Semua Bab Jerat CEO: Jodoh Salah Tarik: Bab 251 - Bab 260
265 Bab
Bab 251. Kakak Tidak Yakin Dengannya?
Diva yang kesal dengan ayahnya mengurung diri di kamar, dia Benar-benar merasa diabaikan dan menganggap ayahnya keterlaluan. “Ayah kenapa sih, apa gak bisa lihat dulu Elvan itu orangnya seperti apa, lagian Elvan beda dari semua pria yang dekat denganku!” Dia berkata dengan nada kecewa di depan cermin. Melihat wajahnya yang berantakan karena lelah menangis membujuk ayahnya.Tiba-tiba, Prisya masuk ke kamarnya dengan santai dan langsung duduk di tepian ranjang.“Ngapain kamu?!” Diva berkata dengan ketus, Prisya tidak menjawab dia hanya tersenyum lebar melihat ke arah Diva.“Siapa yang dateng? si tukang galon apa tukang gas?” Diva berkata dengan nada kesal.“Tukang galon langganan ibu,” jawab Prisya singkat, membuat hati Diva mencelos, benar saja tidak mungkin Elvan datang, pikirnya.“Dasar kakak yang aneh,” gerutu Prisya.“Kenapa kamu bilang begitu? Lagian yang aneh itu, ayah kamu!” Diva kesal sekali saat ini.”Prisya langsung mengerutkan keningnya, “Kok kakak bilang gitu?” “Lagian ju
Baca selengkapnya
Bab 252. Kekecewaan Diva
Diva terdiam saat Prisya mengatakan hal itu, tidak ada yang salah sebenarnya. Akan tetapi, menghalanginya untuk mendampingi Elvan saat menghadapi ayahnya ini juga rasanya tidak pantas dengan semua yang sudah diberikan Elvan padanya. “Iya kakak tahu latar belakangnya, tapi apa kamu tahu, dia itu ayah kita! Dia tidak peduli dengan latar belakang yang mereka punya dan ucapan ayah itu seringkali terdengar tajam dan membuat–”“Kak, kakak sepertinya masih tidak yakin dengan kemampuan Kak Elvan, ya?” Prisya melihat ke arah Diva dengan tatapan tajam. “Kita lihat dulu, biarkan Kak Elvan berjuang untuk kakak, kali ini, aku di pihak ayah.” Prisya berkata dengan santai pada Diva.“Mending, kakak sekarang duduk tenang di sini. Kakak bisa keluar 15 menit lagi, kecuali kalau kakak ….” Prisya menggantung kalimatnya, melihat ke arah Diva yang saat ini memperlihatkan wajah khawatir.Diva malas untuk meresponnya dan memilih mengalihkan pandangnya.“Kecuali kalau kakak beranggapan dia akan mundur setel
Baca selengkapnya
Bab 253. Elvan Masih di Sini
Diva yang penuh dengan kekecewaan dalam hatinya itu lalu membalikkan badannya dan hendak kembali masuk ke kamarnya, dia yang sudah diliputi rasa sedih dan juga air mata yang menghalangi pandangannya kabur tiba-tiba menabrak seseorang.“Arrgh!” Suara yang ditangkap oleh gendang telinga Diva itu membuatnya terkejut. Jelas suara ini sangat dia kenal.“Elvan?” Diva berkata dengan tidak percaya, dengan cepat dia menghapus air matanya secara asal, mencoba menghilangkan pandangan buram yang ditangkap oleh indra penglihatannya, memastikan sekali lagi kalau Elvan ini bukan sekedar bayangan atau hologram yang hanya melintas di kepalanya saja.Pria itu kini berada di hadapannya dengan memegang dadanya yang ditabrak keras oleh Diva, barusan.“Untung saja tidak di sini,” ucap Elvan pada Diva sambil menunjukkan ke bagian perutnya sambil tersenyum.“Kamu di sini?” tanya Diva meyakinkan kalau dia sedang tidak salah melihat, dia juga beberapa kali mengerjapkan matanya tak percaya.Elvan melihat Diva y
