teman Sekantor
Di Tekno In Tower, lantai 20.“Deska kirimkan semua file yang kamu punya, saya mau menggabungkannya dan ingin melihat tingkat keberhasilannya.” Miko memberikan perintah pada Deska.Suasana di tempat ini walau sibuk tetapi cukup santai, yang mereka tahu kalau Miko sedang cuti, tetapi hari ini dia sengaja masuk di saat cuti yang dia ambil agar proyek mereka ini bisa tetap ada yang mengawasi saat Elvan tidak ada.“Pak Miko, untuk bagian Diva–”“Biar saya yang kerjakan.” Miko memotong cepat ucapan Deska tanpa melihat ke arah wanita itu. Deska hanya mengangguk mengerti.“Baik, Pak," jawab Deska tanpa bantahan sedikitpun.Namun, Reni yang ada di sana malah mengerutkan keningnya, heran. Kebetulan, saat itu Reni berada di meja Deska untuk meminta tanda tangan di dokumen miliknya. Wanita itu lalu mengalihkan pandangnya ke arah Miko yang masih terlihat serius di depan layar komputer, seolah pekerjaan Diva bukan masalah.Saat kembali ke meja kerjanya, Reni kembali berpikir. ‘Sebenarnya … Diva ke
Read more
Bab 169. Mari Kita Bicara Diva
Diva yang baru keluar dari kamar kecil ini mengernyitkan keningnya melihat ke arah Elvan yang saat ini sedang bersedekap melihat ke arahnya. “Kenapa liatin begitu?” tanya Diva “Kamu penasaran sama Miko?” Elvan menyipitkan sebelah matanya memberikan tekanan pada kata-kata Miko. Hal ini membuat Diva makin memperdalam kerutan yang ada di keningnya. “Maksudmu apa?” “Ini,” Elvan berkata dengan menunjukkan ponsel milik wanita itu. Diva segera meraihnya, melihat isinya. “Aku tidak sengaja melihatnya saat pop up notifnya muncul.” Elvan berkata dengan melihat tajam ke arah Diva. “Apa itu yang bikin kamu kesel tadi? Karena kamu gak tahu Miko itu orangnya seperti apa?” Elvan kembali melihat ke arah Diva dengan tatapan penuh menyelidik. Diva lalu melihat ke arah pria itu dan tersenyum. “Kamu cemburu?” “Menurutmu saja?” Elvan mengalihkan pandangnya, wajahnya ditekuk kesal. “Wow, ternyata ekspresimu ini sangat menarik kalau sedang cemburu.” Diva lalu tersenyum dan menangkupkan kedua tanga
Read more
Bab 170. Pembicaraan dengan Marissa
Diva mengikuti Marissa dari belakang, dia sengaja menyuruh wanita itu berjalan lebih dulu, sesampainya di taman belakang yang ada di rumah sakit ini, Marissa menghentikan langkahnya dan berbalik badan melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam “Katakan saja apa yang ingin kamu sampaikan padaku,” Diva berkata datar dan jelas dia juga membalas tatapan tajam yang diberikan oleh wanita itu padanya. “Aku tidak tahu apa kamu mendengarkan percakapanku dengan Elvan tadi atau tidak, tapi yang jelas aku akan mengatakan padamu kalau lebih baik kamu menjauhi Elvan sekarang juga.” Marissa berkata dengan intonasi yang penuh penekanan. “Kenapa harus aku menjauhkan diri dari Elvan? Ini sangat tidak beralasan.” Diva menjawab dengan tenang, walaupun dalam hati rasanya ingin sekali dia berteriak di depan Marissa. “Kenapa kamu bilang?” Marissa membesarkan matanya dan mendekati Diva dengan tatapan kesal, tetapi Diva masih diam saja, dia belum akan melakukan tindakan apapun sekarang ini. “Apa kamu tidak
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status