Baca selengkapnya
Bab 254. Lebih Penting Diva
Mendengar ucapan Elvan ini tidak serta merta menenangkan hati Diva, wanita itu malah merasa makin cemas, karena Elvan berkata seolah semuanya ini sedang tidak berjalan dengan lancar.Lukman yang sudah berada kembali di sebelah istrinya ini, mempersilakan Diva dan Elvan untuk duduk di seberang kursi mereka.“Sudah selesai menangisnya?” tanya Lukman yang jelas itu tertuju untuk putrinya dengan nada datar.Diva diam, dia tidak menyahut ucapan ayahnya, dia menghela napas berat lalu menundukkan pandangannya, dia sudah salah sangka dengan ayahnya.“Elvan, kamu sudah lihat sendiri, kan? Anak ini, bukan orang yang mudah, dia sangat tidak sabaran dan selalu berpikir sesuai dengan apa yang ada di dalam kepalanya saja. Dia sangat merepotkan dan selalu salah paham. Dia yang seperti ini sampai kapan kamu bisa memakluminya dan juga bisa menjaga agar tidak terjadi kesalahpahaman?” Pertanyaan Lukman ini membuat Diva membelalakkan matanya.Diva tidak mengerti kenapa ayahnya seolah menjatuhkan harga di
Baca selengkapnya
Bab 255. Rapat Darurat
Diva mengerutkan keningnya saat Elvan mengatakan hal tersebut, bukan tanpa dasar Diva seperti itu, melainkan Diva melihat jelas penelpon tersebut adalah Hartono Wongso, kakek Elvan. Diva ingin melayangkan protesnya pada Elvan tapi pria itu melihat ke arahnya seolah memberikan peringatan dan membuat Diva terpaksa kembali mengunci mulutnya.Pop up pesan muncul di handphone yang dipegang oleh Elvan dan Diva berhasil mengintipnya, sehingga dia tidak bisa menahan untuk tidak bicara pada ayahnya. Dia tidak tahan melihat Elvan yang ditekan oleh ayahnya seperti sekarang ini.'Ayah benar-benar keterlaluan, Aku tidak bisa membiarkan Elvan seperti ini,' batin Diva.“Ayah, Elvan sekarang ini pasti ada pertemuan penting, tolong ayah mengerti.” Diva sudah tidak peduli lagi dengan peringatan yang diberikan oleh Elvan padanya.“Apa begitu?” Lukman melihat ke arah Elvan mempertanyakan kebenarannya.“Tidak Om, sudah saya katakan tadi, kalau Diva jauh lebih penting.” Suara Elvan terdengar tegas.Diva me
Baca selengkapnya
Bab 256. Jangan Mengambil Peranku
Diva yang mendapati hal tersebut benar-benar dibuat takjub oleh Elvan, entah apa yang ada dalam hatinya saat ini, yang jelas rasanya sudah campur aduk menjadi satu!“Apa kamu bilang? Rapat darurat apanya? Apa ada hal yang penting lagi selain saat ini?!” Intonasi Hartono yang meninggi ini masih membuat Elvan tenang.“Tentu saja ada, selama ini bukannya aku selalu mementingkan perusahaan kita diatas kepentingan pribadiku? Tunggu saja, aku akan kembali ke kantor secepatnya, Kek.” Tanpa menunggu jawaban, Elvan memutus sambungan teleponnya.“Van, apa kamu sadar dengan apa yang baru saja kamu lakukan?!” Diva berkata dengan nada tak percaya karena Elvan masih terlihat sesantai itu dan sempat-sempatnya menggoda dirinya saat bicara dengan kakeknya sendiri. Apa pria ini sudah hilang akal?“Tentu saja dengan kesadaran penuh, menurutmu apa aku sedang mabuk, hehm?” Elvan tersenyum melihat ke arah Diva.Baru saja Diva ingin bertanya pada Elvan kembali ponselnya menyala, Elvan memberi isyarat untuk
Baca selengkapnya
Bab 257. Patuh dan Tunggulah, Diva!
Penuh kehati-hatian juga sangat jelas Elvan mengatakannya, Diva mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyadari dia benar-benar bertindak salah. Dia sempat lupa kalau pria ini memang punya karismatik tersendiri, yang seharusnya tidak perlu khawatir berlebihan kalau Elvan bisa meluluhkan orang tuanya.‘Ah, Diva kamu bodoh sekali!’ rutuk Diva dalam hati, harusnya dia menyadari hal ini. Bukankah sejak pertama kali bertemu terlihat sekali aura dominan mematikan milik pria ini?‘Diva sepertinya otakmu kekurangan memori!’ Diva kembali berkata dalam hati.“Hei, kenapa diam? Apa ada lagi yang ingin kamu tanyakan?” tanya Elvan dengan suara lembutnya.Diva menggeleng dengan perlahan, “Sebenarnya banyak yang ingin kutanyakan,” ungkap wanita itu pada Elvan dengan jujur, wajahnya menampakkan kesungguhan.“Kalau begitu, tanyakan saja.” Elvan tersenyum menatap Diva yang melihatnya seolah pandangannya kosong.“Aku … aku tidak tahu mau tanya mulai darimana tapi … tapi apa boleh aku meminta satu hal
Baca selengkapnya
Bab 258. Menukarnya Dengan Hatimu
Setelah kepulangan Elvan, Diva hanya berdiam di dalam kamarnya, sekarang dia juga tidak tahu apa dia harus senang atau sedih dengan kejadian yang baru saja dilewatinya. Sang ayah juga belum memanggilnya kembali. Sikap ayahnya yang masih ambigu ini terus membuat tanya untuk Diva. ‘Sebenarnya ayah setuju gak sih?' tanya Diva pada dirinya sendiri sambil menatap pantulan wajahnya di depan cermin, baru kali ini dia melihat ayahnya terkesan kurang tegas memperlihatkan sikapnya untuk menerima atau menolak. Walaupun sebenarnya Diva sangat berharap ayahnya bisa menerimanya Elvan sesegera mungkin. 'Ibu juga sepertinya tidak terlihat welcome dengan Elvan, apa yang salah sebenarnya?' gumam Diva lagi. Saat sedang mempertanyakan hal barusan, Indah masuk ke kamar Diva dan duduk di tepi ranjang, belum bicara sepatah kata pun, dia hanya melihat Diva dengan tatapan yang sulit diartikan dengan jelas. Tingkah ini jelas mengundang tanda tanya besar dalam kepala Diva. 'Apa jangan-jangan Ibu ingin bicar
Baca selengkapnya
Bab 259. Jangan Libatkan Hutang Budi
Ucapan Indah barusan membuat Diva makin memperdalam kerutan yang ada di keningnya, dia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh ibunya ini. “Bu, kenapa ibu bicara seperti itu?” Diva berkata dengan suara tercekat, dia kurang suka saat ibunya mengatakan hal yang buruk tentang Elvan, apalagi konotasinya terdengar sangat negatif di telinga Diva. “Diva, keluarga kita tidak perlu dikasihani, Ayah dan Ibu pasti akan melakukan yang terbaik untuk anak-anak kami, jadi jangan membuat dirimu terjebak dengan perasaanmu yang harus membalas budi pada orang lain.” Kalimat yang terlontar dari mulut Indah ini, jelas tidak bisa diterima oleh Diva. "Diva harus membalas budi bagaimana maksud Ibu? Bu, Elvan itu, tidak selicik yang Ibu kira, dia sangat baik memperlakukan Diva. Diva tahu mana yang tulus dan tidak–” “Kamu tahu mana yang tulus dan tidak?” potong Indah cepat membuat Diva harus menahan kembali kata-katanya. “Bukannya kemarin juga kamu pernah merengek hal yang sama dengan ayah s
Baca selengkapnya
Bab 260. Mengikat Elvan Melalui Keluarganya
Kalimat ibunya barusan seolah membuat gemuruh hebat yang berdentum bersahut-sahutan di langit saat hari sedang cerah-cerahnya. Diva sangat tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Diva berusaha untuk tenang. ‘Diva, tolong tenangkan dirimu, tenangkan pikiranmu, jangan tersulut emosi yang membuat Ibumu akhirnya makin tidak menyukai Elvan. Tetaplah patuh, tetaplah patuh, tetaplah patuh.’ Diva bergumam dalam hatinya seolah membaca mantra penenang. Dirinya sangat tidak habis pikir dengan jalan pikiran ibunya ini. Setelah dirasa cukup bisa menguasai gejolak emosi dalam dirinya, Diva menarik napas panjang beberapa kali, tangannya saling meremas di atas pahanya. ‘Diva cobalah mengerti, tenang dan percaya. Percaya pada Elvan dan hubungan ini.” Kembali Diva berkata dalam hatinya. “Diva, apa kamu mengerti ucapan ibumu ini?” Indah membuyarkan pikiran-pikiran Diva. Diva hanya mengangguk perlahan. “Tapi, Bu, kenapa harus mengorbankan Ratri?” Diva berkata lirih pada Indah. Mendengar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status